Epilogue : Seulgi's Voice

20K 1.1K 257
                                    

Warn : Smut






Sinar mentari pagi yang begitu lembut menyelimuti tubuh mungilnya; membuat kulitnya yang pucat semakin bersinar layaknya berlian yang berharga.

Dan aku tidak bisa berpaling sedikitpun, terpesona oleh sosoknya yang rupawan bahkan ketika kedua kelopak mata cantiknya tertutup rapat; bulu matanya yang lentik mengusap bagian bawah matanya lembut.

Dia sangat cantik.

Aku tersenyum kecil, hatiku berdebar bangga pada fakta bahwa sosok cantik ini kini berada didalam kungkungan lenganku; bersiap melindunginya dari apapun juga.

Irene.

Joohyun... Kang Joohyun.

Aku menghembuskan nafas panjang selagi mulai mengusap punggung telanjangnya dengan telapak tanganku lembut; berhati-hati agar ia tidak terbangun dari tidur lelapnya.

Mataku tak sedikitipun teralih dari wajah damainya; terus memandangnya dalam dan terus mengusap kulit halusnya.

Tanganku perlahan berpindah ke pinggang rampingnya, memijatnya sedikit sebelum terus bergerak lebih rendah menuju perut ratanya yang menggemaskan.

Aku tertegun, lalu tersenyum lebar.

Didalam sana, ada malaikat kecil yang merupakan bagian dari Joohyun.

Tanganku terus membelai perutnya pelan selama beberapa saat sebelum aku meletakkan tubuhku yang berbaring menyamping dengan lebih rendah hingga wajahku berhadapan perutnya.

Aku tak berhenti tersenyum selagi mulai mendaratkan ciuman-ciuman lembut diatas permukaan perutnya, ujung jemari tanganku lanjut membelai kulitnya.

"Hei, baby~" bisikku pelan. "Aku tidak sabar bertemu denganmu, cepatlah keluar."

Aku mencium perutnya lagi, membelainya lagi tanpa melunturkan senyumanku.

"Aku yakin kau akan secantik ibumu~"

"Nghhh~"

Joohyun menggeliatkan tubuhnya pelan disertai erangan malas yang parau, aku mengadahkan kepala dan bertemu dengan obsidian yang biasanya gelap kali ini bercahaya terang kecokelatan oleh sinar matahari.

"Mm~ Seulgi," panggilnya parau seraya mengusap matanya yang mengantuk. "Apa yang kau lakukan?"

Aku menjawabnya dengan kekehan pelan, menggelengkan kepala lalu lanjut menciumi perutnya.

"Tidak ada, hanya memberikan ucapan selamat pagi pada bayi kita." jawabku lemah.

Kudengar ia terkekeh, jemari mungilnya terkubur kedalam helaian rambutku untuk memaikannya pelan selagi wajahku menempel pada perutnya; menghujaninya dengan ciuman-ciuman manis dan membuatnya tertawa merdu.

"Perutku bahkan belum membesar~" rengeknya disela kekehan.

Aku memberikan satu kecupan terakhir diperutnya sebelum mengangkat tubuhku; menindih tubuhnya dan akhirnya bisa melihat wajahnya.

Dia begitu cantik, sangat cantik dan aku tidak akan pernah lelah mengucapkannya.

Di usianya yang semakin matang, keindahan wajahnya tak luntur sedikitpun; tak menua dan tak berkurang, dia sempurna.

Cahaya iris kecokelatanya yang mengantuk menatapku lekat; begitu penuh dengan cinta dan kasih sayang sampai-sampai dadaku mau meledak karena terlalu bahagia rasanya.

Bibirnya membentuk senyuman lemah namun manis ketika aku mendekatkan wajahku padanya; memagut sepasang bibir yang lembut dan semanis madu itu kedalam ciuman pelan.

[M] Into You - CompletedWhere stories live. Discover now