MP-4: Larangan Alex

5.2K 382 5
                                    

TIDAK terasa waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Rasanya otak Bella sudah memanas sejak tadi. Alex benar-benar berhasil membuat pikirannya ini mendidih dengan mengajarinya buku sebanyak itu dalam waktu setengah hari.

Alex yang melihat Bella tepar di sisinya hanya bisa terkekeh. "Capek?" tanyanya kemudian.

Bella berdesis lalu membenarkan posisinya. "Capek banget. Tapi ... sekarang aku udah mulai ngerti dikit-dikit sih, hehe. Makasih ya."

Alex ikut tersenyum mendengarnya. Lelaki ini lalu melirik jam tangan di lengannya dan kembali menatap Bella. "Udah siang. Lo mau pulang?"

Bella menggeleng kecil. "Nanti bentaran lagi. Aku males di rumah. Pasti Ibu marah-marah lagi sama aku," jawabnya.

Alex bergumam seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Ibu lo galak banget, ya? Dia sering nyiksa lo?"

Ya, sejauh ini hanya Alex lah yang mengetahui tentang kehidupan Bella. Dan tentu saja Bella sendiri yang menceritakan hal itu kepada Alex. Halnya, Bella tidak mempunyai seorang teman pun untuk diajak bercerita.

Bella menghela nafasnya pelan. Gadis ini lalu menenggelamkan wajahnya di atas meja. "Selagi nilai aku jelek, Ibu pasti marah-marah terus." Bella memiringkan kepalanya untuk melihat Alex dari samping. "Menurut kamu, Ibu aku baik, kan? Dia cuma mau aku jadi anak pinter. Setelah nilai aku bagus-bagus, Ibu pasti bakalan sayang sama aku, kan?"

Alex tertegun mendengarnya. Ia dapat melihat sirat kesedihan yang dipancarkan oleh mata Bella. Sesaat kemudian, Alex berdehem lalu ikut menyimpan kepalanya di atas meja, lalu bergerak untuk menoleh Bella hingga posisi mereka kini saling tatap.

"Gimana pun juga dia itu Ibu lo, Bel. Gak ada Ibu yang gak sayang sama anaknya. Dia pasti sayang banget sama lo," ujar Alex, menatap Bella dengan tatapan mendalam.

Bella tersenyum kecil lalu mengangguk. "Aku tahu. Huft," Bella menegakkan tubuhnya, yang membuat Alex langsung mengikutinya. "Kadang suka capek aja hidup kayak gini terus. Aku gak pernah mau jadi orang bodoh. Aku juga gak terlalu males-malesan, kok. Tapi kenapa sih, aku dikasih otak sebegitu lemotnya kayak gini," tukas Bella menggerutu.

Alex tertawa kecil. Ia mengacak rambut Bella dengan gemas. "Lo cuma perlu berusaha. Asal lo tau, Lo itu istimewa," ujar Alex, membuat Bella menoleh ke arahnya.

"Istimewa?"

Seketika Alex gelagapan. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal kemudian menjawab, "Ya ... iya, maksud gue semua orang itu istimewa. Semuanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, kan?" Duh, hampir aja gue keceplosan, lanjut Alex dalam hati.

Bella mengangguk membenarkan. Dan bersamaan setelah itu, ia jadi teringat insiden di pagi tadi--saat ia bertemu dengan lelaki bermasker, yang tertarik dengan kalung yang dipakainya.

"Tadi pagi gue ketemu seseorang," ujar Bella tiba-tiba.

"Siapa?" sahut Alex dengan cepat.

Bella menggedikkan bahunya, tidak tahu. "Aku gak kenal sih, sama orangnya. Dan itu kali pertamanya aku ketemu sama dia," jelas Bella menjeda kalimatnya sesaat. "Dia aneh banget. Masa baru pertama kali ketemu kayak gitu, dia udah berani minta kalung ini," sambung Bella seraya mengeluarkan kalung di balik kerah bajunya.

Mendengar hal tersebut membuat Alex tertegun di tempatnya. Lelaki ini terdiam sesaat lalu dengan cepat menggelengkan kepalanya. Sepertinya Alex sudah mengetahui siapa orang tersebut.  "Jauhin dia, Bel," ujarnya kemudian.

Bella mengernyitkan dahinya dan menjawab, "Kenapa?"

Alex menelan salivanya. Lelaki ini menaruh tangannya di bahu Bella. "Intinya lo harus dengerin gue. Lo harus jauhin dia," balas Alex, misterius.

Bella menghela nafasnya seraya menurunkan tangan Alex di bahunya. "Kamu kenal sama dia?"

Alex memejamkan matanya sesaat lalu beralih untuk menatap ke arah lain. "Dia berbahaya buat lo, Mel." Alex kembali menatap Bella dan melanjutkan ucapannya. "Apapun yang terjadi, lo gak boleh ngasih kalung itu ke siapapun, oke?"

_________________________________

Mermaid Princess [END]Where stories live. Discover now