16. Rahasia

5.2K 329 5
                                    

Hi, Guys! Maafkeun, ketidakonsistenan ini, setidaknya aku mau namatin cerita ini agar kalian tidak merasa digantung.

Love you all.

_

"Akhirnya selesai juga."

Ana baru selesai menuliskan naskahnya, dia tersenyum senang. Karena naskah tersebut sudah rampung. Tinggal menunggu beberapa part yang perlu direvisi.

"Mama!"

Wanita itu menoleh, mendapati sang putra yang memanggil dirinya.

"Ada apa, Erick?"

"Aunty Alexa, dateng."

Beberapa saat, Ana diam. Kemudian mengerjap pelan, sebelum tersenyum dan melangkah keluar untuk menemui wanita bule itu.

Alexa datang dengan memakai mini dress setengah paha, belum lagi buah dadanya yang terlihat. Dan jangan lupakan kecantikan wanita itu bersinar, setelah diberi make up tipis di wajah itu.

Cantik banget, pikir Ana.

"Hay Lex, kapan kamu balik?"

Ana mengambil tempat duduk di depan Alexa, lalu tersenyum ramah.

"Kemarin. Kalian pulang ke New York, gak bilang-bilang! Kan, kita bisa bareng." Alexa mendengus pelan.

Tertawa kecil, lalu Ana menggaruk kepalanya, pulang bareng yang seperti apa?

"Sorry. Kita juga buru-buru, btw kamu mau minum apa?"

Alexa menggeleng pelan. "Gak usah deh, bentar lagi juga aku ada pemotretan."

Ana mengangguk, tersenyum sekilas.

"Eh, btw mana Leo?"

Kepala Alexa celingak, celinguk.

Ana memasang raut wajah tidak suka, kenapa Alexa selalu menanyai Leo?

"Kerja."

Menyadari suara Ana yang berubah, membuat Alexa melengkungkan senyum. Ini yang ditungguinya, saat-saat Ana memasang tampang itu.

Tertawa kecil, Aleca berdecak. "Ini akhir pekan, dan Leo bekerja. Sedari kecil pria itu memang sangat ambisius."

Ucapan santai yang dikatakan Alex secara tidak langsung melukai perasaan Ana, perihal wanita itu yang sangat menghafal tentang Leo.

-

Sepanjang hari, Ana hanya melamun. Potongan bayangan, ketika dia melihat foto ciuman mesra suaminya dengan Alexa berputar di kepala, Leo mengatakan bahwa mereka sahabat kan?

Sahabat mana yang ciuman, Ana tidak bodoh. Meski dia tau gaya hidup mereka bebas, tapi Ana yakin bahwa ciuman dalam persahabatan itu bukan suatu yang lumrah.

Hingga malam menjemput, Ana masih gelisah. Merasa ada yang disembunyikan oleh Leo, gelagat pria itu memang biasa ajah, tapi Ana yakin dibalik tampangnya yang tenang, Leo menyembunyikan sesuatu.

Jam sudah menunjukkan pukul 9, pria itu memang berkata akan lama pulang hari ini karena mereka mengejar target untuk perusahaan. 

Setelah menemani Erick makan, dan menidurkan putranya itu, Ana beegegas ke kamar, lalu berpikir akan mandi, karena seharian ini dia tidak mandi kecuali membasuh wajah dan sikat gigi.

Dinginnya air dari shower, menyejukkan pikiran dan hati Ana, setelah mandi dan memakai piyama, gadis itu merebahkan diri di ranjang sebelum membuka ponsel ketika mendengar notif disana.

"Tidak ... "

Suara Ana tercekat, saat menonton video berdurasi 7 menit itu, Ana hanya sanggup menonton hingga detik ke 30, sebelum tergugu dan tenggelam dalam tangisan.

Cinta Satu Malam (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang