2

112 78 42
                                    

Biasakan Vote Terlebih Dahulu Sebelum Membaca

Author POV

Mata sebagian murid SMA Rajawali yang masih berada di koridor kelas menatapnya heran, seorang siswi yang baru pertama kali terlihat di sekolah tersebut. Dengan style yang sedikit berbeda dari siswi lainnya tentu saja. Sepatu Converse high hitam, rok sekolah kurang lebih sepuluh senti di atas lutut, kemeja sekolah tanpa nametag maupun badge identitas, dan blazer hitam pelengkap seragam sekolah yang tidak melekat di tubuhnya. Tidak seperti murid lain, sudah menggunakan seragam sekolahnya dengan rapi dan lengkap. Gelang warna-warni menutupi tiga per-empat tangannya. Selain itu, ia menggunakan tas dengan motif abstrak berwarna dominan biru muda dan putih. Oh astaga! Rambut lembut itu... siapa yang tidak mengagumi rambut panjang terurai itu? Ia hanya menjepit poni rambutnya saja agar tidak terurai berantakan, tapi rambut itu terlihat beterbangan terkena angin seperti di adegan film-film picisan.

Ada yang berdecak kagum, ada yang keheranan, ada yang melihatnya sinis, dan ada juga yang melihatnya dengan pandangan iri.

Tanpa perlu menengok, Clarissa bisa merasakan apa yang sedang terjadi di sekitarnya, terutama ekspresi orang-orang saat melihatnya menyusuri koridor tersebut.

"Liatinnya biasa aja kali!" gerutunya. Namun Clarissa tetap berjalan dan memerhatikan setiap tulisan yang menggantung di atas pintu yang ia temui. Sambil terus berjalan tegap dengan muka datarnya, Clarissa tidak memedulikan orang-orang di sekitarnya.

Kelas XI MIPA 1.

Akhirnya, ia dapat menemukan kelasnya. Sambil menghela nafas, Clarissa mengetuk pintu itu perlahan. Tidak ada reaksi apapun dari dalam kelas. Ia pun mengulanginya, kali ini dengan ketukan sedikit lebih kencang. Was-was, seperti di antara kelas lain, kelas dihadapannya lah yang lebih dulu kedatang guru daripada kelas lain yang masih berkeliaran.

Tak lama dari dalam kelas, seorang guru wanita membukakan pintu untuk Clarissa. Clarissa memasang senyum manisnya yang justru terlihat menyunggingkan senyum miringnya melihat guru itu membukakan pintu untuknya. Dan ia tak suka berbasa-basi seperti ini.

"Maaf, Bu, saya terlambat. Saya murid baru di sekolah ini, saya hampir lupa dengan jadwal masuk di kelas ini. Apakah saya masih diizinkan masuk?" Tanya Clarissa sehati-hati mungkin dengan senyum yang tersungging di bibirnya. Karena pada akhirnya ia harus berbasa-basi juga layaknya murid baru.

Guru itu tampak berpikir. "Seharusnya kamu tidak diizinkan masuk dalam pelajaran saya karena kamu sudah terlambat--" ucapan guru itu terputus sambil melihat jam di tangan kanannya.

"Sepuluh menit. Saya baru telat sepuluh menit kok, Bu. Sekali lagi saya minta maaf." ucap Clarissa memohon sambil menyatukan kedua tangannya di depan dagunya. Clarissa terpaksa melakukan itu karena jika tidak, ia tidak akan diizinkan masuk oleh guru itu. Sebenarnya Clarissa tidak masalah kalo dia tidak diizinkan masuk, tapi ia sedang malas berdebat dengan ayahnya.

"Untuk hari ini kamu masih dapat dispensasi dari saya. Tapi untuk hari berikutnya, tidak akan ada lagi dispensasi dari saya. Di sekolah ini tidak ada pilih kasih, saya tidak peduli kamu itu anak donatur terbesar di sekolah ini." ucapnya ketus sambil melihat penampilan Clarissa dari ujung rambut hingga ujung sepatu Converse yang ia kenakan. Guru itu berdecak sambil menggelengkan kepala karena penampilan Clarissa yang tidak rapi dan tidak sopan. Ditambah lagi dengan sepatu yang Clarissa gunakan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 09, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Secret WindowWhere stories live. Discover now