treinta y dos

5.4K 902 121
                                    

"DANDAN TEROOOOOOOOZ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"DANDAN TEROOOOOOOOZ."

"Berisik!"

Laki-laki di hadapanku tertawa renyah melihatku melotot, berusaha terlihat garang yang berujung kesia-siaan karena sepertinya dia memang mental baja yang nggak mempan dengan pelototan mautku. Ah, nggak kayak Icung. Nggak asik!

"Mau ke mana sih emangnya? Dandan sampai kayak mau ngelenong gitu."

"Kepo!"

"Kepa kepo kepa kepo, tuh lipstick nya sampai gigi!"

"Eh masa?!"

Aku buru-buru meraih kaca dan nyengar-nyengir sendiri untuk melihat gigi yang dimaksud.

"Tapi boong!"

"Mark!" Teriakku telat karena bule gadungan itu sudah hilang di balik pintu kelas bersama tas hitamnya. Dan alhasil aku mencak-mencak sendiri seraya merapihkan buku tulis di atas meja dan liptint yang baru saja kupakai.

Kelas sudah kosong, jadi aku bebas ngedumal tanpa takut ditegur berisik sama si ketua kelas, Hyunjin.

"Astaga sabar, Dyr, sabar... Nggak boleh bete gitu di depan Kak Sicheng. Sabar...."

"Kamu bete?"

"ASTAGFIRULLAH!"

Aku hampir saja melempar setumpuk buku paket yang kugenggam ke muka Kak Sicheng jikalau terlalu refleks.

Kaget, tiba-tiba ada yang menjawab perkataanku di kelas yang sudah kosong, dan lebih kaget lagi ada Kak Sicheng yang udah ganteng bersandar di tepi pintu kelas.

"Ngapain masuk sih, Kak?!"

"Loh, nggak boleh? Ini kan sekolah aku juga."

"Yaiya juga sih...."

"Udah?"

"Eh, sebentar."

Aku kembali memasukkan buku paket yang hampir ku lempar ke wajah Kak Sicheng.

Setelahnya aku beranjak menghampiri Kak Sicheng yang masih setia bersandar di tepi pintu kelas. Dia memasukkan kedua tangan ke dalam saku dan memandangku dengan senyum tipis.

"Nggak usah sok kegantengan gitu!" cerca ku ketika berjalan melewatinya.

"Loh, emang ganteng, kan?"

"Ya makanya jangan ditambahin gantengnya!"

Kudengar suara kekehan berat di belakang sana. Disusul dengan derap langkah kaki menyusul dan sela jemari yang diisi.

"Kamu juga jangan manis manis, Dyr. Cukup Jeno sama aku aja yang kepincut, yang lain jangan. Nggak boleh."

"Ih apasih!"

Aku menyubit pinggangnya kecil lalu membuang wajah ke samping, berusaha menyembunyikan rona yang mencuat ke permukaan.

"Kakak wangi banget sih?" Tanyaku waktu sadar kalau laki-laki di samping ku wanginya udah kelewatan.

clumsy | winwin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang