Part 05

3.8K 654 120
                                    

"Kumohon sadarlah. Jangan terlalu lama mati!" Suara Seokjin terdengar sedih dan putus asa. Lalu, dia merasakan jari-jari pemuda itu mengusap bagian dahinya. "Semua yang kau katakan seharusnya benar. Kau bisa kembali dari kematian. Kepalamu tidak tertembak, otakmu baik-baik saja!" Hembusan napas pemuda itu menerpa wajahnya.

Pendengaran adalah indra yang lebih dulu berfungsi ketika dia kembali dari kematian. Rasanya aneh, tapi memang begitu adanya. Lalu, dia bisa merasakan sesuatu, seperti sentuhan tangan seseorang di sekitar wajahnya. Kemudian...

Jantung Namjoon mulai berdetak di dalam dadanya.

"Aku bisa mendengarnya!" Suara Seokjin meninggi. "Jantungmu berdetak lagi! Kau kembali!" Tubuh Seokjin menubruk tubuhnya, dan pemuda itu berada di atasnya. Dan dirinya... berada di atas sebuah tempat tidur?

Perlahan Namjoon membuka mata dan melihat wajah Seokjin yang hanya berjarak beberapa inci dari wajahnya. Senyuman lebar melengkung di bibir pemuda itu dan mata coklat karamelnya berkilau senang. Entah karena refleks atau apa, tiba-tiba saja Seokjin mencium bibirnya, kemudian memeluk leher Namjoon erat-erat, "Aku sangat senang!" tukas pemuda itu setelahnya. "Aku baru saja ingin menciummu karena kau tidak bangun-bangun."

Namjoon mengais napas, "Kau sudah menciumku." Gumamnya.

"Ya, itu karena aku sangat senang!"

Namjoon pun merasa senang karenanya. Seokjin mengangkat wajahnya, senyuman masih menghiasi raut wajah pemuda itu. Namjoon menyadari jika Seokjin menduduki perutnya.

"Aku sudah mengeluarkan peluru-peluru itu dari tubuhmu," kata Seokjin dengan bibir tertekuk. "Lalu tidak ada yang terjadi. Aku membawa kita ke sebuah kamar motel." Seokjin telah membalut tubuh Namjoon dengan mantel miliknya agar darahnya tidak terlihat, lalu menggendong pemuda itu di punggungnya. Dia mengarang cerita jika Namjoon hanya sedang mabuk ketika resepsionis motel bertanya apa yang terjadi. "Aku meninggalkanmu sebentar di sini karena aku harus membuang SUV itu jauh-jauh." Seokjin menangkup kedua pipi Namjoon, "Suhu tubuhmu sudah hangat, tidak lagi dingin seperti orang mati."

Astaga, Seokjin terlalu banyak menyentuhnya. Apakah pemuda itu tidak berpikir seberapa keras dia sedang menahan diri?

"Apa yang kau lakukan dengan mobil itu?" Tanya Namjoon berusaha mengalihkan pikirannya. Karena dia tahu, kemungkinan besar kendaraan itu memiliki pelacak sehingga para berengsek yang mereka tinggalkan di kabin bisa saja mengikuti sinyalnya dan memburu mereka ke sini.

"Hm, ada seorang pria... Dia berada sekitar tujuh blok dari motel ini. Dia membutuhkan tumpangan pada awalnya, lalu kuberikan saja kunci mobilnya dan menyuruhnya mengemudi dengan cepat."

Namjoon mengerjap.

"Dia sangat senang mendapatkan mobil itu. Kupikir kendaraan itu masih bergerak, maka siapapun yang mengikutinya pasti akan terus bergerak juga. Mereka tidak akan menyakitinya, kan? Maksudku, orang-orang yang mengejarku... mereka tidak akan peduli pada pria itu kan?"

"Mereka tidak akan tertarik padanya," Jawab Namjoon sekenanya. Tapi tentu saja mereka akan menginterogasi pria itu dan mereka akan kembali ke daerah ini dengan informasi yang pria itu berikan.

Mereka berdua harus segera pergi dari sini. Tapi...

Namjoon memejamkan mata...

"Namjoon?" Seokjin membungkuk di atas tubuh Namjoon lagi. "Apakah kau baik-baik saja?" Dan Namjoon merasaka aroma apel bercampur lavender mengelilinginya.

"Aku baik-baik saja."

Bulu mata Seokjin menurun, "Aku takut."

Namjoon membuka mata.

Escape | NamJin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang