🌴 1. First Impression

23 1 0
                                    

Suara mengeluh dan bentuk barisan yang sudah tidak beraturan di lapangan pagi ini menandakan bahwa para siswa memang sudah jenuh mendengar amanat dari pembina upacara pagi ini.

Upacara sudah tidak terlaksana dengan khidmat, beberapa siswa sudah banyak yang mengobrol dan tidak lagi memperhatikan pembina upacara yang sedang berbicara di depan sana.

Para peserta upacara tampak acuh. Alih-alih memperhatikan atau mendengarkan pemina upacara, mereka lebih memilih mengobrol dan asik dengan dunia mereka sendiri.

brak!

Seluruh warga sekolah otomatis langsung beralih fokus mencari tahu darimana asal suara tersebut. Fokus mereka terarah ke depan, namun bukan ke pembina upacara, ternyata ke arah sang pemimpin upacara yang pingsan secara tiba-tiba.

Para guru sontak panik, dan beberapa petugas PMR dengan tandunya segera menghampiri pemimpin upacara tersebut untuk membawanya ke UKS.

Setelah pemimpin upacara digantikan mendadak oleh pengurus OSIS, akhirnya upacara kembali dilanjutkan, namun tidak dengan amanat pemina upacara yang memang kelewat panjang. Khawatir akan ada korban pingsan selanjutnya, upacara segera di selesaikan sebelum matahari benar-benar terik.

•••

"Kan tadi udah gue bilang, kalo sakit gak usah dipaksa," ucap Bima yang sedang berada di ruang UKS.

Alih-alih menjawab, gadis yang di ajak berbicara kini asik sendiri dengan roti yang baru saja di bawakan oleh Bima untuknya.

"Lea, denger gue."

"Ck, apa sih Kak!" sahut gadis itu tampak kesal. "Gue nggak sakit, gak usah ribet."

Bima menatap lekat gadis yang berstatus sebagai adiknya ini untuk beberapa saat. "Terus kenapa tadi sampe pingsan?"

"Panas, gerah." jawab Darlea yang masih sibuk mengunyah rotinya.

Bima hanya dapat menggelengkan kepalanya menghadapi Darlea sebelum akhirnya pamit untuk kembali ke kelasnya. Sejujurnya Bima masih ingin menjaga adiknya ini, namun jika nanti akhirnya malah akan terjadi adu mulut, Bima memilih lebih baik untuk kembali ke kelasnya.

Di SMA Mentari ini, petugas upacara akan selalu bergiliran tiap minggunya. Setiap kelas akan mewakilkan beberapa anggotanya untuk menjadi petugas upacara. Minggu ini merupakan giliran kelas XI IPA 2 yang merupakan kelasnya Darlea.

Karena dianggap memiliki suara yang cukup lantang, akhirnya Darlea terpilih untuk menjadi perwakilan kelasnya menjadi pemimpin upacara hari ini.

Seisi kelas sudah memberikan kepercayaan penuh pada Darlea untuk melakukan tugas tersebut dengan baik, namun apa boleh buat.

Pada hari minggu kemarin, Darlea sempat kehujanan demi membeli peralatan untuk tugas praktik. Akibatnya, Darlea sempat demam dan merasa kurang sehat.

Kakaknya ––Bima, sudah melarangnya untuk sekolah. Namun karena Darlea merasa memiliki tanggung jawab akan hal tersebut, mmebuatnya memaksa untuk tetap pergi ke sekolah.

"Pulang aja Le," suara Mila ––teman sebangkunya, mampu membuyarkan lamunan Darlea tentang apa yang sudah terjadi.

Darlea menoleh, mendapati Mila yang datang sambil membawa tas berwarna navy miliknya.

"Ih, kok tas gue di bawa ke sini?"

"Gue udah izinin ke guru piket, lo pulang aja sana."

"Siapa bilang gue mau pulang?" tanya Darlea yang sukses membuat Mila menghela napasnya dengan kasar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

somehowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang