Amarah yang Terpendam

47.4K 3K 45
                                    

"Maafkan mom" ujar Riana sedih

"Radika boleh kan bertemu mama Sania?" tanya Radika penuh harap membuat Riana melepaskan pelukan mereka

"Iya sayang, kita akan menemui mama Sania saat kamu ssudah lumayan sehat" ujar Riana membuat Radika menggeleng pelan

"Sekarang mom" pinta Radika membuat Riana terdiam

"Tapi sayang sekarang ssudah malam dan kamu sedang sakit" ujar Riana sabar

"Radika mohon mom" pinta Radika merengek membuat Riana kebingungan

"Please mom" pinta Radika penuh harap membuat Riana terpaksa mengangguk

"Baiklah" jawab Riana menyerah

***

Tidur lelap Langit terganggu ketika pintu ruangannya di ketuk bertubi-tubi

"Dokter Langit!" teriak sebuah suara dari luar membuat Langit mengerutkan kening bingung, Langit melirik jam dinding yang menunjukan pukul 2 dini hari, tadi setelah mengecek keadaan Radika dan menemani Riana hingga tertidur, jam 11 malam Langit kembali ke ruangannya untuk mengecek statistik kesehatan Radika dikomputernya, tapi sayang Langit malah ketiduran karena begitu lelah.

"Dokter Langit! Radika dan Riana menghilang!" teriak suara dari luar membuat Langit langsung bangun dan berdiri, Langit bergegas menuju pintu dan membuka pintu dengan tergesa-gesa

Di depan pintu ruangannya ssudah ada dokter Rini dengan wajah yang panik

"Tadi dokter bilang apa?" tanya Langit memastikan pendengarannya

"Riana dan Radika menghilang" jelas Rini lagi membuat Langit menggertakan giginya menahan rasa marah dan khawatir yang bercampur menjadi satu, Langit meraih ponselnya dan mengecek lokasi terakhir keberadaan Riana

"Bandara?" guman Langit bingung

"Apa perlu kita laporkan pada polisi dok?" tanya Rini cemas

"Tidak perlu, saya tau dimana keberadaan mereka dan saya akan memyusul mereka" jelas Langit mantap membuat Rini menghela nafas lega

"Tolong pastikan mereka berdua baik-baik ssaja ya dok" pinta Rini membuat Langit mengangguk mantap

Sementara itu di dalam pesawat Riana membelai lembut Radika yang tengah tertidur lelap

"Maafkan aku Langit" bisik Riana yang seolah tau dengan perasaan Langit yang mungkin kecewa akibar ulahnya yang pergi secara diam-diam

***

Sania tengah menatap pemandangan luar rumah sakit dari jendela kamar pasiennya.

Sania merasa sangat lelah berada di kamar ssaja selama beberapa hari

"Harusnya aku sudah menyingkirkan anak itu sekarang" batin Sania masih di penuhi rasa benci

Pintu ruangan terbuka membuat Sania langsung menoleh ke arah pintu, berharap jika Rian yang datang, tapi ternyata yang muncul adalah Riana dan Radika

"Kakak?" tanya Sania kaget
Riana tersenyum pelan sambil menggandeng Radika

"Maaf kakak baru bisa menjenguk, kakak baru tau tadi kalau kamu kecelakaan" jelas Riana merasa lega melihat adiknya baik-baik saja

Sania mengabaikan perkataan Riana dan fokus menatap Radika penuh kebencian

"Kenapa kakak membawa anak pembawa sial itu kemari?" tanya Sania dingin membuat Riana kaget

"San, dia an.." belum sempat Riana menuntaskan kalimatnya, Sania sudah memotong

"Stop! Jangan pernah ucapkan kalimat yang menjijikan itu! Dan bawa anak pembawa sial itu keluar dari ruangan ini!" pinta Sania penuh kebencian membuat Riana makin kaget dan kedua bola mata Riana berkaca-kaca

"Mama" ujar Radika membuat Sania tersentak kaget, Sania menggeleng kencang

"Tidak!" teriak Sania

"Dia sudah tau kalau kamu ibu kandungnya San" jelas Riana membuat Sania makin kaget

"Tidak! Aku bukan ibu kandung anak ini! Tidak! Keluar kalian berdua sekarang! Keluar!" teriak Sania histeris membuat Radika ketakutan dan langsung memeluk Riana, Riana langsung memeluk Radika, tapi tatapannya mengarah ke Sania

Kedua orang tua mereka langsung masuk ke ruangan itu karena mendengar teriakan Sania

"Ada apa?" tanya ibunya cemas, Riana menoleh ke arah ibunya

"Bunda, tolong sajak Radika bermain keluar sebentar, Riana perlu bicara dengan Sania" pinta Riana sambil melepaskan pelukannya dengan putrinya, ibunya mengangguk mantap
Riana menatap putrinya yang ketakutan dengan tatapan lembut

"Radika pergi bersama kakek dan nenek dulu ya?" pinta Riana lembut membuat Radika mengangguk mantap

"Cucu kakek yang cantik, ayo ikut kakek" ujar ayah Riana langsung menggendong Radika.

Kedua orang tua mereka pun membawa Radika keluar dari ruangan itu.
Riana kemudian menatap Sania tajam

"Jangan pernah membawa anak pembawa sial itu ke hadapanku lagi!" pinta Sania tegas, Riana mengepalkan jemarinya erat menahan kemarahan.
Riana berjalan menghampiri Sania dan menampar pipi Sania, membuat Sania kaget

"Ka..kakak" ujar Sania kaget, kehilangan kata-kata karena sikap kakaknyayang selama ini sabar, sekarang malah menamparnya

"Kamu!" ujar Riana tertahan, menahan seluruh emosinya yang hampir meledak

"Kamu pikir kenapa selama ini kakak mengalah dan berkorban untuk kamu? Itu semua karena kakak berharap dengan pengorbanan yang kakak buat untuk kamu, kamu bisa dewasa dan menjalani hidup yang lebih baik, serta menghargai apa yang kamu punya, kamu anak kebanggan ayah dan bunda, karena itu kakak menanggung semuanya demi kamu, agar ayah dan bunda tidak kecewa, tapi apa yang kakak dapat atas pengorbanan kakak? Kamu malah menjadi monster seperti ini, kakak benar-benar menyesal sudah menyelamatkan hidup kamu dari kehancuran!" jelas Riana marah membuat Sania kaget

"Tapi meskipun begitu kakak tidak pernah menyesal dengan keberadaan Radika dihidup kakak, kakak bersumpah tidak akan pernah membawa Radika ke hadapan kamu lagi seperti yang kamu mau" ujar Riana kemudian membalikkan tubuhnya

Saat Riana melangkah kepalanya terasa pusing dan pandangannya berkunang-kunang

Pintu ruangan itu terbuka lebar, samar-samar Riana melihat sesosok wajah yang ia kenal dan sangat ia perlukan sekarang

"Langit" guman Riana sebelum kesadarannya menghilang

Tbc

Wanted! Be Mine! (You Make Me Pregnant 2)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora