Chapter 18

1K 161 3
                                    

Tidak ada yang lebih berat dari hari ini. Seharusnya Sakura tahu cepat atau lambat ini akan terjadi. Baru tadi malam ia menyaksikan bagaimana Kushina marah besar karena skandal pertengkarannya dengan Mei Terumi yang kini menjadi headline salah satu tabloid. Dan sekali lagi, ia harus menuai apa yang sudah ia perbuat. Karena kini di hadapannya, lautan wartawan sedang berusaha menjebol masuk ke dalam studio rekaman UK Entertaiment.

Ia menghela napas. Dalam hati mengeluhkan, betapa totalitasnya para pemburu berita itu mencari informasi. Dari mana mereka tahu ia akan berada di tempat ini? Sakura bahkan rela berangkat pagi-pagi sekali untuk menghindari hal-hal seperti ini. Tapi kenyataannya, ia tidak akan pernah bisa lepas dari para kelelawar yang rela tidak tidur untuk bisa mengorek informasi skandal dirinya itu.

Entah siapa yang sudah merekam kejadian itu dan menyebarkannya ke media sosial. Ia sedikit merasa tenang saat Sasuke meneleponnya dan berjanji akan mengurus tabloid dan pemilik media sosial yang mengunggah berita tersebut. Namun melihat situasi kini, ia tahu pria itu tidak akan mungkin bisa mengendalikan keadaan. Masih bersyukur ibunya masih mau mempercayainya untuk bertindak sebagai penanggung jawab movie video teranyar band Naruto. Karenanya Sakura tidak mau terlalu banyak mengeluh.

Emeraldnya menatap ke sekeliling gedung studio tersebut. Ia tidak percaya akhirnya ia bisa masuk ke dalam gedung ini juga sebagai penanggung jawab. Melihat sikap ibunya yang menentangnya untuk comeback selalu membuatnya pesimis jika harus memikirkan bahwa suatu saat ia bisa mengetuai penggarapan sebuah proyek entertaiment ibunya. Karenanya ia sangat kaget saat Sang Ibu memberikannya proyek ini. Apalagi setelah ia dimarahi habis-habisan oleh Kushina karena skandal tidak pentingnya.

"Apa anda yakin akan masuk, Sakura-san? Sepertinya situasi tidak memungkinkan. Aku akan mengatur kembali jadwalmu kalau kau mau?"

Suara Tenten mengembalikan pikirannya pada kenyataan yang ada. Lagi-lagi Sakura menghela napas dan menggeleng.

"Aku akan masuk, Tenten-san. Bisakah kau majukan sedikit mobilnya? Aku akan lewat gerbang belakang."

Tenten mengangguk dan melakukan apa yang Sakura perintahkan. Dengan memakai jaket bertudung, masker dan kacamata, akhirnya Sakura melangkah keluar mobil setelah memerintahkan Tenten untuk segera pergi agar tidak diketahui para wartawan. Langkahnya membawanya masuk pada sebuah halaman luas yang rindang. Berbeda sekali dengan halaman depan yang penuh dengan kendaraan dan gersang. Sakura masih belum melepaskan seperangkat penyamarannya sampai ia benar-benar ia merasa aman dari jangkauan kamera.

Senyum ia lemparkan saat melihat pintu darurat di depannya. Namun saat kakinya melangkah menyusuri teras studio dan hendak mendekati pintu tersebut, sebuah suara bentakan menyentaknya seketika. Gioknya menatap dua siluet berambut senada yang keluar dari pintu yang sama dan membuatnya spontan bersembunyi di balik tembok tidak jauh dari pintu tersebut saat mengenali salah satu dari mereka.

Itu Gaara. Sakura masih belum siap untuk bertemu langsung dan berbicara pada pemuda itu, semenjak percakapannya dengan Naruto tentang perasaan Sang Pemuda sebenarnya. Karena itulah ia lebih memilih untuk menghindar dengan segala rasa bersalah karena harus menguping pembicaraan mereka karena tindakannya ini.

"Apa yang kau lakukan! Kau sudah gila?!"

Namun kini Sakura harus memandang penuh tanda tanya pada dua orang di balik tembok yang kini saling melemparkan pandangan sengitnya dengan salah satu dari mereka yang membentak marah. Satu persatu pertanyaan melintas dibenaknya. Sejak kapan mereka saling kenal? Dan kenapa mereka bertengkar? Dua orang itu–

Karin dan Gaara.

****

Gaara hanya tidak bisa mengontrol emosinya saat ia melihat gadis merah itu memasuki studio rekaman, tempat tahap pertama rekaman sekaligus syuting video klip bandnya. Semenjak kemarin melihat kebersamaan Sakura dan Sasuke, entah mengapa melihat semua hal yang berkaitan dengan pria Uchiha itu membuatnya waspada. Dan Karin adalah salah satunya. Apalagi mengingat masa lalu yang tidak mungkin bisa ia lupakan tentang gadis itu.

Karena itulah ia langsung menyeret gadis itu tanpa mempedulikan teriakan kagetnya. Belum adanya orang lain dalam ruangan itu mendukung Gaara melakukannya. Langkahnya membawanya untuk menuju pintu darurat halaman belakang. Ia menghempas kasar tangan mungil Karin begitu mereka telah keluar dari gedung studio itu.

"Apa yang kau lakukan?! Kau sudah gila?!"

Gaara menatap gadis merah itu tajam. "Harusnya aku yang bertanya! Apa yang teman Uchihamu itu lakukan?! Apa lagi yang sedang kalian rencanakan?!" bentak Gaara membuat Karin menyipitkan matanya marah sekaligus tidak mengerti.

"Apa maksudmu?!" Karin balik membentak. Gaara menyeringai marah.

"Kau pikir aku tidak tahu apa yang sudah kalian lakukan enam tahun yang lalu?!" Teriakan membabibuta itu menjadi akhir dari perlawanan Karin. Karena kini gadis itu membelalakkan matanya mendengar semua tumpahan kemarahan Sang Sabaku.

"Aku mendengar semua rencana kalian di lift waktu itu. Kau berbicara dengan Uchiha brengsek itu tentang acara ulang tahunmu yang hendak kau jadikan ajang mempertemukannya dengan Sakura agar terkesan natural."

Gaara tersenyum sinis.

"Kau pikir aku tidak tahu apa maksudmu membiarkanku diseret oleh security waktu itu? Kau ingin mencegahku menghalangi apa yang ingin dilakukan Uchiha brengsek itu pada Sakura kan?!"

Wajah Gaara berkedut marah.

"Sakura memutuskan vakum dari industri hiburan karena skandal fotonya dengan Uchiha. Kau pikir aku langsung percaya begitu saja alasan itu, setelah aku menjadi saksi apa yang terjadi dimalam ulang tahunmu waktu itu? Tidak ada artis yang memilih vakum hanya karena sebuah foto, Sialan!"

Dan Karinpun hanya bisa terdiam dan menelan ludahnya susah payah dengan keterkejutannya yang sangat kentara. Larut dalam gelombang kemarahan di wajah Gaara yang mengeras. Ikut terbawa arus waktu yang membawanya kembali pada masa lalu bersama dengan rentetan kalimat penuh emosi dari Sang Sabaku.

****

Kudus, 8 Maret 2019

Once AgainWhere stories live. Discover now