1

61 3 2
                                    

"Berjanjilah padaku" pinta seorang perempuan memeluk erat kekasihnya.

"Hmm" jawab sang kekasih dengan gumaman dan membalas pelukan itu.

"Jangan pernah tinggalkanku"

Suara perempuan itu berubah lirih. Lelaki itu lantas tersenyum dan melepas pelukannya. Memegang kedua pundak perempuan itu dan menatap hangat padanya.

"Apapun yang terjadi, aku tidak akan meninggalkanmu. Meskipun ragaku nantinya tak bisa di sisimu, percayalah aku selalu di dekatmu, sangat dekat dengamu"

Kedua mata almond itu berkaca-kaca memandang sang lelaki. Menatap lekat-lekat wajah itu, wajah yang slalu membuatnya tenang. Kemudian beralih menatap lekat-lekat mata lelaki itu, mata yang slalu memandangnya dengan hangat.

"Aku percaya padamu. Aku percaya"

Perempuan itu kembali memeluk kekasihnya erat bersama dengan air matanya yang mengalir cepat tak tertahan.

---

"Aku percaya padamu"

Suara lirihnya terendam oleh derasnya hujan di sore itu. Matanya terus memandang pada pusara yang basah karena hujan. Untuk kesekian kali mata itu basah karena cairan bening yang tak kunjung mau berhenti. Wanita itu menangis dalam diam.

"Apakah kau kedinginan?"

"Pasti kau kedinginan"

Lagi-lagi wanita itu berbicara sendiri pada pusara itu, menunggu jawaban yang tak akan pernah ia dapatkan.

"Maafkan aku"

Air matanya mengalir deras mengakhiri perkataannya. Matanya masih terfokus pada pusara itu. Pusara yang bernamakan Dev Gray, tempat beristirahatnya kekasih wanita itu, Sandara Clark. Ya, kekasih wanita itu sudah lebih dulu meninggalkannya, berada di dunia yang berbeda dengannya. Tiga tahun sudah wanita itu hidup tanpa sosok lelaki yang terbiasa hidup di sisinya. Dan tiga tahun itulah ia hidup dengan kamuflase yang ia ciptakan sendiri. Mengkamuflase kehidupannya dari rasa kesakitan. Namun sekuat apapun ia menyembunyikan, akan slalu ada celah yang mengetahui bahwa wanita itu tidak baik-baik saja.

---

Suasana tegang tengah mendominasi pembicaraan antara orang tua dan anak bungsunya. Pembicaraan yang sangat dijauhi oleh seorang anak ketika memperdebatkan kehidupan masa depannya.

"Aku tidak akan setuju" suara tegas seorang lelaki mengintrupsi orang tuanya.

Matanya menajam menatap lelaki yang lebih tua darinya.

"Ada atau tanpa persetujuan darimu pun kau akan tetap menikah. Kau hanya kuberi tahu dan melaksanakannya" jawab tenang seorang lelaki berumur setengah abad lebih.

Lelaki paruh baya itu hanya duduk tenang sambil menyeruput tehnya dengan santai. Ia sangat mengetahui bagaimana karakter putra bungsunya itu dan harus dengan cara apa ia bisa meladeninya, ia sangat mengetahui.

"PAPA..." bentak lelaki muda itu emosi.

Ia sangat tidak menyukai hal yang berbau perjodohan.

"Jaga sikapmu Brian" suara lantang milik mama lelaki muda itu menyelanya.

Lelaki muda itu lantas menatap mamanya. Berharap sang mama akan memihak padanya.

"Mama... aku sudah mempunyai pilihan sendiri. Aku tidak bisa menerima perjodohan ini"

Lelaki muda itu mencoba memberi pengertian. Berharap mamanya akan paham dengan situasinya saat ini. Namun suara papanya kembali menegaskan perkataannya.

The StringWhere stories live. Discover now