◎ Hoodie 30 ◎

1.9K 127 0
                                    

     Door!

Peluru itu menembus perutnya, walaupun suara di bibirnya ia tahan. Tubuhnya tidak akan bisa menyembunyikan betapa sakitnya itu.

David membuka matanya kala tubuhnya hampir hilang keseimbangan. Ia menahan tubuh Casya, yang rupanya gadis itu sudah tidak sadarkan diri. Ia menyempatkan menatap Yogi tajam.

"Dia nggak papa, gue cuma nembak bagian perut, bukan jantungnya." Selepasnya ia pergi.

David menggeleng pasrah, kenapa dia tidak melawannya saja tadi. Jujur, hal paling bodoh yang ia lakukan adalah hanya diam mematung dan mendengarkan permintaan gadis itu. Segera dia menggendong Casya pergi dari tempat ini.

•••

     Bryan dan Stevan mengatur nafasnya saat di depan ruang operasi.

"Si-apa. Yang masuk rumah sakit?" tanya Stevan dengan nafas tersenggal.

David mendongkak. "Casya."

"Kenapa dia?" tanya Bryan.

"Ketembak sama cowok itu."

"Cowok yang mana lagi?" tanya Stevan greget.

"Cowok yang kalian kejar itu bukan dia pelakunya. Dan ternyata Yogi yang nembak Casya di bahunya dulu, dan sekarang di perutnya."

"Yogi? Si brengsek itu lagi," kesal  Bryan mengingat dia.

"Lo kan ada di sana Vid, kenapa lo nggak hajar aja?" kesal Stevan sendiri.

"Gimana gue bisa lawan kalo Casya nyerahin dirinya sendiri, dan dia berdiri di depan gue," frustasinya mengacak rambut, ia menunduk dan teringat ucapan terakhirnya saat ia berbalik lagi tadi.

Jaga dia baik-baik kalo lo emang sayang. Karna seinget gue, dia cewek paling kuat ngadepin segalanya. Kalau dia nangis, itu artinya dia udah nggak tahan. Kalau dia senyum, bukan berarti dia bahagia, lo bisa lihat kebahagiaannya di matanya, bukan di tawanya. Inget itu baik-baik.

Lamunannya tersadar ketika pintu operasi terbuka. David lebih dulu berdiri.

"Dia nggak papa kan, Dok?" tanya David khawatir.

"Tenang dulu, pasien tidak mengalami hal serius. Operasinya lancar dan kami akan memindahkannya di ruang inap," kata sang dokter.

Lalu keluar dua suster mendorong brankar Casya untuk dipindahkan ke ruang inap.

•••

     Ketiganya terlelap di sofa. Malam itu juga, Casya sadar. Dia melihat langit-langit begitu terang, dia menoleh ke samping. Terlihat ketiga pria itu terlelap di sofa. Casya tersenyum, ternyata ketiganya masih setia menjaganya. Dia sangat bersyukur karna telah di pertemukan dengan mereka. Tiga cowok malaikat baik, yang memang ditakdirkan untuk menjadi pelindung dirinya.

Hoodie (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang