Terburuk

3.2K 475 31
                                    

Nadila menyilangkan kakinya, "Nikahi saya di depan Papa saya. Satu syarat, dan saya akan kembali menjadi istrimu."

Kata Nadila dengan seringai yang Angga benci dari dulu. Angga tahu jika wanita di depannya ini bukan wanita sembarangan, karena itulah Angga jatuh hati hingga menikahinya. Namun saat ini, seringai itu sangat amat Angga benci.

"Oke kita lakukan. Tak masalah kan jika Papamu dalam keadaan koma kita menikah?" Balas Angga tak kalah tajam. Dan ia dibuat senang ketika melihat wajah Nadila yang tampak terkejut mendengarnya.

"Pa, Pa aku kenapa?"

Angga semakin tersenyum, senyum yang membuat Nadila ingin mencakar wajah tampan itu sekarang juga.

"Koma, sekarat dan,"

"Cukup!!" Nadila berdiri dan menghentikan kata-kata Angga tentang keadaan Papanya.

Bagaimana bisa ia tidak tahu kondisi Papanya, apa yang terjadi sebetulnya ketika ia tidak ada di rumah.

"Kamu bohong kan?!!"

Angga mengedikkan bahunya, membuat Nadila semakin geram dibuatnya. "Kenapa aku harus bohong dengan bajingan itu."

"Angga!!"

Sungguh Nadila ingin rasanya menampar Angga sekarang juga. "Jangan pernah menyebut Papa ku seperti itu!" Ancam Nadila tegas.

"Dia pantas mendapatkan sebutan itu." Balas Angga tak kalah tajam.

Nadila tersenyum miris, ia menggeleng tak percaya jika pernah mencintai pria ini. Kenapa ia dibutakan dengan cinta hingga melepaskan semuanya.

"Dan apa bedanya dengan kamu?"

Pertanyaan Nadila membuat Angga terdiam membisu. Ia tatap wajah Nadila yang terlihat menyedihkan, tak menangis  namun sarat menyimpan luka. Luka yang dibuat sendiri, batin Angga.

"Setidaknya, aku tidak pernah membunuh seseorang." Jawab Angga tanpa rasa bersalah. Membuat jantung Nadila seakan diremas mendengarnya.

Oh Tuhan, apakah dia Angganya dulu.

Nadila tersenyum, senyum mengejek pada Angga. "Yah, kamu tidak pernah membunuh orang. Tapi kamu membuat anakku meninggalkan dunia."

Setelah mengatakan itu, Nadila berjalan keluar dari kamar tanpa menunggu reaksi Angga yang diam mematung mendengarnya.

Angga menggeleng, "Tidak, tidak mungkin."

Tubuh Angga berputar, ia butuh penjelasan dari wanita itu. Ia butuh jawaban dari pernyataan Nadila.

"Nadila!!" Panggil Angga ketika mantan istrinya itu memasuki lift dengan pintu yang akan tertutup.

"Nadila!!" Kata Angga lagi, dan pintu itu tertutup begitu saja. Meninggalkan Angga yang nyaris murka dengan rasa penasarannya.

Pintu lift terbuka dan Nadila berjalan cepat keluar dari hotel milik keluarga mantan suaminya itu. Ia menghentikan taksi, lalu naik dan menyebutkan alamat rumahnya berada.

Dua puluh menit, dan Nadila sudah berdiri di depan rumah dengan pagar yang menjulang tinggi di depannya. Rumahnya dulu, tempat ia pulang. Terlihat seseorang berlari menuju pagar, "Non Dila?"

Secret Love (Terbit E-book)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora