|EIGHT 01|Apapun untuk kamu

19.1K 1.1K 230
                                    

Haloo, semuanya?

Apa kabar?

Kembali lagi bersama Adam dan Sheyra.

Selamat menikmati!

***

Happy reading✨

****

Masih pagi sekali Sheyra harus di buat darah tinggi karena kehadiran seorang bayi lajang di kamarnya. Gadis itu menghembuskan napas kuat-kuat. Sengaja, agar suara napas nya terdengar oleh bayi lajang tersebut.

Benar. Setelah itu suara erangan terdengar. Bukannya bangun, ia malah mendekati tubuhnya ke Sheyra dan memeluk tubuh gadis itu dari samping.

"Oke, cukup."

Sheyra menarik napasnya, kemudian mencubit perut cowok yang ia sebut bayi lajang tersebut. "ADAM, KALI INI ALASAN LO APALAGI, HAH?!" jeritnya tepat di samping telinga cowok bernama Adam itu.

"KENAPA LO SUKA BANGET NYELINAP KE KAMAR GUEE!" Napas Sheyra naik-turun, ditambah saat melihat jendela kamar yang terbuka lebar.

"Kenapa sih, Shey?" Cowok itu menggeliat pelan tanpa membuka matanya, tanpa rasa bersalah. Ia malah semakin mengeratkan pelukan nya.

"KENAPA LO BILANG?!"

"LO SELALU PINDAH KE KAMAR GUE DENGAN ALASAN NGIGAU. DAN LO MASIH NANYA KENAPA?"

"Berisik, jangan ngegas."

Kali ini Sheyra semakin emosi. Adam selalu saja menyelinap ke kamarnya ketika tengah malam. Bukannya Sheyra tidak menginginkannya, tapi bayangin saja remaja berumur 17 tahun yang sedang masa puber nya tidur bersama wanita?? yang benar saja.

Bukannya Sheyra tidak ingin mempercayai nya. Bahkan hubungan mereka sudah sedekat itu.

"Lepasin gak?! udah jam enam, Adam. Kita mau sekolah nanti terlambat lagi kayak kemaren."

"Bentaran, Shey. Kalau terlambat kan ada gue." Adam menduselkan kepalanya ke perut Sheyra.

"Bangunnn!" Sheyra mendorong tubuh cowok itu, dorongan nya berhasil namun Adam dengan sigap menariknya lagi kemudian memeluknya dari belakang.

Adam berbisik, "bolos aja, gimana?"

"GILA LO!" Adam terkekeh atas reaksi Sheyra. Gadis itu selalu saja menghiburnya di pagi hari.

"Gila-gila gini lo sayang juga, kan?"

"Ya iyalah! Ya, tapi tetap aja sayang nya gue ke lo tuh dikit banget. Jadi tolong jangan ngelunjak."

"Dikitnya seberapa?"

Sheyra memutar tubuhnya hingga kini ia kembali berhadapan dengan Adam. Gadis itu mengangkat tangan nya, kemudian menunjukkan ujung jarinya. "Segini. Dikit, kan? Makanya kalau lo macam-macam gue gak segan buat ninggalin lo."

"Kayak bisa aja ninggalin gue," Adam memberikan cengiran nya.

Sheyra menggerutu pelan kemudian mendorong tubuh Adam agar menjauh. "Udah jam setengah tujuh. Kita masuk jam tujuh kalau lo lupa."

Adam memperhatikan Sheyra yang sedang menyiapkan perlengkapan sekolah miliknya. Gadis itu terlihat sangat cantik meskipun bangun tidur. Walaupun satus mereka hanya sahabat, tetapi Adam selalu menginginkan lebih.

"Lo mau pakai celana yang mana?" Sheyra menunjukkan dua celana ke arah Adam. Yang satunya agak ketat karena Adam mengecilkan nya, satu lagi agak besar.

Seragam sekolah milik Adam memang ada di kamar Sheyra. Karena Sheyra hafal betul kebiasaan Adam yang selalu tidur bersamanya.

"Terserah lo aja, kalau gue milih percuma lo pasti tetap milih sendiri."

Sheyra berdecih. "Bayi tetap aja bayi. Apa-apa di pilihin sama ibu nya. Gimana kalau gue gak ada? Gue gak yakin lo bisa semuanya sendiri."

"Gak usah ngomong aneh-aneh."

Sheyra masih sibuk berkutat dengan kegiatannya. "Gue serius. Lo terlalu ketergantungan sama gue. Gimana kalau gue tiba-tiba mati? Gimana kalau gue sakit parah? Gimana kalau gu-"

"Berhenti ngomong." Kalimat Sheyra terpotong karena Adam tiba-tiba saja memeluknya dari belakang. Cowok itu menopang kepalanya di bahu Sheyra sambil memejamkan mata. Deru napasnya terdengar tidak beraturan.

"Semua yang lo takutin gue pastiin gak akan terjadi. Sejak dulu, gue selalu berjanji untuk jagain lo, Sheyra."

"Adam ..."

"Ssst," Adam menggiring Sheyra ke kamar mandi. "Gue pastiin seumur hidup gue, lo bakal ngelayanin gue setiap hari seperti ini."

"Gue pastiin lo gak akan mati sebelum gue mati duluan." Mereka saling menatap di depan cermin besar kamar mandi.

"Wanita cantik ini akan tetap aman selagi sama gue. Karena? Siapapun yang beraninya nyentuh sahabat gue, gue pastiin dia mati." Adam memutar keran air hingga mengguyur tubuh keduanya.

Sheyra tersenyum lebar. Ia memejamkan matanya ketika Adam mengusak rambutnya kemudian meninggalkan nya di sana.

"Gue tau," Sheyra tertawa ringan, "itu alasan kenapa delapan tahun lalu gue ngelakuin itu, Adam."

****

TBC.

Rabu, 15-04-2020.
Revisi : Jumat, 20-12-2021

EIGHT Where stories live. Discover now