Pilihan

3K 537 27
                                    

Adakalanya hidup membuat kita bahagia hingga melupakan apa itu tangis. Hingga ketika tangis itu menyapa, hanya sebuah kehilangan yang terasa. Mungkin dulu ia bisa tersenyum bahagia hingga melupakan semuanya, namun sekarang Nadila sadar bahagia saja akan membawa kepedihan diakhir.

"Kita kemana?" Tanya Oliv ketika Nadila sudah berdiri di depannya setelah meninggalkannya tadi.

Wajah Nadila bisa tak dikatakan baik, ada raut kecewa dan kesedihan yang kentara sekali disana. Tangan Nadila langsung berpegangan ke lengan Oliv seolah ia benar-benar membutuhkan pegangan saat ini juga.

"Dil, kamu gakpapa?" Tanya Oliv khawatir.

"Kita pulang." Ada getaran dalam suara Nadila.

"Pulang?"

"Bawa aku pergi dari sini." Setelah mengatakan itu, tanpa menunggu lama Oliv langsung membawa Nadila pergi dari rumah mewah itu.

Sepanjang perjalan Oliv maupun Nadila hanya mampu diam tanpa kata. Nadila yang menatap kosong keluar jendela dan Oliv yang enggan mengganggu lamunan Nadila itu. Entahlah, Oliv rasa Nadila membutuhkan waktu sebelum menceritakan semua padanya.

Mobil online yang mereka pesan memasuki sebuah hotel berbintang di Jakarta, hingga berhenti tepat di pintu lobi. Oliv dengan cepat membayar dan memberikan bintang pada aplikasi dalam ponselnya.

"Terimakasih ya, pak. Yuk Dil, kita keluar." Kata Oliv, dan membuka pintu mobil lali keluar.

Nadila mengikuti tanpa bantahan, matanya menatap bangunan di depannya dengan pandangan tak suka.

"Kenapa harus di hotel ini sih Liv!" Protesnya tak suka. Pasalnya hotel ini milik keluarga mantan suaminya.

Oliv tersenyum lebar, lalu menunjukkan aplikasi dalam ponselnya pada Nadila. "Gue dapet voucher menginap disini, gakpapa ya Dil." Katanya tanpa rasa bersalah sedikitpun. Dan hal itu membuat Nadila menghembuskan nafasnya panjang.

"Gue nginep di tempat lain saja."

Dengan cepat Oliv menahan lengan Nadila dan menatapnya penuh permohonan. "Malam ini saja, besok kita sudah balik lagi kan. Jadi mau ya."

Nadila dengan berat hati mengangguk, sebelum mendapat pelukan erat dari Oliv. "Makasih loh Dil. Kapan lagi kan kita nginep di hotel bintang lima begini." Kata Oliv.

"Lo udah sering, jadi gak usah norak." Bantah Nadila cepat yang dijawab dengan keras dari Oliv.

"Ck, gak bisa diajak guyon banget sih Lo. Yaudah yuk masuk." Kata Oliv, lalu menggandeng Nadila memasuki hotel milik Soeteja itu.

***

"Pi, ini gak bisa dibiarkan. Dia bukan siapa-siapa keluarga ini tapi kenapa Oma memberikan wasiat yang tak masuk akal seperti ini!!" Kata Angga tak terima. Jangankan Angga, semua orang yang sejak tadi duduk melingkar itu juga tak terima.

Pasalnya, villa yang diberikan kepada Nadila itu adalah villa yang dibangun oleh almarhum Opa untuk Oma. Dan sekarang wasiat itu menyatakan jika villa itu untuk Nadila yang menjadi mantan menantu di keluarga mereka. Bukan pada anak cucunya.

"Kita ikuti apa wasiat Oma, suka atau tidak suka." Suara Raffi layaknya tanda bahaya bagi Angga.

"Pi!"

"Bang!" Raffa dan Angga bersuara tak setuju. "Dia putri Devan!" Lanjut Raffa.

"Lalu apa? Kita menunda wasiat Mama dan membuat Mama tidak tenang?!" Raffi menjawab tak kalah dingin. Matanya menatap Raffa adiknya, lalu Angga.

Secret Love (Terbit E-book)Where stories live. Discover now