1

109 76 48
                                    

Biasakan Vote Terlebih Dahulu Sebelum Membaca

Suasana pagi itu sangat cerah. Sinar matahari sudah menelusup di antara tirai jendela kamar Clarissa. Burung-burung yang bertengger di dahan pohon pun sudah berkicau dengan merdu. Namun, sang pemilik kamar masih meringkuk di bawah selimut tebalnya yang nyaman.

Clarissa baru dua jam yang lalu sampai di Indonesia setelah melakukan perjalanan dari New York ke Jakarta.

Suara kicauan burung masuk ke telinganya dan membuatnya membuka sebelah kelopak matanya. Detik berikutnya, dia kembali menutupnya karena terlalu silau.

"Nona, sudah siang. Nona harus berangkat sekolah. Bukankah hari ini adalah hari pertama Nona berangkat sekolah?"

Sayup-sayup Clarissa mendengar sebuah suara, yang jelas-jelas bukan kicauan burung. Itu suara Bi Minah, salah satu orang yang menjadi pelayan dari sekian banyak pelayan di rumah ini. Clarissa tidak menanggapi kata-kata Bi Minah. Dia hanya menggaruk-garuk pipi, lalu kembali berusaha masuk ke alam mimpi.

"Nona, ini sudah jam enam."

Clarissa berusaha mengingat apa mimpi terakhirnya, tetapi dia sudah tak bisa berkonsentrasi. Suara Bi Minah yang berfrekuensi tinggi menggetarkan gendang telinganya. Burung-burung itu pun terlalu berisik. Kicauan burung ternyata tidak selamanya indah, terutama mereka yang menjadi backing vocal Bi Minah. Clarissa memejamkan matanya lebih rapat, dahinya sampai berkerut saking kerasnya berkonsentrasi.

"Nona, nanti terlambat lho."

"Arghhh," gumam Clarissa kesal, akhirnya benar-benar terbangun setelah yakin tidurnya tak akan tenang lagi. Setelah mengucek matanya keras-keras, Clarissa menatap jam di meja sampingnya. Memang sudah pukul 06.00.

"Nona...."

"Iya, iya!" sahut Clarissa cepat-cepat. Setelah itu, suara Bi Minah tak terdengar lagi. Clarissa menguap lebar-lebar, lalu merenggangkan tubuhnya.

Clarissa bangkit dan bergerak malas ke kamar mandi. Dia membubuhkan pasta gigi ke sikat giginya, dan mulai menyikat giginya. Sambil melakukan itu, dia berjalan ke pintu balkon, membukanya, lalu keluar untuk melihat suasana pagi di rumahnya.

Clarissa menyipitkan matanya untuk melihat kesibukan kecil yang sudah menjadi rutinitas di rumahnya. Ada Pak Paijo yang sedang mengelap mobil ayahnya, Pak Adi yang sedang mengelap mobil Rolls rocye hitam metalik milik Clarissa dan mobil Sport warna putih milik Bang Rafael, Pak Slamet yang sedang menyapu halaman yang sudah terlalu bersih, Pak Agus yang sedang mengelap kantornya alias pos satpam, dan Mba Tini yang sedang nongkrong di sana setelah membuat kopi untuk mereka semua.

"Nona! Nona jangan bengong aja! Entar banyak tetangga yang naksir lho," sahut Mba Tini dari pos satpam.

Clarissa cuma menatap datar orang-orang yang nyengir di bawahnya, lalu masuk untuk mandi. Sekarang Clarissa harus bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Tanpa ba-bi-bu lagi, Clarissa segera mengambil handuk lalu bergegas menuju kamar mandi. Dalam waktu lima belas menit, Clarissa sudah selesai mandi dan memakai seragam sekolahnya. Setelah memakai seragamnya, ia langsung menyambar sepatu lalu memakainya dan segera mengambil tas yang berada di atas meja dan keluar dari dalam kamar.

Clarissa pun langsung pergi menuju ruang makan untuk sarapan. Terlihat di di meja makan sudah ada ayah dan Bang Rafael. Clarissa segera duduk di samping kiri ayahnya.

Secret WindowWhere stories live. Discover now