Chapter 2

2K 189 16
                                    




Beam POV

Hei, Forth! Apa kabar? Bagaimana harimu?
Apa kau makan dengan baik? Apa kau  memakai pakaian hangat di musim dingin agar tidak sakit?
Maafkan aku. Maafkan aku menyakitimu. Maafkan aku. Maafkan aku.
Aku harap kau bahagia. Aku harap kau berhasil melangkah.
Aku harap kau telah menemukan seseorang yang mampu melengkapi
dan membuatmu percaya lagi pada cinta, bahkan meski hatiku hancur memikirkan hal itu.
Aku ingin kau bahagia meski itu bukan denganku.
Kau adalah satu-satunya orang yang aku cintai selain diriku.
Satu jam, satu hari, satu bulan lainnya tanpa kehadiranmu, tanpa kehangatanmu, tanpa cintamu.
Hatiku tidak berhenti bermimpi untuk melihatmu lagi,
merasakan lenganmu memelukku, dan bibirmu menyatu dengan bibirku.
Apakah itu mungkin? Bisakah ini diperbaiki?

Aku rasa tidak.

Aku terbelenggu pada kenangan saat kita bersama.
Kau membawa sepotong hatiku yang tidak mungkin bisa disembuhkan.
Maaf. Maaf. Maaf.
Berapa kali aku mengatakan itu di dalam tidur tak lelapku?

Ketika tangisku begitu deras, aku tenggelam dalam air mataku sendiri.

Kelly selalu datang memelukku pada malam-malam itu untuk menenangkanku.
Dia tahu aku tidak bisa hidup sendiri. Tidak sejak setahun yang lalu, sejak semuanya berakhir di antara kita.
Aku menulis lagu untuk dia nyanyikan, kau tahu? Akankah kau mendengarkannya suatu hari nanti ?
Akankah kau membaca liriknya? Akankah kau tahu lagu itu berbicara tentangku, tentang kita?
Hatiku hancur berkeping-keping. Aku menghancurkannya.
Kau hanya perlu tahu jika aku mencintaimu, jika aku akan selalu mencintaimu.
Tidak ada orang lain bagiku kecuali dirimu, Forth.
Aku sudah pasrah hidup dalam kesendirian.
Berbahagialah cintaku. Hiduplah, hiduplah untuk kita berdua.
Karena aku sudah mati dalam kehidupanku selama satu tahun ini,
sejak hari aku melihat sosokmu menjauh dariku.
Itu memori terakhir yang aku miliki darimu, punggungmu yang pergi menjauh dariku.
Dan air mata pertamaku, air mata yang belum berhenti dalam tiga ratus enam puluh lima malam, mengalir di pipiku.

Maafkan aku. Maafkan aku. Maafkan aku.

Tidak sehari pun berlalu tanpa aku memikirkanmu.
Akankah ini berakhir? Apakah masih ada air mata di dalam diriku untuk ku tumpahkan?
Aku tahu itu. Karena kau adalah sahabatku, kekasihku, segalanya bagiku.

Baiklah, Forth. Aku harus tidur. Aku akan menulis lagi besok malam, seperti setiap malam-malam sebelumya.

Aku mencintaimu, sayangku.

Selalu.

Aku memasukkan surat itu ke dalam amplop, melipatnya dengan rapi dan meletakkannya di kotak bersama yang lainnya. Totalnya tiga ratus enam puluh lima surat. Tiga ratus enam puluh lima surat yang tidak pernah aku kirim. Tiga ratus enam puluh lima surat yang aku tulis setiap hari, malam demi malam. Kata-kata yang berbeda di setiap surat, tapi dengan perasaan yang sama, permohonan yang sama, rasa sakit yang sama.

Kotak itu menjadi berat sekarang. Dan karena aku menaruhnya di bagian atas lemari, aku tidak sengaja menyenggol kotak lain yang kemudian jatuh mengenai kepalaku. Ratusan foto berserakan di lantai.

Wajahnya menyapaku dari foto-foto itu. Semua momen yang kami lalui bersama tersimpan dalam foto-foto yang sekarang terpampang di hadapanku. Membawaku ke dalam kesedihan, ketakutan, dan kesepianku yang paling dalam. Dan aku merasakannya datang.

Broken Heart (Bahasa Translate)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz