[12] IRU

2.3K 339 4
                                    

□■□■□■□■□

Tanpa dipikirnya dua kali Naruto langsung menarik Hinata kembali ke kamar hotel mereka saat keadaan perempuan itu benar-benar kacau. Yah, beruntung jika perempuan itu tidak memberontak. Ini belum terlambat, daripada harus kepergok membawa perempuan yang lari dari rumah sakit jiwa, setelah itu menyusun skema aneh untuk kembali berhubungan dengan sang pacar.

Lebih penting, dia tidak mau mencoreng nama Namikaze-Uzumaki yang terhormat. Naruto mungkin tak membayangkan ayah dan ibunya di surga tengah mengutuk karena kejadian ini, sebab Naruto percaya, orangtuanya betul-betul memahaminya lebih dari siapa saja di dunia ini.

Sebaliknya ini tentang sekelompok orang yang berhubungan dengan keluarga Uzumaki, kakeknya, dan mungkin terakhir Aoba, yang mengingat pria itu memiliki kewajiban untuk menutup mati-matian skandal yang menjadi pertama kalinya dia ledakkan.

Satu lagi, ada Karin—sepupu dari anak baptis kakeknya, gadis itu akan bergembira ria, dan Naruto tidak mau membayangkan Karin berbahagia kesetanan dan mulai menghambur-hamburkan apa yang didapatkan olehnya nanti. Di saat gadis gila itu berencana akan menjual koleksi kuda miliaran dolar milik kakeknya. Atau bangunan tua nan kuno yang akan dirombak gila-gilaan.

Sejam kemudian setelah membuat Hinata tenang—entah bagaimana caranya tadi—Naruto benar-benar lupa, gadis itu tiba-tiba terduduk di pinggir ranjang dan membeku begitu saja. Naruto menghubungi Masamune, temannya, dan memerintahkannya untuk cepat datang. Kabar gembira, bahwa Masamune membawa tamu yang tak terduga. Ini bukan hanya soal pria itu akan menceritakan kejadian kaburnya sang pacar. Masamune siap membawa saksi kunci, bagaimana bisa Hinata lolos dari rumah sakit tersebut.

Melewati masa getir sendirian di dalam kamar bersama Hinata, dan setelah itu Naruto mendapati pacarnya terbaring dan mungkin lelah harus terus-terusan menangis, dan suara bel berbunyi, segera Naruto mengintip dari lubang, menjumpai Masamune bersama seorang wanita pertengahan empat puluhan.

"Senang kau datang, maaf, aku benar-benar minta maaf soal ini," Naruto berkata penuh sesal.

"Tidak masalah, aku tahu apa yang sedang kau khawatirkan," balas Masamune, agak melirik ke belakang Naruto. "Di mana pacarmu?"

"Dia ada di kamar, kondisinya benar-benar kacau. Kami hampir membuat keributan di koridor, untung saja tidak ada orang, kecuali di depan lift tadi. Ya, Hinata tiba-tiba kabur, dia bilang sedang melihat ibunya. Kabar buruknya, dia tidak sedang berhalusinasi." Naruto berkata agak gagap sambil mempersilakan teman dan wanita yang dibawa oleh temannya masuk ke dalam. "Tadi pagi, aku bertemu adiknya. Aku benar-benar tidak bisa mengerti ini. Seolah... ini seperti... oh Tuhan, aku tidak bisa mengatakannya dengan jelas."

"Kau terserang panik, tenang, tenang, kami ada di sini untukmu." Masamune menepuk perlahan pundak Naruto, lalu menoleh pada sosok wanita di sampingnya. "Dia mantan perawat pribadi Hinata. Hampir semua yang ada di bangsal VVIP memiliki perawat pribadi. Tapi dia dipecat karena kelalaiannya dengan membiarkan Hinata kabur. Bukan, ini bukan kelalaiannya, tetapi pacarmu yang meminta dia untuk membebaskannya."

"Bagaimana bisa?" Naruto bertanya, beralih pada seorang wanita yang kemudian mengambil duduk di sofa suede bersama Masamune setelah dia dipersilakan. "Kau menurutinya, atas dasar apa? Kasihan?"

"Tentu saja tidak," wanita itu berucap agak takut, dan melirik Masamune yang kemudian mengangguk, seolah memberikan persetujuan padanya.

"Kami bekerja dengan sumpah untuk tidak melepaskan mereka. Kami memiliki tugas untuk membersihkan tubuh pasien pribadi kami di setiap pagi di pukul tujuh. Kami harus membawakan sarapan, memastikan pasien kami menghabiskannya. Kami juga membawanya jalan-jalan di bagian taman atau memberikan makan ikan di sebuah kolam di tengah taman," wanita itu menerangkan dengan hati-hati. "Saya sudah bekerja selama dua tahun, berada di sisi Ms. Hyuuga. Namun tiga hari yang lalu, saya dipecat atas kelalaian. Mereka betul-betul tahu bahwa saya yang melepaskannya, karena hanya staf yang memiliki kunci, Id Card kami adalah kunci untuk membuka pintu dan gerbang. Dan saya satu-satunya yang bertanggungjawab."

IRU - I Remember You ✔Where stories live. Discover now