Hubungan

24 6 0
                                    

Mashiho sampai angkat tangan pada kemauan Yeongyu. Sampai berbusa bagaimanapun ia memperingatkan, ia tahu Yeongyu tak akan goyah.

"Jangan cari aku saat kau celaka karena dia." pungkasnya, lalu pergi.

Pun sedetik kemudian ia berbalik. "Cari aku saat kau celaka karena dia. Biar dia yang kupukuli dulu sampai mati."





Benar saja. Yeongyu tak bergeming. Ia punya jadwal tetap yang tak bisa diganggu gugat sekarang.

Sebelum pelajaran -menungu Yoonbin datang lalu melambai.

Jam makan siang -makan di meja Yoonbin sambil bertukar diam.

Jam pulang -menunggu Yoonbin keluar kelas. Kalau ia minggat dari pelajaran akhir, ia akan mengantarkan tasnya, bonus diantar pulang oleh Yoonbin.

Semuanya tanpa dialog sebarispun.

Seperti jam tubuh yang berdetak dengan sendirinya, deretan kegiatan itu sudah seperti refleks alami bagi keduanya. Seperti simbiosis mutualisme, pertukaran keuntungan konyol anak sekolah menengah atas yang berbagi hubungan tak resmi.

Bukan teman, bukan budak, bukan pula kekasih.

Entah apa sebutannya, tapi Yeongyu santai saja. Tak ada pertanyaan tentang kemana Yoonbin pergi di jam akhir, taka da rasa penasaran tentang lebam di lengan yang sesekali diperhatikannya, tak ada basa-basi cuaca, apalagi kontak fisik berlebih.






Tak terhitung sudah berapa juta kali Mashiho mengumpatinya bodoh dan sinting. Yeongyu tuli. Beralasan apapun juga Mashiho takkan mau dengar.

"Aku cuma jatuh cinta." gumam Yeongyu. "Aku cuma jatuh cinta sampai mati rasanya." 

.

.

.

.

.

..

.

.

Cliche | YoonGyuWhere stories live. Discover now