Lima

4.8K 238 0
                                    

[Revisi]

Benua bersiap-siap untuk berangkat sekolah, setelah ia selesai mempersiapkan dirinya, ia turun kebawah untuk sarapan, namun ia terheran saat ada sosok pria duduk di ruang tamunya.

Nampak sosok pria itu sedang berbicara dengan ayahnya, ayahnya yang melihat Benua sudah turun dari kamarnya pun lantas berbicara. Dan di saat itu pula sosok pria itu memutar tubuhnya menghadap ke arah Benua.

Benua terkejut saat mengetahui siapa sosok itu, cowok yang selama ini selalu mengganggu kehidupannya itu sedang berada di rumahnya, dan juga mengobrol dengan ayahnya.

"Eh udah siap sayang? Ini ada temen kamu, oh iya, nak Samudra udah makan?"

"Sebenernya sih belom om." Samudra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sambil tersenyum kikuk.

"Oh ya sudah kalau begitu, sebelum kalian berangkat kita sarapan sama-sama."

Mereka bertiga berjalan menuju meja makan, disana sudah ada Bunda yang menyiapkan makanan.

Samudra duduk di sebelah Benua, Benua menatap tajam ke arah Samudra, Samudra membalas tatapan tajam dari gadis yang berada di sebelahnya itu dengan tatapan nakalnya, ia mengedipkan satu matanya pada Benua.

Benua manatap jijik ke arah Samudra, Samudra terkekeh saat melihat Benua yang menatapnya jijik. Benua mendengus kesal melihat Samudra yang menertawainya. Benua pun memakan makanannya.

Setelah Benua dan Samudra menghabiskan makanannya, kedua nya berpamitan kepada orang tua Benua.

"Yah, bun Benua berangkat ya." Benua menyalimi kedua orang tuanya.

"Om, bun Samudra sama Benua berangkat dulu ya."

"Iya hati-hati ya, manggil nya udah bunda nih? Ya udah kalo gitu panggil om ayah aja."

Mata Benua melotot tak percaya, bagaimana tidak? Kemarin bundanya yang bilang seperti itu, sekarang? Ayah nya juga sama.

"Tunggu, ini kenapa jadi begini sih? Kemarin bunda yang ngomong gitu ke samdura, sekarang? Ayah juga ikut-ikutan? Samudra kan bukan anak ayah sama bunda, terus kenapa bunda sama ayah nyuruh samudra manggil bunda sama ayah?"

"Ya gapapa dong, siapa tau samudra juga bisa jadi anak bunda sama ayah," goda bundanya.

"Maksud bunda?"

"Yah siapa tau kalian jodoh dan itu berarti Samudra anak bunda sama ayah kan?"

Mata Benua melotot lagi saat bundanya berbicara seperti itu padanya. Apa kata bundanya tadi? Ia dan Samudra berjodoh? Benua bergidik ngeri saat membayangkan bagaimana kalau dirinya dan Samudra benar-benar berjodoh.

Benua beruntung karena abangnya sedang pergi beberapa hari untuk menyelesaikan tugasnya, kalau sang kakak nya itu ada di rumah? Sudah pasti dia di ledek habis-habisan oleh kakaknya karena perkataan bundanya. Karena hobi raka adalah membuat sang adik nya kesal.

"Bunda jangan ngaco deh, benua sama samudra tuh cuma temen, dan benua juga gamau kalau Benua dapet jodoh kaya Samudra."

"Hush, jangan ngomong gitu, kalau jodoh kamu beneran Samudra gimana? yauda kalian berangkat gih, udah siang ini."

"Yaudah bun, yah kita berangkat ya."

~~~

Samudra memberikan helm kepada gadis yang ada di depannya itu. Gadis itu diam, ia hanya menatap helm itu, enggan untuk mengambilnya, Samudra yang melihat tingkah gadis itu pun langsung menarik gadis itu agar lebih dekat denganya.

Benua terkejut saat tubuhnya di tarik oleh Samudra.

"Kalo mau di pakein tuh bilang, jangan ngekode gitu, kan gue ga tau kalo lo minta di pakein."

Samudra hendak memasang helm itu ke kepala Benua, namun kegiatannya terhenti saat Benua merebut helm itu dari tangan Samudra.

"Gue bisa sendiri, dan gue juga ga ngekode kok sama lo, lo nya aja yang modus!"

"Terserah lo dah, cepet pake helmnya, udah siang nih."

"Ck, iya dih sabar"

Benua memakai helm yang tadi di berikan oleh Samudra, setelah helm itu bertengger di kepalanya, Benua naik ke motor sport milik Samudra.

Setelah di pastikan Benua duduk di atas motornya, Samudra menancapkan gasnya, meninggalkan pekarangan rumah Benua dan menuju ke sekolahnya untuk menuntut ilmu.

~~~

Motor Samudra terparkir di parkiran, Benua turun dari motor Samudra, ia melepaskan helm yang ada di kepalanya, setelah terlepas ia menyerahkannya pada Samudra.

"Thanks udah jemput gue tadi gue, ya walaupun sebenernya gue ga pernah minta lo buat jemput gue, salah lo juga sih suruh siapa lo jemput gue tadi, tapi yah gapapa lah ya, dari pada gua naik taksi atau angkutan umum, untung aja pas lo ke rumah gue pas lagi ga ada abang gua, coba kalo ada abang gua bisa di ledek habis-habisan gue karena lo tiba-tiba jemput gue! Oke sekali lagi thanks gue mau ke kelas dulu bye!"

Benua hendak pergi meninggalkan Samudra yang masih bertengger di atas motornya, namun langkahnya terhenti saat seorang yang ada di motor menarik tangannya.

"Lo berangkat sama gue, berarti ke kelas juga sama gue donk!"

"Ck, ribet lo! Yaudah cepetan kalo lo mau ke kelas juga, malah duduk mulu di motor."

"Iya iya."

Mereka jalan beriringan di koridor sekolahnya untuk menuju kelas mereka, banyak yang menatapnya, dan berbisik-bisik tentang mereka.

"Risih banget deh gue diliatin gini, mana pada bisik-bisik gitu, pada ngapain dah?" dumel Benua

"Nanti juga lo terbiasa."

"Maksud lo?"

"Yah gini kalo lo jalan sama cowo terkeren seantero sekolah."

"Pede lo ketinggian tai!"

"Ye bodo, tapi suka kan?"

"Idih, bukan suka, tapi jijik!"

"Sekarang bilang jijik, awas aja ntar kalo bilang sayang."

"Semerdeka lo!"

Benua berjalan lebih cepat mendahului Samudra yang tengah tertawa, setelah tawanya mulai reda, Samudra menyusul Benua yang.

"Ceritanya marah nih?"

"Apaan sih, tau lah bete gue! Jauh-jauh lo dari gue."

"Tapi gue gabisa jauh-jauh dari lo, gimana dong?"

"Receh banget lo! Udah lah gua masuk kelas dulu bye."

Benua melangkahkan kaki nya untuk menginjakan kaki nya ke lantai kelasnya, tapi lagi-lagi langkah nya terhenti karena tarikan seseorang, siapa lagi jika bukan Samudra.

"Eittt, bentar, gue kan belom nyuruh lo masuk kelas."

"Yah suka-suka gue dong, kan gue yang mau masuk kelas, lagipula apa hak lo ngatur-ngatur gue?"

"Yaudah iya, belajar yang bener, jangan mikirin gue terus, karena gue ga akan kemana-mana, nanti istirahat gue jemput."

Benua mendengus kesal saat Samudra berbicara seperti itu padanya, ditambah lagi Samudra mengacak-ngacak rambutnya, membuat rambutnya yang rapi kuncir satu itu berubah menjadi berantakan.

Benua menatap tajam ke arah Samudra, tapi Samudra hanya mengedikan bahunya sambil tersenyum jahil. Samudra berlari menuju kelasnya untuk menghindari amukan dari Benua tanpa membenarkan tatanan rambut Benua.

"SAMUDRAAAAAA!!!!!!! Awas ya lo!" teriak Benua sambil menghentak-hentakan kakinya ke lantai.

TBC

Done revisi.

Jangan lupa buat vomennya:)

SAMUDRA & BENUAWhere stories live. Discover now