veinte

5.1K 992 241
                                    

Hari ke-2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari ke-2.

Hari kedua aku ditinggal Kak Sicheng.

Yaa nggak aku doang, sahabat-sahabatnya, Chenle, tantenya juga sih.

"Woy, ngelamun mulu! Ubanan tau rasa kamu!"

Mataku melirik tajam pada laki-laki yang baru saja mendorong belakang kepalaku.

Mark mengangkat kedua tangannya, seperti ditodong senjata. "Ampun, Dyr. Makin galak aja kamu semenjak ditinggal si Ahcong."

"Aw, aw, iya Dyr bercanda." Bule berambut hitam itu duduk di bangkunya, depanku sambil mengelus lengannya yang baru saja kucubit.

Salah sendiri, udah tau lagi bete, ditambah-tambah. Huh.

"Masih belum ada progress, Mark?"

Ia menggeleng lemah. "Belum, Dyr. Bahkan kepolisian belum nemuin tanda-tanda Ahcong."

"Huft... Dimana ya Kak Sicheng? Dia nggak kedinginan tadi malam?"

Mark meraih jemariku, mengusapnya lembut. "Doain yang terbaik aja ya, Dyr. Sesegera mungkin kita bakal nemuin Ahcong."

"Iya, Mark."

"Udah pembunuh, eh kabur pas aibnya disebar. Nyangka nggak sih kamu kakak kelas yang selama ini dikagumi cewek-cewek karena sifat polosnya ternyata pernah ngebunuh orang?"

"Nggak nyangka sih aku. Ih, aku jadi was-was deh sekarang. Emang bener ya don't judge book by it's cover."

Wah, cari gara-gara nih orang. Nggak tau mode 'aing maung' aku lagi turn on nih?

"Heh, kalau ngomong tuh dijaga ya! Beraninya ngomong di belakang!"

"Dyr, Dyr, udah Dyr."

"Lepasin, Mark. Biar aku kasih pelajaran ini cewek tukang gosip! Lepasin!"

"Aku gak nahan kamu, lepasin apaan coba."

Ngelirik tanganku, ternyata emang bener nggak ditahan. Ehe.

"Heh Mawar, Melati. Jangan ngegosip doang dong kalian kerjaannya. Mending bantuin nyari Kak Sicheng daripada gosipin dia nggak jelas kayak gini. Nggak guna tau nggak?!"

Bahuku sengaja dibenturkan pada Mawar saat melewatinya. Langkahku menuju kamar mandi juga dihentak-hentakkan. Bodo amat jadi pusat perhatian juga.

"Eh, itu Indyra, kan? Yang lagi dekat sama Ahcong?"

"Eh iya itu si Indyra. Kasian ya lagi dekat sama pembunuh."

"HEH!"

Dua siswi yang kuteriaki sampai loncat saking terkejutnya.

Mau ketawa sih, tapi situasinya nggak memungkinkan.

Mengambil langkah mendekat pada mereka, mataku menatap dua siswi itu intens. "Kalian berdua kalau mau ngegosip tuh yang pintaran dikit, dong. Bisik-bisik ngomongnya, jangan ngomong kayak tadi hampir teriak. Jangankan aku, Pak Johnny juga pasti dengar! Ya kan pak?"

clumsy | winwin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang