[1] IRU

3.9K 387 1
                                    

□■□■□■□■□

Ketika duduk di bagian depan Puroast Coffee di Miami Ave untuk menikmati muffin dan espresso, pengacara pribadinya muncul menenteng tas tenteng yang selalu dibawanya ke mana-mana. Mengambil duduk di depan Naruto yang masih meniup cangkirnya.

"Aku tidak tahu mengapa kau perlu datang sepagi ini untuk mengganggu acara minum kopiku."

"Kau mungkin tidak akan berminat lagi dengan kopi dan muffin itu," pengacaranya berkata, sembari mengambil semua berkas-berkas dari dalam tasnya yang usang. "Jadi, aku melaporkan sesuatu yang membuatmu harus terbang ke Tokyo siang ini," Naruto mengangkat kedua alisnya ke atas. "Ini ada hubungannya dengan kakekmu, tapi bukan memerintahkan kau kembali ke negara kelahiranmu. Aku hanya melaporkan kalau ada undangan reuni di kotak surat di rumahku."

"Buang saja. Aku menyuruhmu melakukannya sejak bertahun-tahun lalu," dan seperti yang dikatakan pengacaranya, Naruto langsung tidak berminat pada espresso di depannya bahkan berlaku pada muffin yang sebentar lagi akan digigit, kemudian dari dalam muffin akan terdapat cokelat meleleh—rasanya luar biasa enak—serta paling penting, mendapatkan muffin tersebut diawali sangat pagi—Puroast tidak menjual banyak, hanya bagi beberapa orang yang beruntung untuk bisa menikmatinya.

"Reuni itu diadakan dua tahun sekali bukan? Ini sudah kelima kalinya kau menolak. Mengapa kau tidak mencoba datang, beritahu mereka kalau kau sudah pindah rumah, berencana berkelana daripada menetap. Atau menghubungi salah satu dari mereka saja. Jangan bilang kau tidak berteman dengan siapa-siapa saat SMA!"

Naruto mendorong gelas espresso ke depan sang pengacara. Cukup percaya diri langsung dicicipi, sebaliknya buru-buru mengernyit mendapati rasanya sangat pahit. "Aku lebih baik menggerus obat daripada minum ini." Katanya, agak jengkel.

"Temanku banyak. Kalau tidak berteman dengan siapa-siapa, mengapa pula mereka mengirim undangan itu sampai jauh-jauh ke Miami?" sang pengacara menyetujui. "Lalu, apa yang harus aku lakukan terhadap kabar yang akan kauberikan mengenai kakekku?"

"Dia ingin kau datang pada makan malam yang sudah direncanakan olehnya untuk nanti malam. Dia bilang akan memperkenalkanmu pada calon tunanganmu," Naruto langsung mendengkus, secepatnya, begitu dia mendapatkan kabar, dan sama menjengkelkannya ketika dia mendapatkan surat reuni. "Ini bukan berita bohong!" pengacaranya mencoba meyakinkan. "Kau tahu artinya saat undangan reuni itu datang bersamaan dengan undangan kakekmu?" Naruto masih diam. "Berarti kau diberikan pilihan untuk menghadiri salah satunya."

"Aku tidak akan menghadiri dua-duanya."

"Kau harus hadir salah satunya." Naruto memutar bola matanya. "Salah satu bisa dijadikan alasan. Kakekmu mungkin akan mengerti kalau kau pergi ke Jepang untuk menghadiri reuni. Jauh-jauh hari sudah merencanakan itu. Aku bisa pesankan tiket pesawat siang ini. Kau hanya perlu menyiapkan badanmu untuk terbang."

"Aku ingin tetap berada di Miami!" Naruto memberitahu—dia memang tidak berminat keluar dari Miami dalam waktu dekat. Miami masih enggan untuk ditinggalkan setelah selama sepuluh tahun ini dia bergelut pada pendidikan, dan sekarang waktunya berlibur, setidaknya dua tahun menjelma seperti pria pengangguran. Meskipun sebenarnya, dengan menguap dia sudah menghasilkan jutaan dolar, dalam hitungan menit saja.

"Rencana pernikahan kakekmu sepertinya tidak main-main. Di umur 30 tahun, kakekmu berjuang mati-matian supaya kau segera menikah. Kau mau mendapatkan bocoran?" Naruto terlihat enggan, tapi telinganya siap menerima bocoran yang sangat rahasia itu. "Kau boleh percaya atau tidaknya—tapi mungkin kau tidak akan percaya, karena aku bukan pengacara pribadi kakekmu. Tapi aku yang selalu mendapatkan bocoran dari beliau, ya meskipun kakekmu tidak membicarakan langsung padaku."

IRU - I Remember You ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora