adeKelas: -1

37 8 5
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak
(^~^)
Selamat membaca ^^


Dia, seorang perempuan berjas hitam dengan tatapan tajam pada setiap murid di depannya yang menunduk menghindari mata pekatnya, kecuali satu orang. Sudah melanggar, tatapan seolah menantang, juga tapi wajah lugu yang membuat seseorang berpikir dua kali untuk memarahinya.

"Kenapa kamu nggak pake dasi?" ucap perempuan berjas hitam pada anak bermuka lugu di depannya.

"Kakak tahu sedotan?" ucap Kai, membuat perempuan di depannya mengangkat sebelah alisnya, menatap sang Casis alias calon siswa yang bertanya hal tak masuk di akal. Hey, bahkan kecebong saja tahu apa itu sedotan.

"Sedotan itu kayak peraturan di sini. Iya sih penting, tapi aku masih bisa tanpanya," lanjutnya dengan senyum manis.

Perempuan itu tersenyum dengan ujung bibirnya lalu berjalan ke depan, menyejajarkan diri dengan komisi disiplin lainnya. Jas hitam dengan tiga garis biru di kiri lengannya membuat dirinya paling menonjol diantara komisi disiplin yang lainnya, bahkan terlalu menonjol sehingga mencuri pesona siapa saja yang melihatnya.

"Beri mereka lima belas push up, hitungan serentak," ucapnya sambil mengikat rambutnya yang terurai, dengan angin yang menghembus uraian rambut itu membuat dia tampak begitu memesona, rambut kemerahannya berkilau, dengan wajah menggoda, juga bibir gradasi yang menambah kesan manis. Kai, pria itu tunduk pada tatapan pertama.

"Tapi untuk anak itu, beri dia dua puluh lima." perempuan itu tersenyum pada Kai, lalu pergi bersama dua orang pria di belakangnya, menyisakan tiga orang komisi disiplin lainnya yang siap memberi hukuman pada para murid baru yang ingin menyicipi sensasi berolahraga saat matahari tepat di atas kepala mereka. Ya, itu ide dari ketua komisi disiplin,  Haera.

'Huening Kai, selamat. Kamu sekarang ada di list ketua komisi disiplin,' batin perempuan dengan nama lengkap Lee Haera itu.

"Haera, mengapa kamu memberi hukuman yang lebih banyak pada anak di ujung itu?" tanya seseorang di belakangnya. Seorang laki-laki dengan jas hitam yang disertai dua garis biru di lengan kirinya, menandakan bahwa jabatannya masih di bawah Haera.

"Ah, si sedotan itu. Kamu pasti akan tertawa saat mendengar jawabannya ketika aku bertanya," ucap Haera tersenyum sambil menengok ke belakang, membuat rambut kemerahannya itu bagai menari diterpa angin.

"Memangnya dia bilang apa?" ucap laki-laki dengan tulisan Hwang Hyunjin itu.

"Sesuatu yang menyebalkan," Haera tertawa lalu berbalik menghadap depan.

"Hey Haera, kakakmu pasti akan tidak menyetujui jika kamu pacaran dengannya," ucap Yang Jeongin, teman sekelasnya.

"Hah? Aku? Dengan si sedotan? Jangan becanda Yang Jeongin," ucap Haera.

"Aku nggak becanda sayang," Jeongin tertawa.

"Cie sayang sayangan, aku pergi ah," Hyunjin memajukan bibirnya lalu menghentakkan kaki, membuat badan tinggi tegapnya kehilangan pesona ketika dia bersikap seperti itu.

"Hyunjin apaan sih? Siapa yang sayang sayangan?" Haera pada Hyunjin si anak IPA 1.

"Ya kamu lah!" Hyunjin menatap Haera sambil memajukan bibirnya, tanda bahwa dia sedang marah, marah dalam arti bukan sebenarnya.

"Kapan?"

"Tenang, walau Haera tak mengakui dia bilang sayang, tapi aku tahu dia Always mikanyaah¹ saya," ucap Jeongin dengan bahasa ala es campurnya, entah dari mana si bayi ini belajar bahasa sunda, namun itu cukup membuat Haera terkesan.

*1 : mikanyaah memiliki arti menyayangi. Diambil dari bahasa sunda dengan kata dasar nyaah yang berarti sayang.
"Mari membuat pelangi kawan," ucap Hyunjin merapatkan kedua tangannya lalu membukanya seperti membentuk pelangi, lalu tertawa sendiri karena toxic spongebob di otaknya. Untung saja seorang Hwang Hyunjin ini tidak menonton film Rabbids Invasion, jika iya, maka dia harus menyewa traslator pribadi untuk bahasa buatannya.

"Woy stay cool woy! Kita masuk ke kelas para adek imut, lucu, dan menggemaskan." Jeongin membenarkan kerah jas hitam dengan dua garis biru itu, seraya memasang wajah seriusnya, menyembunyikan senyum manis di baliknya.

"Ehem," Hyunjin mendehem lalu menyeka poninya ke belakang, memamerkan dahinya, juga lehernya ketika dia mengangkat kepala.

'Saatnya,' batin Hyera. Di masa kepemimpinannya ini, dia tak boleh mengecewakan.

Pintu kelas dibuka oleh Jeongin, membiarkan Hyunjin masuk ke kelas, disusul Haera, lalu disusul Jeongin setelah menutup pintu setengah membantingnya, membuat seisi kelas hening, atmosfer mendingin, serta seisi kelas yang penuh dengan wajah-wajah tegang yang cocok dijadikan meme.

"Kalian kenal siapa kami?" ucap Hyunjin.

"Hha ..., kenapa muka kalian tegang gini hah?" ucap Jeongin dengan tawa dan senyum manisnya, memamerkan behelnya.

Senyumnya membuat perempuan di depannya menunduk menahan senyum, siapa yang tidak terpesona pada senyum pria dengan pesona semanis dirinya? Tangan Jeongin menggenggam tangan kiri seorang junior siswi, membuat semua mata tertuju padanya.

"Jangan takut, kami nggak gigit, karena ada gunting." Jeongin menggunting gelang perempuan itu, lalu melemparnya ke belakang, membuat gelang itu hanya menjadi seutas tali dengan manik yang menghambur tanpa pola.

"Kami komisi disiplin," lanjutnya menjawab pertanyaan Hyunjin yang diberi jeda tadi.

"Semua simpan tas diatas meja, berdiri, lalu angkat tangan sejajar telinga." Haera memukul papan tulis membuat suasana lebih menyeramkan setelah penyerangan tanpa aba-aba dari Jeongin.

TBC
Vote? (~‾▿‾)~

Adek kelas (kai)Where stories live. Discover now