The Perfect Husband [07]

6K 236 13
                                    

Ada yang nunggu?
Awas typo nya ya...


Pukul sembilan malam Aleta memasuki rumahnya dengan perasaan bahagia. Tak sedikitpun wanita itu memikirkan suaminya. Entah terbuat dari apa hati Aleta, hingga tega menyakiti hati suaminya secara perlahan.

"Kamu dari mana Al?" tanya Rafa lembut, pria itu bahkan mendekat pada Aleta. Aleta terkesiap mendengar suara Rafa.

"Bukan urusan lo tau" jawab Aleta ketus.

"Ini urusanku Al, aku suamimu. Jadi aku berhak tau urusan kamu" ucap Rafa.

"Kamu itu suami di atas kertas Raf. Jadi gak usah terlalu ngekang aku" ucap Aleta dan berlalu dari hadapan Rafa.

Rafa menatap nanar punggung Aleta yang mulai menghilang dari pandangan matanya. "ini baru awal Raf. Kamu harus extra sabar menghadapi Aleta" ucapnya dengan miris

Rafa menatap nanar masakannya yang tak tersentuh. Mungkin sudah dingin. Rafa mulai memakan masakannya sendiri.

Aleta datang dengan pakaian yang membut Rafa sulit menenguk saliva nya. Bagaimana tidak? Aleta hanya memakai kaos dan hot pants yang sangat pendek dengan menggelung rambut panjangnya dengan asal, hal itu membuat leher jenjang Aleta yang mulus terekspos bebas di mata Rafa. Ayolah, Rafa adalah pria normal.

"Lo kenapa ngliatin gua hah?" tanya Aleta ketus, ia risih dengan tatapan Rafa bak singa kelaparan.

"Nggak. Sekarang kamu makan" ucap Rafa.

Aleta mulai memakan makanan di depannya. Ia lapar sekali malam ini, Ia tak sempat makan malam tadi dengan Arkan. Aleta memuji masakan Rafa, masakan pria itu selalu nikmat di mulutnya meskipun sudah dingin.

Setelah selesai makan Aleta bergegas menuju kamarnya. Rafa mengikuti Aleta dari belakang, Aleta menoleh menatap Rafa. "Kok lo ngikutin gue?" tanya Aleta was-was.

Rafa tersenyum mendengar pertanyaan Aleta, Ia mendengar ada ketakutan dari pertanyaan Aleta barusan.

Rafa semakin mendekat pada Aleta, hingga gadis itu mundur dan bersandar pada tangga. Aleta meneguk salivanya dengan susah payah, Ia takut jika Rafa menerkamnya tiba-tiba.

"Lo mau apa?" tanya Aleta takut.

"Aku mau kamu Al." jawab Rafa dengan nada sensual.

"Nggak. Lo pergi dari hadapan gue!" usir Aleta berteriak.

"Kenapa Al? kenapa kamu manis banget di depan Arkan tadi. Dan di saat aku ada di depan kamu kamu malah mengusirku" ucap Rafa penuh penekanan namun lembut saat Aleta mendengarnya.

"Karena gue benci sama lo" ucap Aleta dengan emosi.

"Benci? Aku pastikan kamu akan mencintaiku seperti aku mencintaimu" ujar Rafa.

"Cih. Gak akan pernah" ucap Aleta, sontak hal itu membuat hati Rafa bergetar nyeri.

Rafa berada di posisi antara marah dan cemburu pada Aleta. Tanpa banyak kata Rafa membungkam bibir Aleta dengan bibirnya. Aleta meronta, namun kekuatannya tak sebanding dengan kekuatan Rafa. Lidah Rafa memaksa masuk dalam mulut Aleta. Gadis itu berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukan Rafa, sungguh tenaga pria di depannya ini sangat kuat. Otaknya kembali berputar, hal ini tidak boleh terjadi, Ia akan melakukan hal ini atas dasar cinta. Bukan pakasaan seperti ini. Rafa tak melepaskan pagutannya, bahkan sekarang ini Ia membopong Aleta ke kamar istrinya. Aleta tak bisa berbuat banyak, Ia sudah lemas karena tenaganya sudah habis saat meronta tadi.

Malam itu, malam dimana dua insan menyatukan cintanya. Lebih tepatnya Rafa, Ia ingin memiliki Aleta sepenuhnya, Aleta menangis sesenggukan dengan apa yang di lakukan Rafa. Apa yang pernah di ucapkan Aleta hanyalah sebuah kebohongan. Ini yang pertama untuk wanita itu.

"Terima kasih Al. Sudah menjaganya untukku, semoga Rafa junior segera hadir di tengah-tengah kita" ucap Rafa mencium singkat kening Aleta. Aleta sudah terlelap beberapa jam lalu, sepertinya wanita itu kelelahan.

***

Aleta mengerjabkan matanya, kepala pusing mendera kepalanya. Ia menoleh, kearah samping. Ia melihat Rafa yang masih terpejam di sampingnya. Aleta memutar otaknya kembali, pria itu sudah merampas hal berhaga di hidupnya. Air matanya lolos kembali dan dengan bodohnya Ia juga menikmati setiap sentuhan hangat tangan Rafa yang menjamah tubuhnya.

Rafa membuka matanya pelan, Ia mendengar suara sesenggukan yang keluar dari mulut Aleta.
"Kamu kenapa Al?" tanya Rafa.

Aleta bergeming, Ia malah menatap kosong pandangannya. "Aku minta maaf sama kamu Al" cicit Rafa pada Aleta. Aleta masih dalam mode diamnya, tak merespon ucapan Rafa.

"Keluar"

"Tapi..."

"Keluar sekarang" teriak Aleta.

Rafa masuk ke kamarnya, Ia tak seharusnya membuat Aleta menangis.

"Bodoh" gumamnya.

Setelah membersihkan diri, Rafa langsung menuju dapur untuk menyiapkan sarapan dan membuat susu.

Sama dengan Aleta, wanita itu sudah siap dengan pakaian kasualnya. Ia muak berada di sini.

"Sarapan Al" ucap Rafa. Aleta berlalu saja dari hadapan Rafa tanpa menjawab ajakan Rafa.

Leya sudah menunggu Aleta di mobil. Tak lama kemudian, Aleta muncul dari balik pintu utama.
Leya meneliti wajah sahabatnya, marah dan benci menjadi satu.

"Kamu kenapa Al?" tanya Leya begitu melihat Aleta duduk di sampingnya.

"Aku hancur Ley" ucap Aleta dengan meloloskan air matanya.

"Kenapa?" tanya Leya dengan mengusap pelan bahu sabahatnya itu.

Aleta menggeleng pelan. Ia tak mau menjelaskan hal itu, Ia malu kala mengingat bahwa Ia juga menikmatinya.

"Kita berangkat aja yuk Ley, aku takut telat" ucap Aleta, Leya mengiyakan saja. Biarlah dulu Aleta tenang, jika sudah tenang Ia akan kembali bertanya pada sahabatnya itu dengan pelan.

Di dalam perjalanan, hanya keheningan yang ada. Leya masih ingin membiarkan Aleta agar wanita itu tenang. Leya menerka, apa rumah tangga sahabatnya ini sedang ada masalah? bukankah mereka masih pengantin baru?

Leya menggeleng pelan, Ia tak boleh berpikiran buruk. Ini adalah urusan pribadi mereka. Leya melirik Aleta dari ekor matanya, Aleta masih sesenggukan dengan menangis pelan. Leya kasihan melihat sahabatnya seperti ini, Aleta jarang menangis. Ini adalah tangisan pilu pertama yang di dengar oleh Leya.

Leya memarkirkan mobilnya di parkiran kampus. Sekali lagi Ia melirik Aleta. Pandangan matanya kosong dengan mata sembab.

"Al. Turun yuk, udah sampai" ajak Leya lembut.

Aleta mengangguk, Ia mengusap kasar air matanya. Aleta merogoh tasnya untuk mengambil bedak dan lipstik. Leya terkekeh pelan, masih bisa Aleta dandan setelah menangis.

"Aku udah cantik lagi kan Ley?" tanya Aleta dengan bercermin di bedaknya.

"Iya, kamu udah cantik Al. Turun kuy" ajak Leya sekali lagi.

"Kamu hutang cerita sama aku Al" ucap Leya, mereka kini tengah berjalan menuju kelasnya.

"Iya nanti aku bakal cerita. Tapi please jangan bahas ini dulu ya" pinta Aleta.

"Oke... Oh ya, kamu juga janji kan sama aku mau mentraktir aku kan?" Leya menangih janji Aleta semalam.

"Dasar kamu Ley, makanan aja gak lupa" dengus Aleta dengan terkekeh. "Iya, iya nanti aku traktir kamu di kantin. Sepuasnya" lanjut Aleta.
  




Assalamualaikum semuanya....
Yey, up lagi..
Ketik langsung publis😁

Gimana Aleta menurut kalian di part ini?
Ada yang kesel gak sama dia😂

Jangan lupa Vote dan komennya ya....

Kediri,
04 Maret 2019 - 11:06

The Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang