Redamancy-23

2.1K 321 24
                                    

To: markj03@gmail.com

From: najaeminss@gmail.com

Subject: halo, hyung.

Seoul, 2019.

Untuk Mark hyung di London.

Hai, hyung.

Ah, kaku sekali rasanya mengetik ini setelah beberapa bulan ini aku terbiasa dengan sakit dan rindu yang terpendam.

Sejujurnya, aku tidak biasa menulis sesuatu tentang perasaanku atau apapun itu yang mungkin bisa jadi beban bagi orang lain. Tapi, karena keadaan memaksa, aku akhirnya membuka laptop dan mulai merangkai kalimat untukmu. Mungkin sangat sederhana, tapi tolong pahami, karena aku hanya akan mengirim ini sekali. Tidak akan ada yang kedua sekalipun kau membalasnya nanti^^.

Pertama, bagaimana kabarmu? Baik? Bagaimana London? Apakah menyenangkan? Seperti apa hidupmu di sana, hyung? Lebih baik atau tidak? Pernahkah sekalipun kau memikirkanku seperti aku memikirkanmu?

Mengetik ini membuat pikiranku melayang pada hari di mana kali pertama kita berkenalan. Rasanya lucu sekali jika mengingat bahwa selama ini ternyata kisah aku dan kau berlangsung sesederhana itu.

Terima kasih untuk segalanya, hyung. Terima kasih karena sudah membiarkanku jatuh padamu tanpa penolakan ataupun penerimaan. Sikapmu yang tarik ulur membuatku tidak bisa membaca atau menyelam untuk tahu apakah ada Na Jaemin yang terpatri di hatimu.

Sore tadi, aku berkunjung ke rumahmu, hyung. Kau tahu apa yang dikatakan Paman Jaehyun padaku?

"Tolong jangan menyerah terhadap Mark, Jaemin."

Aku sangat ingin tertawa.

Betapa egois permintaan ayahmu, kan, hyung?

Jangan menyerah katanya. Lalu bagaimana jika kau sendiri yang tidak ingin berjuang bersamaku? Asal kau tahu, hyung, aku tak sekuat itu untuk bertahan sendirian. Maaf, hyung. Maaf.

Aku mencintaimu, tapi aku pun mencintai diriku sendiri. Aku tak sebodoh itu untuk tetap bertahan pada masa depan semu bersamamu yang akhirnya akan menyakitiku.

Haechan selalu bilang padaku untuk move on. Tapi, aku tidak pernah benar-benar merealisasikannya, karena sulit untuk menghapusmu dalam hatiku. Namun, kali ini, setelah merenungkan baik-baik semuanya, hatiku, hatimu yang masih abu-abu, juga orang-orang di sekitar kita.

Aku memutuskan untuk berhenti, hyung.

Maaf.

Kadang, hal-hal baik seperti perasaan ini memang tidak harus berkelanjutan. Karena tidak semua yang dimulai dengan baik harus berakhir dengan baik pula, terlebih aku dan kau yang memang tidak pernah dimulai.

Ini bukan salahmu yang tidak berani mengambil keputusan, juga bukan salahku yang terlalu lelah menanti. Tapi, mungkin kisah kau dan kau hanya sebatas ini saja, hyung.

Penyesalan mungkin akan mampir setelah aku mengirim surel ini. Mengingat betapa tinggi dukungan orang-orang disekitar kita. Tapi, itu hanya aan berlangsung sesaat. Aku akan menyesuaikan diri, hyung.

Jadi, tidak usah dipikirkan. Baik-baik di sana, belajar yang rajin agar kelak jadi anak dan kakak yang berguna. Aku mencintaimu jadi aku memilih melepasmu.

Jaemin.

***

Mark tahu, udara malam tidak baik untuk kesehatan karena pada malam hari, pepohonan tidak memproduksi oksigen. Namun, di sinilah ia sekarang, saat jarum jam menunjuk angka dua dengan secangkir kopi yang masih mengepul di sisinya.

redamancyWhere stories live. Discover now