Past 2

12.6K 781 12
                                    

Evelyn
.
.
.
Sudah satu bulan ini aku tinggal di rumah orang tua Kak Deniz. Mereka memintaku tinggal karena bulan depan aku sudah tidak di sini. Aku harus memenuhi janjiku yaitu ikut suamiku ke kota perdagangan paling sibuk di dunia, Zurich.

Di sini aku menempati kamar Kak Deniz. Kamarnya sederhana. Mencerminkan sifat Kak Deniz yang tidak suka neko - neko. Didominasi warna putih dengan sedikit perabot.

Di sinilah pertama kalinya kami tidur bersama sebagai suami istri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di sinilah pertama kalinya kami tidur bersama sebagai suami istri. Aku bahagia mengingatnya.

Aku menyukai tinggal di kamar ini. Aku bisa menghirup aroma Kak Deniz. Yang sedikit mengobati rasa rinduku padanya. Aku menerawang ke luar jendela.

Ddrrtt...
Aku menoleh ke arah meja. Nama Kak Deniz tertera di layar.
Aku segera meraihnya.

Aku menghempaskan tubuhku di ranjang dan mengangkat tanganku ke atas.
" Haii my bee.."
Sapanya. Tampak wajahnya di layar hp.
" Haii..miss you so bad " Aku berujar sendu.
" Me too "

" Semakin hari kamu semakin cantik " Pujinya.
Aku tersenyum.
" Kakak kenapa kurusan ? Wajahnya juga kuyu. Banyak tugas ya ? " Kulihat di layar kantung matanya sangat kentara.

" Iya. Aku kurang tidur di sini " Keluhnya.

" Bee..aku kangen kamu.." Jarinya menelusuri wajahku dari layar hpnya.
" Kenapa lama sekali.." lirihnya. Hatiku terenyuh.

Kurasakan mataku berkaca - kaca.
" Aku juga merindukanmu Kak.."
Aku merasa waktu yang tinggal sebentar ini malah terasa sangat lama.

" Kalau aku nggak ada di samping kamu. Kamu bisa jaga diri baik - baik kan ?"
" Tentu saja " Selama Kak Deniz di sana aku menjaga diriku dengan baik. Orang - orang disekelilingku juga menjagaku.

" Bee..aku harus pergi dulu. Aku ada kelas sebentar lagi " Dia melihat jam di pergelangan tangannya.
" Baiklah . Selamat belajar, Kak "

" Bye Bee..i love you "
" I love you too "

Hening. Layar hp masih menmpilkan wajah Kak Deniz.
" Kak ? Kok nggak di matiin. Katanya mau ada kelas " Aku tertawa kecil.
Kak Deniz tersenyum.

" Aku akan merindukanmu. I love you my Bee .."
" I love you too, hubby "
Dan panggilan di putus.

Aku meletakkan hp di sampingku. Dan siang ini aku tertidur namun hatiku gelisah.

🌸🌸🌸

" Elyn ! Elyn ! Buka pintunya Nak "
Suara pintu kamarku digedor Ayah  mertuaku.

Dengan masih nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul aku beranjak. Aku baru saja tidur jam 11 tadi dan jam di dinding kamar ini masih menunjukkan jam 00.30.

Aku segera membuka pintu karena gedoran semakin keras. Ada apa gerangan Ayah mertuaku berteriak - teriak.

" Ada apa Yah ? "
Aku melihat kepanikan di sana. Di belakang Ayah mertuaku, Ibu mertuaku menangis tersedu.
Ada apa ?

" Deniz, Nak.."
" Kak Deniz kenapa Yah ? "
Perasaanku semakin tidak enak.

" Suamimu kecelakaan.."
Dan aku sudah tidak ingat apa - apa lagi. Gelap.

🌸🌸🌸

Ini...seperti mimpi. Tolong bangunkan aku ! Aku mimpi buruk ! Siapa saja tolong bangunkan ku ! Kak Deniz...

Aku tidak percaya jika siang itu adalah Video Call kami yang terakhir. Aku tidak curiga saat tiba - tiba siang itu dia menghubungiku. Padahal biasanya kami selalu menunggu waktu malam untuk bersua. Entahlah mungkin itu firasatnya.

Suamiku ditabrak sebuah mobil saat berjalan pulang dari kampusnya. Suamiku meninggal dunia seketika.

Dari berita yang kudengar, si pengendara mengemudi dalam keadaan mabuk.

Ayah mertuaku diminta ke sana untuk mewakili keluarga korban dalam pengadilan.

Dan sepulangnya dari sana Beliau mengatakan,
" Aku sudah memaafkan pelakunya. Dia bebas. Aku harap kamu juga bisa memaafkannya, Elyn "
Sisi hatiku tidak terima. Aku ingin pelakunya dihukum setimpal.

Namun Ayah mertuaku memang punya hati yang mulia. Ketika anak yang dari kecil dibesarkannya penuh  kasih sayang dicelakai orang dia bisa begitu saja memaafkan.

" Tuhan saja Maha Pemaaf Evelyn.. " Kata - katanya terngiang di telingaku.

Aku dengar orang yang menabrak Kak Deniz berasal dari keluarga terpandang di sana.

Mengingat mereka dari keluarga terpandang dan kaya, aku kuatir Ayah mertuaku dipaksa untuk berdamai agar mereka bisa bebas.

" Ayah tidak bohong, Elyn. Mereka memang memberi beberapa pilihan agar Ayah tidak menuntut anak mereka. Tapi Ayah menolaknya. Ayah memaafkan anaknya yang sudah menyebabkan Deniz meninggal "
Benar kan aku bilang. Uang bisa saja bicara. Mereka dari keluarga terpandang pastilah punya bnyak cara agar anaknya selamat dari hukum negara.

Aku sebagai istri Kak Deniz merasa keberatan. Aku ingin ke sana sendiri dan meminta keadilan.
Namun Ayah mertuaku mencegah.

" Jangan Elyn. Ayah ini juga seorang Ayah. Pasti akan melakukan hal sama yang orang itu lakukan. Lagipula anaknya masih muda. Jalannya masih panjang " Mentang - mentang masih muda dan anak orang kaya jadi bebas mabuk - mabukan ? Lalu setelah mencelakai orang mau lari dari tanggung jawab ?

" Lalu bagaimana dengan Ayah ? Ayah sudah tidak punya putra bukan ? Tidakkah Ayah ingin menuntut keadilan ? " Aku menahan tangisku.
" Siapa bilang ? Ayah masih punya seorang putri yang juga menyayangiku..." Matanya sendu  memandangku. Aku berhambur ke pelukannya. Dan menangis tersedu.

Ayah mengusap punggungku pelan.
" Jodoh, rezeki, maut ...semua sudah ada yang mengatur, Elyn. Kita tinggal menjalaninya. Ayah yakin, sekarang Deniz sudah bahagia di sana "
Aku semakin sesenggukan.

🌸🌸🌸

Sebulan setelah kematian suamiku aku pamit pada mertuaku.
Aku akan pergi ke Jakarta dan bekerja di sana. Kebetulan aku diterima bekerja di salah satu perusahaan properti yang bergengsi. Tentu saja kesempatan itu tidak aku sia - siakan.

Ayah dan Ibu mertuaku sebenarnya keberatan dengan keputusanku. Namun tekadku sudah bulat.

Dengan pergi dari sini aku merasa lebih mudah menyembuhkan luka di hatiku. Aku tidak mau terus - terusan merasa bersedih.

Jika berada di sini terus aku merasa semakin terpuruk karena tiap - tiap bagian kamar ini, rumah ini, kota ini selalu mengingatkanku pada Kak Deniz.

Past 1 dan 2 adalah kejadian di masa lalu.

Dan Part selanjutnya adalah masa sekarang.

When A Man Loves You ( END )Where stories live. Discover now