25. Epilog

779 35 4
                                    

Bus pariwisata sudah berjejer rapi di lapangan utama. Ada Sembilan bus pariwisata yang siap mengantarkan siswa-siswi kelas XII menuju kegembiraan sementaranya, sebelum menghadapi macam-macam ujian sekolah yang akan mereka hadapi setelah ini.

Setiap kelas diacak empat sampai lima orang untuk memasuki salah satu bus nomer satu hingga Sembilan yang telah tersedia. Rahel menghembuskan napasnya kasar, setelah melihat daftar namanya berada di bus satu, pasalnya dirinya harus satu bus dengan Fafa.

Rahel duduk sembarangan di bangku kosong tengah-tengah bus. Dirinya belum memikirkan akan duduk dengan siapa. Rahel tidak membaca detail, siapa saja dari kelasnya yang menggunakan bus satu ini.

Putri datang, dengan senyum cengirnya. Menyelonong duduk di bangku sebelah Rahel.

"Yeayy, kita satu bus," Putri mengacungkan kelima jarinya, mengajak high five Rahel.

"Untung saja ada lo, kalau enggak gue bisa mati kutu sendirian di bus ini."

"Eh Hel gue mau nanya," terang putri nyelonong.

"Apa?"

"Lo pacaran sama Fafa ya?"

Seketika Rahel melotot. Sudah hampir sebulan mereka berdua merahasiakan hubungan ini, dan sudah hampir sebulan juga mereka berusaha bersikap biasa-biasa saja seakan tak terjadi sesuatu apapun. Tetapi kenapa putrid bisa mengetahuinya begitu mudah?

"Maksud lo?"

"Akhir-akhir ini gue sering lihat lo deket banget sama Fafa, tetapi lo juga deket sama Rehan."

"Lalu kenapa lo bisa menyimpulkan kalau gue pacaran sama Fafa, cuman gara-gara gue deket sama mereka."

"Karena, kalau sama Rehan nggak mungkin. Orangnya aja cerita sama gue, kalau baru patah hati," Putri mengatakan begitu entengnya. Tidak dengan Rahel yang sangat terbebani oleh kata-kata Putri, "Eh kalung lo bagus banget. Gue baru nyadar kalau lo memakai kalung, jahat banget y ague, kagak pekaan sama teman sendiri."

Rahel memegang liontin kalungnya, menengokan kepalanya kesembarang arah. Memastikan supaya tidak ada yang memperhatikan pembicaraan mereka berdua.

Tak sengaja, mata Rahel menjumpai sosok Fafa yang tengah tersenyum lebar melihatnya memegang liontin itu. Buru-buru Rahel menyembunyikan liontin tersebut dalam selipan bajunya.

"Gue baru-baru ini memakainya. Jadi wajar aja kalau lo pangling."

"Tapi kenapa gue merasa kalung ini memiliki aura-aura cinta didalamnya?" canda Putri yang mampu membuat Rahel gelagapan.

"Hah?"

"Canda Rahel. Kenapa lo serius banget nanggapinya?"

Rahel tertunduk malu, dirinya juga bingung kenapa harus serius banget menanggapi pernyataan Putri.

"Tetapi emang bener nggak sih lo pacaran sama Fafa?" tanya Putri sekali lagi, "Atau nggak lo pernah suka sama dia? Cerita saja sama gue, gue janji nggak bilang siapa-siapa."

Rahel terdiam. Dia tak ingin menanggap banyak pertanyaan bertubi-tubi Putri. Menurutnya menyimpan hubungannya dengan Fafa itu sudah cukup, tidak perlu banyak orang tau. Toh kan jika kita mengumbar-umbar status, kalau kita sudah putus malah menjadi aib sendiri. Rahel tidak mau seperti itu, Rahel juga tidak ingin hubungannya berakhir dengan Fafa.

"Nanti juga lo tahu sendiri jawabannya," ujar Rahel sedikit sebal.

💕💕💕


Sekarang rombongan bus sudah sampai di parkiran luas kebun teh. Seluruh murid berhamburan turun dari bus untuk menempatkan diri di lapangan tengah-tengah kebun teh. Suasana kebun teh begitu asri, sejuk. Di sebelah timur kita dapat melihat pegunungan yang menjulang tinggi. Angin di daerah ini begitu lebat, tidak ada polusi debu yang dapat masuk di daerah perkebunan teh.

Ketua Kelas [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang