Part 16

2.1K 371 41
                                    

Hai, 2 part lagi fanfic ini akhirnya akan tamat. Setelah itu saya akan fokus di Primal Fear dan The Mortal Instrument

Enjoy...

.

.

"Katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi pada Ken."

Seokjin terpaku mendengar kata-kata itu. Mereka baru saja masuk ke sebuah motel. Tempat di mana mereka bisa beristirahat untuk beberapa jam ke depan. Pertanyaan itu meluncur tepat setelah Namjoon menutup pintu di belakang mereka.

"Katakan padaku, Seokjin." Namjoon mengulangi.

Seokjin menoleh untuk menatap Namjoon. "Dia mati. Aku sudah mengatakannya padamu tentang itu."

Namjoon melipat kedua tangannya di depan dada, "Aku baru saja mengetahui sesuatu tentang Ken hari ini." Kemudian, Namjoon melemparkan burner phone ke sofa di dekatnya. "Jimin mengingat tentang bonus psikis yang Ken miliki."

Seokjin merasakan firasat buruk tentang berita ini.

"Subjek itu bisa memanipulasi api."

Untuk sesaat, ingatan Seokjin membawanya kembali ke fasilitas. Dia bisa merasakan hawa panas dari api ketika dia dengan putus asa berlari menyusuri lorong untuk mencari Namjoon.

"Dia tidak bisa menciptakan api, tetapi dia bisa mengendalikannya. Awalnya, aku berpikir bahkan meskipun kita tidak menembak kepalanya untuk membunuhnya, setidaknya kebakaran itu akan membunuhnya secara permanen." Rahangnya mengeras ketika Namjoon menggerutu, "Tapi kupikir, sepertinya tidak begitu."

Seokjin menelan ludah, sementara jantungnya berdetak sangat─

Namjoon memerhatikan Seokjin, "Kenapa kau terlihat takut, Seokjin?"

Seokjin tidak berani menatap mata Namjoon.

Namjoon menatapnya lamat-lamat, "Mengapa jantungmu berdegup kencang?"

"A-aku ingin mandi." Tukas Seokjin gugup.

Namjoon melangkah ke arahnya, "Seokjin─"

"Aku butuh mandi. Beri aku waktu sebentar, oke? Lalu aku akan mengatakan semuanya padamu." Dan setelahnya, Namjoon mungkin tidak lagi akan memandangnya dengan cinta yang cerah dan bersinar dari sorot matanya.

Tetapi, menatapnya dengan kebencian.

.

.

Seokjin menyembunyikan sesuatu darinya. Namjoon menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Setiap otot di tubuhnya terasa kaku. Namjoon ingin masuk ke sana─untuk menarik Seokjin ke dalam pelukannya dan membuat pemuda itu mengatakan yang sebenarnya, tapi...

Tapi, tatapannya menyapu ruang kamar di sekitarnya. Kamar itu mengingatkan Namjoon pada sebuah kamar lain di mana dirinya dan Seokjin pernah mati. Namjoon menghela napas kasar. Dia berjalan ke tepi tempat tidur. Membuka bajunya dan melemparkan benda itu ke atas tempat tidur. Dia duduk di atas kasur dengan siku yang berada di atas lutut dan kepala menunduk.

Menunggu Seokjin.

.

.

Seokjin tidak merasa lebih baik setelah mandi. Tidak merasa lebih kuat atau pun siap. Seokjin mengenakan jubah mandi dan keluar dari kamar mandi, dan pakaian itu hanya membuatnya merasa lebih rentan.

Namjoon duduk di tepi tempat tidur. Kepalanya tertunduk, tetapi ketika dia mendengar pintu kamar mandi yang berderit terbuka, perhatiannya langsung teralihkan.

Seokjin tidak menghampirinya. Dia melangkah ke arah satu-satunya jendela yang ada di ruangan itu. Seokjin tidak tahu mengapa, tapi dia ingin memberi ruang di antara mereka. Dengan begitu, berbicara mungkin akan lebih mudah baginya."

Escape | NamJin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang