Redamancy-1

7.6K 619 29
                                    

Better to read Elysian before you read this :)

***

Mark pertama kali mengenalnya saat Jeno membawa teman-temannya ke rumah.

Namanya Na Jaemin. Jeno memanggilnya Jaemin namun kedua temannya yang lain memanggil Nana.

Dia seorang pemuda dengan perawakan tinggi, wajah manis dan menarik-tak lupa senyum yang selalu tersungging membuat Mark berpikir, apakah lelaki ini tidak pernah merasakan pahitnya dunia?

Suaranya serak-sedikit husky dan hearse tapi tetap enak didengar telinga.

Kelebihan utamanya adalah mudah berbaur.

Orang tua mereka langsung jatuh cinta di pertemuan pertama. Namun, Mark masih tidak tahu, apa daya tarik Na Jaemin selain wajah rupawan dan senyum menawan.

***

Undangan kedua dari Jeno datang saat mereka sedang sibuk mengerjakan presentasi untuk tugas geografi. Si bungsu Jung menawarkan rumahnya untuk ditempati kerja kelompok.

Tentu saja tiga pemuda pemalas yang jadi temannya mengangguk setuju. Haechan terutama-alibinya sih karena orang tuanya sibuk, maka rumahnya sepi dan tidak ada makanan, sementara rumah Jeno selalu hangat dan penuh aroma lezat.

Renjun lain lagi, dia jatuh cinta pada arsitektur rumah Jeno, jarang sekali menemukan rumah rindang nan hijau di tengah kota seperti sekarang.

Kalau Jaemin, anak itu diam saja, ikut suara terbanyak yang tentu saja dimenangkan Renjun dan Haechan.

Mereka bertiga sepakat untuk ke sana sepulang sekolah dengan titik kumpul di rumah Haechan yang lebih dekat. Jaemin setuju, Renjun mengiyakan namun Jaemin tidak datang.

Renjun menggeleng tidak tahu saat Jeno bertanya, kemana temannya yang satu itu. Mark menguping dari balik komputer jinjing yang menampilkan lembaran kosong microsoft word.

"Ada acara lain mungkin. Dia tidak bisa dihubungi," katanya.

Jawaban itu membuat pikiran Mark terdistraksi, kemana pemuda Na? Kenapa dia tidak ikut berkumpul?

***

Jumpa ketiga membuat Mark semakin gencar mengamati.

Pemuda itu dan Renjun sibuk berkejaran di kebun palawija milik Jaehyun, bersembunyi di antara batang jagung yang rindang. Tak jarang, Mark melihat mereka berempat duduk di bawah sulur daun anggur yang mulai matang, sesekali memetik buahnya dan memakan langsung.

Mark memerhatikan itu semua. Namun tidak memiliki keberanian untuk mengajaknya bicara.

"Anak-anak, ayo makan dulu!"

Suara ibunya berseru membuat keempatnya berlari-berebut tempat di meja makan yang dipenuhi masakan rumahan. Jaehyun duduk di ujung, tersenyum manis melihat wajah-wajah lapar di depannya.

Mata Mark masih belum lepas dari sosok yang duduk di depan ibunya, suara tawanya mengganggu, raut bahagianya terbayang, lamunannya terhenti saat suara Haechan terdengar.

"Jeno-yaaa, Renjun kan tidak menyukai udang. Sana, berikan cumi."

Dia mendengus. Dari tingkahnya saja Mark sudah jelas tau kalau adiknya menyukai Huang Renjun.

Suara kekehan Jaemin membuatnya menoleh, "Jeno tidak peka sekali. Aku yang suka udang, kenapa malah memberiku cumi?"

Entah apa yang menggerakkan Mark untuk menyumpit jatah udang gorengnya ke piring Jaemin. Membuat semua mata menatapnya takjub.

Dia bisa melihat senyum jahil di bibir orang tuanya, bahunya mengedik, ini kan hanya udang, kenapa begitu dipermasalahkan?

***

redamancyTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon