Dua puluh

1.1K 165 32
                                    

Jinyoung membawa Changbin entah kemana, dan pemuda itu lebih memilih diam. Ia membiarkan Jinyoung mengambil alih segalanya, otaknya terlalu lelah bahkan sekedar berpikir.

"Jinyoung, aku lapar", ucapnya pada Jinyoung yang tengah menyetir dengan satu tangan nya. Sedangkan tangannya yang lain, masih menggenggam erat jemari mungil Changbin.

Jinyoung menoleh pada Changbin, ia tersenyum getir melihat pemuda itu.

"Ingin makan sesuatu?", Jinyoung menggunakan ibu jarinya untuk mengelus jemari Changbin. Changbin menoleh padanya, ia menatap Jinyoung sendu.

"Aku ingin sesuatu yang pedas, hidungku terasa tersumbat. Aku perlu sesuatu yang bisa membuatnya terasa lapang"

"Baiklah", Jinyoung mengangguk menyetujui, lalu ia kembali fokus pada jalanan.

Tak butuh waktu lama, Jinyoung akhirnya memberhentikan mobilnya di sebuah restoran Jjampong sederhana yang dulu sering mereka berdua datangi ketika masih menjadi sepasang kekasih.

Tempat tersebut adalah tempat favorit mereka, bahkan sang nenek pemilik sangat mengenal mereka berdua. Sang nenek tidak memiliki cucu, maka dari itu Jinyoung dan Changbin sering mampir sekedar untuk melihat nenek pemilik restoran.

Keduanya turun dari mobil, mereka berdua secara bersamaan masuk kedalam restoran itu, dan sudah lama sekali mereka tidak mampir. Sejak mereka putus.

"Permisi... Nek??!", Panggil Jinyoung, ia menarik tangan Changbin agar segera masuk kedalam tempat tersebut.

"Hei,, kalian kembali?! Aku kira kalian melupakanku", sang Nenek muncul dari bilik lainnya, wajah keriputnya makin berkerut kala sebuah senyuman terukir di bibirnya.

"Nenek, kami merindukan mu", Jinyoung melebarkan kedua tangannya, ia memeluk nenek tersebut.

"Kalian anak-anak nakal, kemana saja selama ini?", Nenek itu memukul bokong Jinyoung, membuat sang pemilik tertawa. Changbin yang melihat itu tersenyum. Kini gantian dirinya yang memeluk nenek pemilik restoran.

"Maafkan kami nek, kami tidak pernah mengunjungi mu", ucap Changbin. Melihat nenek pemilik restoran ini, mengingatkan nya pada neneknya.

"Aku sering kali melihat mu muncul di televisi, kau begitu tampan Jinyoung", nenek melepaskan pelukannya dengan Changbin, ia lalu duduk bersamaan dengan kedua anak muda itu.

"Aku memang selalu tampan", ujarnya percaya diri, dan nenek hanya tertawa melihat kenarsisan Jinyoung.

"Oh, ya. Apakah kalian telah putus? Beberapa waktu lalu aku melihat mu diberita, kau akan menikah dengan seorang pemuda tampan. Kau tau, banyak orang yang membicarakan mu", nenek bertanya pada Changbin, dan Changbin langsung tahu pemuda tampan mana yang dimaksud.

Ia diam, tak tahu harus mengatakan apa. Dan yang ia lakukan hanya tersenyum getir.

"Nenek, aku ingin makan jjampong seafood buatan mu, aku ingin yang lebih pedas dari biasanya", tidak berniat menjawab, Changbin mengakhiri permintaan nya dengan senyum yang begitu lebar. Sepertinya, sang Nenek tak perlu penjelasan lebih jauh. Biarkan itu jadi masalah para anak muda.

"Baiklah, dan kau nak?", Tanyanya pada Jinyoung.

"Yang biasanya saja Nek,, buatkan yang enak ya" sang nenek mengangguk lalu berdiri. Ia berjalan ke bilik tempat awalnya muncul tadi. Dan menghilang disana meninggalkan Changbin dan Jinyoung yang kini di selimuti keheningan.

"Kau tidak bisa makan pedas Bin, kau yakin tak apa jika lebih pedas. Biasanya saja kau akan menangis bahkan pada suapan perta--"

[5]So I Married My Anti-Fans | Jungkook x Changbin ver. (COMPLETED) (✔)Where stories live. Discover now