3

22 1 0
                                    


Seorang lelaki dengan pakaian serba hitamnya tengah berdiri menatap kosong pusara yang masih basah oleh bunga-bunga di atasnya. Kaca mata hitamnya menyembunyikan air matanya yang tak mau berhenti mengalir. Ia masih sulit percaya jika yang ada di depannya adalah makam kekasihnya, Calista Still. Baru tadi malam ia melihat wajahnya, dan itu pun ia buat menangis. Ia menyebut dirinya adalah lelaki terbodoh.

"AWAS...." teriak wanita cantik pada seorang lelaki yang tidak sadar akan adanya mobil yang melaju kencang ke arahnya.

Sebelum mobil itu menabrak, ia berlari cepat ke arah lelaki itu yang belum mengerti maksud teriakannya. Dengan segera wanita itu menggeret lengan lelaki yang masih mengambil lembaran-lembaran kertas yang berserakan di tengah jalan. Namun karena tubuhnya tidak bisa menyeimbangi berat lelaki itu, membuat ia dan lelaki itu jatuh terguling ke pinggir jalan.

"Kau tidak apa-apa kan?" ucap wanita itu menatap lelaki yang berhasil ia tolong.

Lelaki itu tidak lantas menjawab pertanyaan sang wanita. Ia malah menatap lekat mata wanita itu,mata indah yang seakan menghipnotis dirinya. Mereka masih dalam posisi setengah berpelukan dengan wajah yang sangat dekat.

"Ya... kau tidak apa-apa?" tanya ulang wanita itu sedikit jengkel karena yang ditanya hanya diam menatapnya.

Merasa canggung karena terus ditatap, membuat wanita itu segera berdiri dan membersihkan pakaiannya yang sedikit kotor. Seakan baru tersadar, lelaki itu juga berdiri dan membersihkan pakaiannya. Lelaki itu kembali berlari ke jalan raya untuk mengambil kertas-kertas laporannya yang tadi tidak sengaja ia jatuhkan dan berakhir jatuh bersama dengan wanita yang tidak dikenalnya karena hampir tertabrak.

"Ck..." lelaki itu berdecak sebal melihat beberapa lembaran laporannya rusak dan kotor.

"Apakah kertas ini lebih penting daripada nyawamu?" tanya wanita itu sambil membantu lelaki yang masih mengambil lembaran kertasnya.

Lelaki itu masih terdiam tidak menjawab pertanyaan wanita itu. Ia menatap kembali wanita itu yang masih sibuk mengambil lembaran laporannya. Rambut panjangnya sedikit berterbangan tertiup angin membuat lelaki itu kembali terhipnotis.

"Ini..., lain kali berhati-hatilah" ucap wanita itu menyerahkan beberapa lembaran kertas ke lelaki itu.

Wanita itu lantas pergi meninggalkan si lelaki yang masih terdiam menatap kepergiannya yang semakin jauh. Ia kembali tersadar dengan merutuki dirinya sendiri karena tidak sempat mengucapkan terima kasih dan tentunya menanyakan namanya.

Brian kembali teringat disaat ia bertemu dengan Calista untuk yang pertama kalinya. Bagaimana Calista terus berbicara dengannya namun ia hanya diam membisu menatap Calista, wanita cantik yang telah menolongnya. Ia tersenyum mengingat kenangan itu, namun sedetik kemudian senyumnya hilang tergantikan dengan air mata kesedihan. Ia sangat menyesal...

"Kau memang hebat Brian Hessley, kau membuatnya datang padamu lalu dengan mudah kau membuatnya pergi jauh" ucap seorang lelaki dari kejauhan dengan senyum sinisnya melihat laki-laki yang masih betah berdiri di samping makam yang masih baru.

---

Tibalah di mana hari yang dinanti-nantikan. Tepatnya hari yang dinantikan oleh orang tua kedua belah pihak pasangan, namun tidak untuk pasangan yang akan mengucap ikrar pernikahan. Wanita itu memandang dirinya ke cermin, mematut dirinya dari atas sampai bawah. Bertanya-tanya apakah yang ada di cermin itu memang benar refleksi dirinya. Ia masih sulit percaya jika hari ini ia akan menjadi istri seseorang, dan seseorang itu bukanlah Dev, Dev yang ia cintai. Wajah datar itu masih tampak pada wajah cantiknya yang sudah terpoles natural oleh make up.

"Ya Tuhan Sandara, ada apa dengan wajahmu?" ucap Adelicia yang tiba-tiba berdiri di samping Sandara tanpa ia sadari.

"Memang kenapa dengan wajahku?" ucap Sandara melirik sekilas Adel dan memandang kembali wajahnya ke cermin.

"Wajahku sudah cantik" tukas kembali Sandara dengan wajah datarnya.

Mendegar jawaban Sandara membuat Adelicia mendecih.

"Cih..setidaknya ganti wajah datarmu dengan tersenyum anggun"

"Aku hanya tidak ingin pamer"

"Dasar kepala batu" cibir Adel.

Sandara hanya diam menanggapi cibiran Adel, hingga keheningan berlangsung lama di antara mereka.

"Kau harus benar-benar bahagia " ucap Adel tulus memandang Sandara yang masih terdiam menghadap ke cermin.

Mendengar perkataan Adel membuat Sandara tersenyum dan menghadap ke arah sahabat yang sudah menemaninya sampai saat ini.

"Tentu Del"

Tepat saat itu pintu ruangannya terbuka oleh seseorang yang memberitahukan kepada Sandara bahwa pernikahan akan dimulai.

---

Seorang lelaki tampan sudah rapi dengan setelan tuxedo hitamnya. Memandang kosong ke arah luar jendela kaca ruangan tunggunya. Brian Hessley, ya lelaki itu pada akhirnya menerima pernikahan itu seperti yang telah papanya ucapkan. Bukan karena takut akan kehilangan namanya, melainkan karena sudah merasa kehilangan arah tujuan hidupnya. Tujuan hidupnya sudah pergi meninggalkannya. Mungkin dengan cara seperti ini ia sedikit melupakan kesakitan itu tapi tidak untuk cintanya, cintanya hanya untuk Calista.

Maafkan aku Calista, aku mencintaimu...

Ikrar setia kedua insan itu berlangsung secara hikmat. Pernikahan yang hanya dihadiri oleh kerabat dekat dan beberapa kolega dari orang tua kedua pasangan terlihat ikut memberikan restu pada kedua pasangan itu. Pernikahan itu sengaja disembunyikan dari publik untuk sementara waktu, mengingat Sandara sendiri adalah seorang musisi yang slalu menjadi objek trending topik para netizen dan wartawan.

"Sayang, selamat ya. Mama masih belum percaya jika sekarang kau menjadi anak mama"

Ucap mama Brian bahagia memeluk Sandara yang baru saja menjadi menantunya. Sandara tersenyum mendengar ucapan mama mertuanya.

"Terimakasih tante"

"Kok tante, panggil mama sayang?" ucap mama Brian memberitahu melepas pelukannya.

"Ah....maaf ma..ma"ucap Sandara sedikit kaku.

Ia belum terbiasa dengan panggilan itu. Ada rasa canggung ketika ia memanggil orang lain dengan sebutan mama. Namun orang lain itu sekarang adalah keluarga barunya.

"Kau harus terbiasa dengan panggilan itu sayang" ucap mama Brian kembali memeluk Sandara.

"Ia hanya terlalu bahagia Hans. Sejak lama ia mendambakan seorang putri"

Canda Hessley kepada besannya, papa Sandara. Davidson hanya menanggapi dengan tawanya.

"Tidak apa-apa Jame. Terimakasih sudah menerima putriku"

"Sandara sekarang juga putriku Hans"

Papa Sandara hanya menanggapinya dengan tersenyum.

"Sandara" panggil papanya.

Papanya menghampiri Sandara dan menantunya.

"Jadilah istri dan menantu yang baik, jangan mengecewakan papa" ucap pelan papanya di telinga Sandara.

Papanya bahkan masih bersikap dingin padanya. Padahal Sandara ingin melihat papanya tersenyum untuknya meskipun hanya sekali.

"Iya papa" ucap Sandara mencoba tersenyum kepada papanya.

"Ku titipkan putriku padamu nak. Jaga ia baik-baik" ucap Davidson memeluk menantunya itu, Brian.

"Baik papa" jawab Brian.


Bersambung...

Somewhere, 31 Agustus 2019

Rayalinbee


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 31, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The StringWhere stories live. Discover now