◎ Hoodie 21 ◎

1.9K 135 0
                                    

     David tertidur dalam posisi duduk, kepalanya bertumpu pada bibir brankar, dan tangannya tetap menggenggam tangan Casya sejak semalam. Ia lebih dulu membuka mata, menegakkan tubuhnya. Melepaskan tangannya perlahan dari Casya agar gadis itu tidak terganggu tidurnya. Ia menguap pelan seraya merentangkan kedua tangan. Tubuhnya kaku setelah tidur dalam posisi duduk.


David berdiri, masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia juga membawa baju ganti untuk persiapan menginap di sini. Anggap saja ini appartement, pikirnya.

Setelah mandi ia duduk di sofa, memainkan game di ponsel sembari menunggu Casya bangun. Jika bangunnya siang, ia akan membolos lagi. Lagipula tanggal ujian masih lama untuk wisuda.

Gadis itu mengerang pelan, mengubah posisi tidurnya menjadi miring. Dia masih ngantuk, jadi dilanjutkan saja tidurnya.

David hanya melirik melihat keadaan cewek itu, merasa aman ia kembali pada permainannya. Melihat jam berkali-kali di layar ponsel, seakan waktu itu sangat lama untuk bergerak. Ia teringat kejadian semalam, ingin rasanya ia mencari tahu mengapa Cinta bisa berubah drastis seperti itu. Yang dulunya baik, polos, ceria, tidak egois, kini semuanya bertolak belakang. Ingin meninggalkan Casya, tapi takut terjadi sesuatu.

Pintu tiba-tiba terbuka, memang siapa pagi-pagi seperti ingin menjenguk pasien? David mematikan ponselnya, melihat siapa yang datang.

"Jangan ganggu dia, Casya masih tidur," beritahunya dengan tatapan yang susah diartikan. Padahal dia sahabatnya sendiri.

Bryan tak menanggapi, ia duduk di sebelah brankar Casya.

Tak lama pintu terbuka keras diiringi ... teriakan, "Halo Casya!" teriak Cinta mampu membangun gadis itu.

Saking terkejutnya Casya sampai langsung terduduk mematung, sementara kedua lelaki itu berdiri terkejut.

"Itu mulut bisa dijaga nggak?!" emosi David meluap.

Bryan segera menahan bahu David untuk menahan emosinya. "Biar gue yang urus." Cinta menatap aneh Bryan.

"Ikut gue," ajaknya menarik tangan Cinta keluar ruangan.

David menghampiri Casya, duduk di tempat Bryan tadi. "Lo nggak papa kan?" tanyanya mengusap puncak kepala Casya.

"Yang tadi itu kak Cinta 'kan?"

David tersenyum. "Lo udah ingat?"

"Ingat lah, dia Kakak gue juga," sewotnya

"Baguslah kalo lo ingatt semua."

Casya diam sejenak. "Emang gue lupa ingatan ya?"

David mengangguk.

Casya kembali diam, di otaknya bergelut sebuah ide. Entah itu konyol atau tidak.

"Kenapa Cas?" David menggoyangkan lengannya.

Casya sadar. "Bukan apa-apa. Anggap aja gue lagi lupa ingatan lagi"

"Maksud lo?"

"Nanti gue kasih tahu. Kita ke kampus sekarang," paksa Casya seraya melepaskan infusnya.

"Sya, lo jangan buat gue tambah khawatir."

Hoodie (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang