Eps. 14 : Memahami

2.2K 231 64
                                    

This is for Bunssodan Couple Shipper..

***

ROOM 101

Woojin dengan telaten membersihkan  dan mengobati luka di telapak tangan pria cantik ini dengan perlahan. Telapaknya sedikit terluka akibat terjatuh saat pria aneh itu akan menodongkan sebuah pisau padanya.

Untung saja ia datang lebih cepat, jika tidak nyawa pria cantik di hadapannya ini sudah dipastikan akan berakhir di tempat pemakaman.

Ia juga sungguh berterima kasih kepada warga setempat yang mau membantunya tadi untuk membawa manusia penguntit itu langsung ke kantor polisi.

Sungguh diluar dugaan, jika ia tidak lebih cepat mungkin saja Jihoon akan terbunuh. Pasalnya ia memang sudah memperhatikan pria penguntit itu sejak Jihoon ada di dalam mini market.

Memang sedikit mencurigakan, tetapi untungnya ia mengikuti Jihoon hari ini, dan  nyawanya pun bisa selamat.

Tetapi jauh dari itu semua..

Woojin melirik sekilas pria cantik yang tengah meringis sakit dihadapannya.

...akhirnya ia bertemu dengan Jihoon.

Meskipun dalam kondisi yang tidak mengenakkan. Tetapi setidaknya mereka bertemu.

"sudah selesai," Ucapnya. Ia membereskan kotak obat juga beberapa perban dan plester. Tanpa memandang pria cantik itu ia beranjak dari sana mengambil sesuatu dari dalam kulkas.

Jihoon pun tidak banyak bicara, saat Woojin membawanya kemari dan sampai detik ini ia hanya diam sambil sesekali memperhatikan pemuda gingsul itu.

Ia tidak tau apa yang harus di katakannya saat ini, karena Woojin pun tidak banyak bicara juga. Jadi suasananya sangatlah... Canggung..

Woojin kembali dengan segelas minuman coklat hangat kesukaannya dan memberikannya pada Jihoon.

"minumlah, ini akan menenangkanmu," ucapnya.

Ia ragu-ragu ketika menerima gelas yang berisi coklat hangat tersebut, tetapi akhirnya ia menerimanya. "t-terima kasih," ucapnya sedikit gugup.

Lagi-lagi ia tidak mau melirik pemuda dihadapannya. Tidak! bukan! lebih tepatnya kedua orang ini tidak mau saling melirik orang dihadapan mereka.

Woojin lebih memilih duduk sedikit jauh dari Jihoon, bukan karena malu atau canggung, hanya.. entahlah.. Kenapa ia merasa sedikit marah pada pemuda cantik ini.

Ia marah karena Jihoon tidak bisa menjaga dirinya sendiri disaat ia tidak bersamanya.

"seharusnya kau segera pulang, bukannya pergi ke tempat mini market sepi," tukasnya tiba-tiba dengan nada sedikit marah.

Jihoon hanya bisa diam ketika Woojin berbicara seperti itu.

Jangan bilang Woojin sedang marah?

"a-aku hanya ingin makan ramyeon sebelum pulang," balasnya sendu.

"kau bisa memakannya di rumah, seandainya kau lebih memilih untuk pulang tadi kau tidak akan terluka seperti ini, dan lagi kau tidak menelepon polisi,"

Jihoon kembali diam dan menunduk.

Semua perkataan Woojin memang benar. Jika saja ia pulang ke hotel mungkin ia tidak akan bertemu dengan penguntit itu. Dan dirinya tidak dalam kondisi bahaya. Tetapi, jika ia pulang ke hotel pun, ia tidak akan bertemu dengan Woojin seperti sekarang ini.

Pemuda gingsul itu menghela nafasnya panjang. Berusaha untuk tidak terlalu memarahi kecerobohan Jihoon. Dirinya hanya terlalu mengkhawatirkannya.

"jangan memarahiku," balasnya cemberut.

ROOM 101 (2Park) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang