6. Ide Cemerlang dari Zivanna

16 4 0
                                    

Hallo semua...

Semoga kalian suka dengan ceritanya

Budayakan Vote dan mengisi kolom komentar ya

Happy Reading!


Zivanna P.O.V

Sumpah rasanya aku ingin memaki-maki kedua sahabatku ini. Ya, tentu saja Angga dan Azura. Siapa lagi kalau bukan mereka. Ya Tuhan mereka benar-benar keterlaluan, sebagai mak comblang kelas kakap aku merasa gagal karena mereka berhasil membuatku uring-uringan melihat tingkah mereka.

Angga benar-benar labil, aku benar-benar tidak tahu apakah ia benar-benar sudah putus dengan Sabina. Belum lagi aku benar-benar yakin dua ribu persen Azura udah baper berat sama playboy cap kadal itu. Aku sangat merasa bersalah pada Azura.

Ponselku berdering menandakan ada sebuah telepon masuk, melihat nama Angga tertera di layar dengan cepat aku mengangkat panggilan tersebut.

"Halo Zi"

"Iya Apaan?"

"Ahleah sipek banget lo, gua mau curhat nih. Lo nggak sibuk kan? Pasti nggak dong, kan lo jomblo"

Sialan, makiku dalam hati. Ternyata orang semenyebalkan ini memang hidup di muka bumi.

"Hmm.. Apaan?"

"Azura Zi"

Aku menghembuskan napas pelan, sudah kuduga.

"Iya, kenapa" aku segera menelungkup di atas kasur dan bersiap mendengar semua ceritanya. Cowok satu ini diam-diam punya mulut dan bibir seember kaum wanita. Jadi yah you know lah gimana kalo cewek udah curhat. Ya ini nggak akan jauh beda. Bisa makan waktu berjam-jam. Mungkin sebaiknya mulai besok aku akan memasang tarif.

"Gua bingung banget sama temen lo itu"

"Hah? Bingung kenapa?"

"Gua udah capek-capek ya nyari bahasan, emang lo kira cari bahasan mudah. Gila lo gua kaya wawancara sama robot tau nggak. Terus temen lo tuh kaya iya-iya nggak-ngak. Sebentar gua ngerasa yakin tuh cewek mau sama gua eh sedetik eh nggak sedetik, ya sekitar dua menit lah gua ngerasa tuh cewek kayanya enek deh gua deketin"

Aku tertawa kecil, "Lo lebay banget woy, gila lo baru segitu aja lo udah bingung. Bikin malu tahu nggak seorang Angga Wijaya yang punya sebelas mantan masa cuma ngadepin seorang Azura aja bingung"

"Sumpah ya Zi, gua sebel banget sama lo. Lo nggak membantu sama sekali tahu nggak. Nyesel deh sumpah gua nelpon lo"

Aku misuh-misuh, nih orang berasa penting banget dah.

"Heh, gua nggak minta lo telepon ya jelas lo yang tiba-tiba telepon gua."

"Iya-iya, gua itu butuh saran Zi, menurut lo Azura itu gimana ke gua. Masa iya sih kalian nggak pernah ada ngomongin gua gitu? Azura nggak pernah nyinggung-nyinggung gua? Atau cerita apa gitu tentang gua?"

"Ya pernah lah, lo tuh jelas jadi bahan gosip kita tiap hari"

"Gila woy gua di gosipin, terus pendapat Azura gimana tentang gua. Jijik ya dia sama gua?"

"Heh bego, yang ada tuh kawan gua udah baper tujuh samudera tahu nggak. Ngerti kan lo itu seluas apa. Jujur aja ya Ngga mana ada cewek yang nggak baper kalo setiap hari diperhatiin di chatin di tawarin balik bareng. Nggak normal tuh cewek kalo sampe nggak baper"

"Serius lo Zi, dia baper sama gua?"

Aku tersenyum mendengar nada bahagianya, jarang-jarang temanku itu terlihat setolol ini. Hebat juga si Azura.

"Tapi lo jangan seneng dulu, jalan lo nggak akan mulus brader. Gua mau nanya sesuatu ke lo"

"Apaan, pasti gua jawab"

Aku tersenyum, tidak menyangka temannya seyakin itu "Lo beneran udah putus sama Sabina"

"Ya iyalah masa gua bercanda sih Zi?"

"Ya gua nggak yakin aja secara lo kan sering banget tuh putus nyambung sama si Sabina"

"Yang kali ini bener-bener putus gua, udah ga bisa gua sama dia. Asli posesif banget"

"Lo putus bukan karena Azura kan?"

"Nggak lah, ini tuh bener-bener keputusan gua buat ninggalin Sabina, dan nggak ada sangkut pautnya dengan Azura."

"Awas aja sampe temen gua disebut pelakor. Tamat lo Ngga"

"Ashiapp, nggak akan"

Aku mendengarkan penjelasan Angga dengan baik-baik. Yang tidak diketahui cowok itu adalah selama kami terhubung dalam sambungan telepon aku juga sedang chat dengan Azura. Tentu saja membicarakn Angga. Azura juga bingung dengan sikap Angga.

Keplaku jadi sakit yang satu menelepon dan yang satu chat dan mereka membicarakan satu hal yang sama. Sama-sama bingung dengan sikap gebetan mereka! Tiba tiba sebuah ide terlintas dalam pikiranku.

Aku mengutarakan ideku pada Angga dan ia menyetujuinya dengan semangat empat lima dan segera menutup sambungan telepon. Setelah mendapat persetujuan dari Angga, aku segera mengetikkan balasan untuk Azura.

Zu gua tau kita buat grupcall. Lo gua dan Angga.

***

Tinggalkan jejak,

see you

littlecandies

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang