Part 34.

1.9K 186 14
                                    


"Jadi Jimin sakit kanker paru-paru, Yoongi ?"Tanya Jin yang masih terkejut dengan fakta yang baru saja dia ketahui hari ini.

"Kau sudah berulang kali menanyakan hal itu "Ucap Yoongi dengan tangan yang menggenggam erat tangan Jimin yang bebas dari infus.

Yoongi hancur saat dokter mengatakan jika keadaan Jimin masih sangat lemah. Dia juga hancur karena dokter mengatakan jika stadium kanker Jimin bertambah menjadi stadium yang cukup berbahaya. Bahkan dokter mengatakan jika obat yang harus dikonsumsi oleh Jimin akan ditambahkan.

Yoongi bingung. Semua ini salah dirinya. Dirinya memang ingin memberikan perawatan yang khusus kepada adiknya, namun karena fokus pada dendam nya akhirnya membuat Yoongi menjadi lalai pada kewajibannya.

"Mianhae "Batin Yoongi yang merasa bersalah.

"Kenapa tidak mendapatkan perawatan segera Yoongi ? Ini menyangkut nyawa adikmu, Yoongi "Tanya Jin yang tidak habis pikir.

"Jimin belum tahu tentang penyakitnya "Ucap Yoongi yang membuat Jin sangat terkejut.

"Mwo?!"Kaget Jin.

"Aku belum memberitahukan keadaan yang sebenarnya kepada dia. Selama bertahun-tahun aku merahasiakan kesehatannya, karena aku tidak ingin membuat dia tertekan Jin-ssi "Ucap Yoongi dengan kepala yang tertunduk.

"Aku tidak habis pikir dengan jalan pikiran mu Yoongi. Apa kau tidak sadar jika apa yang kau lakukan malah akan memperburuk keadaan adikmu, Yoongi "Ucap Jin dengan suara yang tegas.

"Aku tahu. Aku sedang berusaha untuk mencari rumah sakit yang bisa menyembuhkan dirinya. Aku sedang berusaha "Ucap Yoongi yang membela dirinya.

"Lalu sekarang bagaimana? Apa yang akan kau lakukan ?"Tanya Jin dengan suara yang lemah. Jujur saja dia masih tidak percaya jika keadaan Yoongi dan Jimin sangat menyedihkan seperti ini.

"Aku akan membalaskan dendam ku dan Jimin terlebih dahulu, setelah itu aku akan fokus kepada pengobatan Jimin. Aku sudah merencanakan semuanya "Ucap Jin yang lagi-lagi membuat Jin terkejut.

Apa-apaan Yoongi ini ?

"Apa kau sudah gila ? Otak mu ditaruh dimana hah?! Bagaimana bisa kau mendahulukan dendam mu daripada adikmu sendiri Yoongi! Kau benar-benar sudah gila!"

"Tapi ini jalan satu-satunya, Jin. Jika semuanya sudah terbalaskan maka aku akan tenang dan bisa fokus dengan pengobatan Jimin. Aku akan berusaha yang terbaik, Jin-ssi "Ucap Yoongi dengan sungguh-sungguh.

"Lalu bagaimana jika Jimin tidak bertahan lama hah?!"Tanya Jin dengan wajah yang mengeras. Dia sedang berusaha untuk menyadarkan Yoongi.

"Tidak akan! Dia tidak akan menyerah begitu saja. Jimin akan bertahan dalam waktu yang lama, Jin-ssi "Ucap Yoongi dengan penuh penekanan.

"Apa kau bisa menjamin semua itu Yoongi ? Apa kau pikir Jimin akan mampu menahan semua rasa sakitnya terus menerus ? Dia adikmu! Dan dia juga adalah manusia Yoongi ! Dimana hati nurani mu!"Ucap Jin dengan emosi yang sudah tidak dapat dia tahan lagi.

"Lalu apa yang harus aku lakukan huh?"Tanya Yoongi dengan sorot matanya yang meredup sekarang.

"Mwo?"

"Katakan apa yang harus aku lakukan sekarang, Jin-ssi?!"Suara Yoongi sedikit meninggi. Matanya terlihat memerah karena menahan air mata.

"Selama ini aku hidup dengan semua rasa sakit. Aku harus mengurus adikku seorang diri dan rela mengorbankan apapun untuknya. Selama ini aku harus rela menelan semua rasa penasaran ku akan kematian kedua orang tua ku demi fokus bekerja dan mengawasi Jimin. Aku harus rela memendam semua keinginan ku untuk mencari tahu alasan dibalik pembunuhan orang tua ku dan keinginan untuk membalaskan dendamku! Sekarang--"

We Are Lie [ LENGKAP ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang