10 - Stoíchima

26 4 0
                                    

Inva Anore merupakan desa yang lebih ramai ketimbang dua desa yang dilalui oleh Igvir. Ketika ia menjejakkan kakinya untuk pertama kali di sana, ada aura berbeda yang menyambarnya seketika. Igvir sampai di desa tersebut pagi hari setelah perjalanan santai yang ia lalui. Thain yang menemaninya langsung meluncur menuju pasar yang terletak tepat di pusat desa tanpa ingin beristirahat. Sedangkan Igvir memutuskan untuk beristirahat di sebuah kedai yang juga menyediakan pelayanan untuk kudanya.

Penduduk setempat Inva Anore hampir semuanya adalah elf. Semua elf dapat berbicara dengan bahasa umum dan kuno, ini merupakan kabar yang cukup bagus tentunya untuk Igvir. Igvir sempat bertanya kepada orang-orang yang juga singgah di kedai kecil yang ia tempati untuk beristirahat mengenai jalan menuju Siln Lenora. Semua dari yang ia tanyai menjawab dengan jawaban yang sama mengenai rute yang harus ia lalui. Keluar dari desa menuju timur laut, masuk ke dalam lembah yang sekaligus merupakan hutan di kaki pegunungan Tisford. Setelah melewati lembah tersebut, hanya perlu menuju ke utara hingga Siln Lenora terlihat. Dari sini, penduduk setempat yang ditanyai oleh Igvir juga memberi saran untuk Igvir agar setidaknya membawa seseorang yang sudah pernah melewati lembah tersebut untuk keselamatan, karena terkadang ada orang yang tersesat ketika mencoba melewati lembah itu sendirian.

Sebelum memutuskan untuk benar-benar pergi, Igvir bermalam di Inva Anore selagi memikirkan saran dari penduduk tadi.

~~~

Pagi menyambut dengan guyuran hujan yang cukup deras. Angin menyembur secara perlahan meniup dedaunan yang menempel memenuhi pepohonan. Daun-daun tua yang telah berwarna kekuningan akhirnya berguguran ke tanah basah dan mengalir mengikuti aliran air yang tercipta akibat hujan. Igvir bertolak menuju Siln Lenora dengan kudanya ketika hujan sudah cukup reda. Kira-kira seperti gerimis namun lebih tenang. Rintik-rintik.

Dari tempatnya berada, Igvir menuju utara. Melewati pasar yang terletak di pusat kota. Di sana suasananya cukup ramai meski baru saja diguyur hujan, mungkin karena hari masih cukup pagi untuk para penduduk memulai aktivitas setelah hujan yang menerjang. Ia bertemu dengan Thain yang sedang berjualan di sebuah stan kecil yang kelihatannya mudah dibongkar-pasang. Igvir sempat untuk sekedar mampir ke stan jualan milik Thain dan berbincang sejenak sebagai keramahan yang saling mereka beri. Di penghujung perbincangan yang mereka lakukan, Thain memberi Igvir sebuah hadiah perpisahan berupa pisau belati.

"Tak terhitung berapa kali belati ini pernah menyelamatkan hidupku," ucap Thain ketika mengeluarkan belati miliknya dari sebuah peti kecil yang dikhususkan untuk menempatkan benda itu. "Benda ini adalah alasanku masih berada di sini sekarang," ia menambahkan. Matanya tak lepas dari belati miliknya seraya tangannya membolak-balikkan benda itu, menariknya dari sarung kulit yang menutupi mata pisaunya, ia menatap benda itu dengan sungguh-sungguh seolah belati itu mempunyai jiwa di dalamnya. Belati itu tidak berkarat, dan lebih terlihat seperti dirawat daripada dibiarkan di dalam sana.

Igvir turut memperhatikan ketika Thain memainkan sedikit belati yang ia pegang dengan tangan yang cukup lihai namun tidak berlebihan. Igvir dapat membaca sebuah kata yang tercetak tenggelam di sisi mata pisau belati tersebut melalui kilauan cahaya matahari yang menyinarinya. Kata itu bertuliskan: Kingsbane.

"Namun aku sudah tidak lagi memakainya karena kehidupanku yang jauh dari kekerasan seperti dulu ketika aku menjadi seorang prajurit. Dengan belati sederhana ini, mungkin dia bisa menyelamatkanmu seperti dia menyelamatkanku di masa lampau," ia menyodorkan belati miliknya setelah genap memasukkannya kembali ke dalam sarung kulit. Tiap kali ia berkata dia, seolah belati itu benar-benar mempunyai jiwa yang ingin dibangkitkan kembali melalui pemberiannya kepada Igvir.

Igvir menatap belati yang disodorkan oleh Thain dan menatap keduanya secara bergantian. Di dalam mata tersebut, dan sebagai seorang prajurit, ia tahu bahwa dirinya tidak pantas menerima benda yang sangat bernilai secara personal.

The Runaway ChosenWhere stories live. Discover now