MP-20: Mencoba Beradaptasi

2.4K 193 0
                                    

LAMPU-Lampu di setiap sudut kerajaan mulai dinyalakan. Hal ini pertanda bahwa hari sudah memasuki malam.

Bella yang tengah termenung menatap jendela itu hanya bisa memeluk dirinya sendiri. Gadis ini sejak tadi tidak melakukan apa-apa. Hanya berdiri mematung seraya sesekali bergidik kedinginan. Tentu saja ia yang notebennya adalah manusia ini, belum terbiasa dengan suasana di dalam laut. Apalagi mengingat hawa di bawah air sini sangatlah dingin. Bella hanya bisa berharap agar Justin segera mengembalikannya ke daratan, itu saja.

Bella tersentak ketika tiba-tiba seseorang menutupi tubuhnya dengan sebuah kain. Bella menoleh, dan mendapatkan Justin yang tengah tersenyum kecil ke arahnya.

"Aku tahu kamu belum terbiasa dengan semua ini, Bella. Jadi--"

Bella berdecak. Tanpa menunggu Justin menyelesaikan kalimatnya, gadis ini lebih dulu melepaskan kain tadi dan mengembalikannya kepada Justin.

"Cukup, Jus. Jangan berpura-pura lagi bersikap baik kepadaku! Aku tau kamu hanya memanfaatkan keberadaanku saja," sarkas Bella, sukses membuat Justin tertegun mendengarnya.

"Bella ..."

"Kenapa? Memang itu, kan kenyataannya? Jujur saja aku sudah muak! Di daratan nasibku sudah tidak baik, sekarang di lautan? Sama saja! Bahkan lebih buruk! Apa aku harus mati saja agar--hmmph!" Ucapan Bella seketika terhenti ketika Justin tiba-tiba membekap mulutnya.

Justin mendorong tubuh Bella hingga menyentuh dinding, lalu mengurung gadis itu dengan kedua tangannya.

Mata tajam Justin menyipit, menatap Bella dengan dalam. "Aku tidak ingin kamu berkata seperti itu lagi."

Bella menepis tangan Justin yang menutup mulutnya. "Kenapa?" Bella tertawa hambar. "Apa dengan aku mati, kerajaanmu ini akan hancur? Apa dengan aku tiada, kerajaanmu ini akan lenyap, Jus? Kamu hanya memikirkan nasib kerajaanmu saja, kan? Tidak denganku!" tukas Bella.

Salah satu tangan Justin yang menopang pada dinding kini mengepal. Pandangannya masih tertuju kepada satu titik, yaitu Bella.

"Kenapa kamu diam saja? Memang itu kan, kenyataannya?" Bella kembali bersuara. Kini gadis tatapan gadis itu menjadi teduh. "Di dunia ini ... tidak ada satupun orang yang memperdulikanku. Mereka semua hanya memanfaatkanku. Kau juga, kan?" cicit Bella kemudian.

Justin menelan salivanya dengan susah payah. Ia sedikit terkejut ketika kini wajah cantik Bella menampilkan ekspresi sedih.

"Kenapa takdir begitu jahat kepadaku, Jus?"

Justin terdiam seribu basa. Posisinya yang kini tengah memojokkan Bella, membuat Justin bisa melihat dengan jelas bagaimana sirat kesedihan yang gadis itu tampakkan.

Selanjutnya Justin terhenyak ketika melihat beberapa butir mutiara mulai berjatuhan ke atas tanah. Itu ... air mata Bella. Apa gadis itu menangis?

"Dari sejak kecil, aku tidak pernah mendapatkan kasih sayang. Ibu yang seharusnya menyayangiku sepenuh hati, malah sering memarahiku dengan mencaci maki," kekeh Bella, seakan menertawakan dirinya sendiri.

"Dan Ayah ... kau benar, Jus." Bella membalas tatapan Justin lalu tersenyum kecut. "Aku memang tidak pernah melihatnya. Tapi ... aku yakin bahwa dia sangat menyayangiku. Dia adalah ayahku. Dia bukan dewa laut," sambungnya kemudian.

Bella mulai menundukkan wajahnya. "Mungkin hanya dia yang menyayangiku di dunia ini, dan Kak Aurel juga."

"Dan aku juga," lanjut Justin, membuat Bella kembali mengangkat wajahnya untuk menatap Justin.

"Kau ...?"

Justin mengulum senyum. Tangannya kini menangkup kedua pipi Bella dan mengusapnya, seakan menghapus air mata walaupun Justin sendiri tidak bisa melihatnya.

"Aku sayang kamu, Bella."

deg

Bella terdiam beberapa saat ketika Justin berkata seperti itu. Gadis ini hanya menatap Justin tanpa berkedip.

Hal tersebut membuat Justin semakin mengembangkan senyumannya.

Justin mendekatkan wajah mereka, dan mengecup bibir Bella sekilas lalu berbisik,

"I Love you."

________________________________

Mermaid Princess [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang