Flutter

690 40 7
                                    

Suasana terasa sangat mencekam saat ini.

Emir terlihat seperti hakim yang ingin menggantung tubuhku.

Aku mengatupkan bibir ku yang mulai kering.

Kedua telunjukku saling beradu satu sama lain.

Butiran keringat mulai muncul di kening, bahkan sekujur tubuh.

"Hei, jelaskan padaku" emir membuka suara diantara kami bertiga.

Apa yang harus ku jelaskan?

"Kak, kami hanya teman kampus" sela syahla.

"Tidak. Maksudku, bagaimana bisa dia ada dimana mana. Di pondok, bahkan disini...
Kau menguntit adikku?" Emir menatapku.

"Tidak. Tentu saja tidak sama sekali" jawabku cepat.

"Lantas? Kau akan bilang ini kebetulan?" Emir bertanya lagi.

Aku sangat ingin menjawab nya dengan kata 'ya. kau mau apa?'

Tapi nyali ku terlalu ciut.

"Entah apapun itu alasannya, Aku tidak ingin kau berkeliaran di sekitar adikku" sambung emir, matanya menyorot kan sebuah kebencian.

"Kak.." syahla meremas salah satu tangan emir.

Apa ini hanya karena tumpahan kopi waktu itu?

Lalu dia membenci ku se parah ini?

Sangat tidak masuk akal.

"Kak, dia itu temanku. Kau tidak boleh menyuruh nya pergi" gumam azfer.

"Kau tidak mengenalnya azfer" emir menaikan sedikit nada bicaranya.

Sorry, emir.
Apa bahkan kau mengenalku juga?

Astaga. Syahla.
Kakakmu sangat menyebalkan.

Syahla memberiku tatapan yang membingungkan.

"B..baiklah. jika dirasa aku mengganggu, aku tidak akan muncul di hadapan mu atau orang orang terdekatmu" jawabku .
Entah aku akan menyesal atau tidak.

"Good" ucap emir .

"kurasa kau sudah mengerti, tidak ada yang perlu di bicarakan lagi" lanjutnya.

Aku menatap mereka bergantian dan baru tersadar.

"Ah.. iya aku akan pulang, terimakasih telah mengizinkan aku bergabung " sergah ku bangun dari bangku.

Azfer menarik tanganku.

Kemudian aku teringat sesuatu dan mengeluarkan nya dari dalam tas.

"Ini milikmu, terimakasih" aku melepaskan tangan azfer, menggantinya dengan kaos dan mantel yang kupinjam waktu itu.

"Sampai jumpa" ucapku menunduk dan bergegas keluar dari rumah itu.

Lalu berjalan cepat.

Kemudian berlari.

Kencang.

Bodoh.

.
.
.
.
.

*Author P.O.V

Hanya ada keheningan diantara mereka bertiga.

Kemudian sang adik tanpa ragu mengutarakan perasaannya.

"Kak maaf, aku tidak mau kakak terlalu ikut campur dalam masalah ku" gumamnya pelan.

Mata kakaknya membulat.

TA'ARUFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang