06. Ingatan Manusia

178 68 49
                                    


Desiran angin menerpa surai lembut milik Aquila. Angin menyapanya kala Aquila menginjakkan kakinya keluar dari ruang kelas.

Siswa-siswi yang berlalu lalang di koridor juga ikut menyapa gadis yang mempunyai lesung pipi itu.

"Kemarin pulang sama siapa?" Ryuna mengeluarkan suaranya yang mampu membuyarkan atensi Aquila terhadap seseorang.

"Pulang sama ... ojek online," jawab Aquila sekenanya.

"Mana ada ojek online jalan kaki terus pake payung. Itu sih namanya ojek payung! Walaupun itu jaket sih tapi anggap aja payung!"
"Sweet banget lagi kayaknya. Jadi iri, eh gak iri deng."

Sweet kata Ryuna. Ryuna tidak tahu saja apa yang terjadi di antara Jevan dan Aquila.

"K-kamu kok tau?"

"Ryuna mana mungkin gak tau sih? Emangnya kamu, kudet."

Aquila mengembuskan napasnya.

Aquila itu bukan kurang update, hanya saja tidak mau mengurus kehidupan sekeliling yang menurut Aquila hanya membuang waktu saja. Dan tentunya itu bukan urusannya.

"Kemarin aku lihat sebentar sebelum akhirnya aku belok di pertigaan jalan."

"Oh."

Ryuna berdecak sebal, "Kok oh?"

"Terus mau respon gimana?"

"Udah ah lupain, aku males debat, gak mood."

Bagus lah jika Ryuna tidak bolak-balik mewawancarai Aquila.

Malas sekali jika ada orang yang selalu bertanya-tanya tentang dirinya.

"Ayo Ila buruan. Nanti kantin rame."

Ryuna antusias menarik tangan Aquila menuju ke arah kantin.

Menghiraukan bisikan-bisikan dari beberapa siswa yang sepertinya sedang membicarakan kejadian Aquila bersama seseorang kemarin. Dasar manusia penuh dengan drama.

Selang beberapa detik, Ryuna terhenti. Matanya seperti kilat memburu penjuru kantin.

"Gak ada yang kosong. Gabung sama Rendra aja, ya?"

Tanpa persetujuan dari Aquila, Ryuna dengan cepat menarik tangan milik Aquila. Menurutnya, diam berarti iya.

"Eng ... kami boleh gabung gak?"

Mereka -Rendra, Haidar, dan Jevan- menatap Ryuna dan Aquila secara bergantian sebelum akhirnya mereka mengiyakan perkataan Ryuna.

Keadaan meja mereka sudah dapat dipastikan bagaimana. Tentu saja, ramai. Sampai akhirnya Mark datang dengan membawa makanan.

"Jev."

"Hm?" respon Jevan kepada Haidar.

"Dulu kita suka sepedaan bareng loh, inget gak?"

Kening Jevan berkerut, "... dulu ... ?"

"Iya, Jev. Masa kamu gak inget. Kita tuh udah temenan dari lama, ah asal kamu gak-"

"Haidar, bisa kali bahas topik lain. Dia tuh masih anak baru, takutnya jadi gak nyaman," sambar Mark memotong ucapan Haidar.

"Loh emang kenapa? Bukannya bagus ya mancing ingat-"
"A! Babi! Sakit ogeb!"

Tanpa disadari oleh Ryuna dan Aquila, Mark menginjak kaki Haidar dengan keras.

"Temenan? dulu? Ingat?"
"D-dia Jevan?"

Onism Where stories live. Discover now