Empat

549 48 2
                                    

Hari ini adalah hari minggu. Hari dimana Veranda dan Shania akan menonton pertunjukkan theater drama musikal. Dan sekarang sudah pukul 18:05, tetapi sang kakak belum juga selesai berbenah diri, sedangkan sang adik dari tadi sudah menunggu nya di ruang tamu.

"KAK VE! CEPETAN!! KITA BISA KEJEBAK MACET KALO GAK BERANGKAT SEKARANG!!

Teriak Shania dari ruang tamu. Ia nampak gelisah saat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri nya sudah menunjukkan pukul 18:12. Padahal acara theater nya akan dimulai 48 menit lagi, tetapi sang kakak belum juga terlihat akan menuruni tangga rumah nya.

"Astagaa!! Kak Ve, ngapain aja sih?! Dandan kok lama banget! Padahal cuma nonton theater ini doang." Gerutu Shania dengan memainkan ponsel di tangan nya.

Saat sedang asyik-asyik nya melihat timeline di twitter nya, ia mendengar langkah kaki seseorang menuruni tangga rumah nya. Ia menatap ke asal suara, dan betapa terkejut nya saat melihat sosok gadis cantik sedang berjalan menghampiri nya.

"Yuk, Shan jalan!"

Bukan nya berdiri dan segera berangkat, justru Shania masih diam terpaku memandangi Veranda, sang kaka. Ve yang merasa aneh dengan adik nya, mengernyitkan dahi nya bingung. Bukan nya tadi sang adik yang teriak-teriak untuk segera bergegas, tapi sekarang ntah kenapa Shania malah diam dengan mata yang memandangi nya kagum dan mulut yang sedikit terbuka.

"Shan! Kamu kenapa?" Veranda melambaikan tangan nya di depan wajah Shania, tetapi Shania masih belum sadar dari keterkejutan nya. "Shan! Heii!!" Panggilan sedikit keras dan sentuhan di tangan nya, membuat Shania tersadar dan mengerjap-ngerjap kan mata nya. Ve yang melihat Shania seperti itu menatap nya bingung. "Kamu kenapa, Shan?"

Shania menoleh pada sang kaka sambil tersenyum manis, hingga tercipta senyum yang seperti bulan sabit. "Eh, nggak. Gapapa kok, kak."

"Kamu serius?"

"Iya, kak. Emang nya kenapa?" Tanya Shania balik.

"Kamu daritadi kaka panggil-panggil gak nyaut-nyaut. Kamu sakit?" Pertanyaan Ve mendapat gelengan cepat oleh Shania. "Terus kenapa tadi bengong waktu kaka dateng?"

"Aku kira tadi yang aku liat bidadari turun dari khayangan. Eh, ternyata kaka aku toh." Jawab Shania sambil nyengir kuda.

Ve terkekeh pelan mendengar ucapan dari sang adik. Ia kira Shania sedang tidak enak badan, makanya bengong. Tapi nyatanya hanya ingin menggombali dirinya. Padahal jika dilihat-lihat Ve sedang tidak memakai pakaian yang terlalu wow. Ia hanya memakai atasan warna biru tosca dan bawahan rok selutut dengan warna senada. Ia juga memadukan dengan cardigan warna putih dengan motif bunga-bunga, dan higheels berwarna senada dengan cardigan yang ia pakai. Tapi di mata Shania yang notabene nya perempuan saja sudah wow, bagaimana jika laki-laki diluaran sana yang melihat sang kaka, mungkin akan pingsan ditempat. Yaa.. mungkin memang dasar nya Veranda nya saja yang sudah cantik dari sananya kali yah. "Kamu tuh yah, ada-ada aja."

"Hehehee..."

Mereka pun bergegas keluar rumah dan segera masuk ke mobil Ve dan menjalankan nya menuju tempat theater.

*****

"Tuhkan, kak Ve! Acara nya udah di mulai nih." Omel Shania, saat keduanya sudah sampai di tempat theater namun pertunjukkan nya sudah dimulai dari beberapa menit yang lalu. Dan itu membuat Shania kesal pada sang kaka, karna lama sekali berbenah diri.

"Yaa.. mana kaka tau kalo jalanan nya bakalan macet tadi." Bela Ve.

"Itu karna kaka kelamaan dandan nya, makanya kita jadi kejebak macet. Mana parkiran nya penuh lagi tadi, kita kan jadi muter-muter." Gerutu Shania yang masih saja mengomeli Ve. Sedangkan yang diomeli malah melihat ke atas stage dengan dahi mengernyit. Shania yang melihat itu semakin cemberut dengan kelakuan sang kaka, bukan nya membujuk dirinya atau sekedar minta maaf pada nya, sang kaka malah sudah menonton pertunjukkan theater yang menampilkan seorang pangeran sedang mencari keberadaan seorang permaisuri di dalam hutan.

Dia, bukan Anakku!Where stories live. Discover now