Prolog

24 3 2
                                    

Prolog

Malam itu cuaca tidak begitu cerah, Angin bertiup cukup kencang kilatpun ikut unjuk diri memamerkan keahliannya namun tidak membuat Leona takut untuk berjalan sendirian di lorong sempit menuju rumahnya. Hampir setiap malam ia melewati jalan sempit ini hingga ia tidak lagi merasakan takut.

Ia terus berjalan sambil menikmati lagu dari earphone yang terpasang ditelinganya tanpa mempedulikan langit yang sedang melakukan pertunjukan.

Tidak terasa ia sampai dirumah, Sebenarnya bukan rumah hanya sebuah kamar kecil yang berada diatap gedung. Penghasilan nya hanya mampu untuk menyewa tempat ini, Tapi bagi Leona ini sudah lebih dari cukup. Walaupun ia harus menaiki puluhan anak tangga untuk mencapai kamar nya tersebut itu tidak jadi masalah baginya.

"Lagi-lagi listrik nya mati?" Ucapnya sambil membuka pintu kamar. Ia sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini.

Hari-hari terasa sangat melelahkan bagi nya, Pagi ia kuliah dan siang ia langsung bekerja di sebuah cafe. Ia memang tidak pernah mengeluh akan semua yang dijalani tapi tetap saja ia hanyalah seorang gadis berumur 18 tahun. Sekuat apapun tubuhnya menahan lelah, Hatinya tetaplah lemah.

Hidup sendirian bukanlah keinginannya. Kecelakaan 8 tahun silam merenggut paksa nyawa kedua orang tuanya. Menjadikannya seorang yatim piatu, Ia bisa saja hidup layak tidak perlu susah payah bekerja untuk biaya kuliah dan makan. Orang tuanya meninggalkan cukup banyak asset untuknya, Namun semua peninggalan itu dikuasi oleh orang lain yang tidak lain adalah Tantenya sendiri.

Ya, Hidup Leona bukanlah sebuah dongeng yang sepanjang apapun kisahnya pasti akan berakhir bahagia.

Setelah mengganti baju Leona langsung menuju tempat tidur. Tubuhnya teramat lelah untuk melakukan hal lain, Hal yang paling ia butuhkan saat ini hanyalah beristirahat, Melupakan sejenak semua kerumitan hidupnya.

Namun tidak sengaja kakinya menyandung sesuatu yang ada dilantai dan membuatnya jatuh tersungkur diatas sofa kecil yang ada dikamarnya.

Dengan cepat Leona menyalakan senter di Hapenya, Mencari penyebab ia terjatuh.

Dilihatnya cairan merah menggenang dilantai. Seketika matanya membelalak, Kaget bukan main dan menjauhkan diri dari tempat itu.

Tapi bukan Leona namanya kalau tidak merasa penasaran akan sesuatu yang mengganggunya. Ia kembali menyoroti tempat itu lagi, Dan kini memberanikan diri untuk mengikuti asal cairan itu.

Seketika hapenya terjatuh dari tangannya, Wajahnya pucat pasi, Tubuhnya lemas tidak bisa bergerak melihat apa yang ada didepan matanya saat ini.

"To........Long" ucap nya lirih penuh usaha menjangkau Leona yang saat itu masih ada didepannya. Belum sampai tangannya menggapai Leona ia jatuh tersungkur di hadapan Leona.

Dengan segera Leona meraih kembali hapenya dan menjauh dari tempat itu. Pikirannya kacau, Rasa kaget bercampur aduk dengan rasa lainnya. Bayangkan saja seorang pria yang tidak ia kenal bahkan tidak pernah ia lihat sebelumnya berada dikamarnya. Tidak menggunakan baju dan tubuhnya dipenuhi luka.

"Lo.....Lo siapa?" Kata Leona ragu sambil terus menyoroti orang itu dengan cahaya dari Hapenya.

Tidak lama listrik dikamarnya pun menyala membuat ruangan sempit itu terang benderang, Terlihat lah tubuh pria itu dengan jelas. Punggung yang terluka entah apa penyebabnya tetapi Leona tau betul jika itu bekas cambukan. Melihat semua itu membuat Leona makin panik kebingungan.....

"Polisi, Mending gue lapor polisi sekarang." Ia segera menekan tombol gawat darurat namun diurungkan nya lagi.

"Tapi apa yang harus gue jelasin entar sama polisi? Terlebih dia luka parah gini, Dirumah gue lagi." Pikiran nya makin bingung tidak karuan, Waktupun semakin larut menunjukan pukul 11 malam.

Leona mencoba mendekati orang itu dengan hati-hati sambil memegangi sebuah tongkat baseball ditangan nya hanya untuk berjaga-jaga. Walaupun saat ini ia sudah memiliki sabuk hitam taekwondo ia harus tetap waspada dan berhati-hati.

"Ba.....Bangun, Lo siapa? Kenapa ada dikamar gue? Lo masuk lewat mana?" Sederet pertanyaan langsung ia berikan saat itu juga namun tidak ada satupun jawaban yang ia dapatkan. Kini ia mencoba lebih mendekat dan memberanikan diri memeriksa keadaan pria itu....

"Dia masih hidup kan? Ya Tuhan salah apa gue hari ini kedatangan tamu gak diundangan parahnya lagi dia sekarat." Ucapnya sambil terus mendekat pada tubuh yang tergeletak dilantai kamarnya itu.

Sesaat ia berpikir, Apa yang harus ia lakukan saat ini. Jika menelpon polisi itu hanya akan membuatnya sulit, Belum lagi kalau harus ditanya ini dan itu apa yang harus ia jelaskan karena memang ia tidak tahu menahu tentang semua ini.

Ia mengusap kasar wajahnya lalu dengan cepat dan bersusah payah Leona menyeret tubuh itu keatas sofa. Ia sangat benci saat-saat seperti ini, Saat hatinya menghianati pendiriannya.

Leona mengambil air, Alkohol, dan beberapa obat luka lain nya. Ia mulai membersihkan luka dengan sangat perlahan takut kalau si pemilik tubuh merasa kesakitan padahal saat itu ia sudah tidak sadarkan diri.

"Gue gak tau lo siapa, Asal lo darimana, Dan kenapa ada dikamar gue tapi gue bukan manusia tanpa hati yang bakal biarin lo kesakitan gini. Terlebih ada dikamar gue, Kalo lo mati bakalan ngerepotin gue.

Gue harap besok lo sudah sadar dan bisa ngasih semua jawaban dari pertanyaan gue." Ucapnya sambil membungkus luka pria itu Setelah semua selesai Leona menutupinya dengan selimut tebal karena angin bertiup sangat kencang malam ini seperti akan turun hujan.

Leona lalu mengambil sebuah ember dan kain pel untuk membersihkan lantai kamarnya namun lagi-lagi ia dibuat heran karena tidak ada noda sedikitpun dilantai.

"Gue yakin banget tadi lantai ini penuh darah, Tapi kok udah bersih gini?" Ucapnya kebingungan, Ia kembali memeriksa lantai itu bahkan ia mengendus bau lantai tersebut memastikan apakah ada bau amis darah. Tapi hasilnya nihil, Ia tidak menemukan apapun. Lantai ini sangat bersih, Tidak basah dan tidak ada bau darah.

"Apa karena gue kecapean? Atau karena gue kaget waktu ngeliat luka orang itu makanya gue berhalusinasi gini?"

Ia kembali membawa ember ditangan nya ke kamar mandi.

"Pa, Ma selamat tidur." Ucapnya menutup hari ini dan menunggu hari esok dalam tidurnya......

Tak lama Leona kembali terbangun ia ingat akan sesuatu.
"Gimana kalo yang gue tolong itu ternyata orang yang jahat? Pembunuh, Psikopat, Pemerkosa, Pencuri, Perampok atau buronan polisi." Semua pikiran buruk mulai hinggap dibenaknya, Ia langsung bangkit dari tempat tidur dan mencari tali.

Diikatnya kedua tangan dan kaki orang tersebut, Ia tau ini tidaklah manusiawi mengikat kedua tangan dan kaki orang yang sedang terluka parah.

"Maaf, Ini cuma buat jaga-jaga. Karena gue capek dan ngantuk gue gak bisa begadang buat nunggu lo sadar. Jadi ini satu-satunya cara biar lo gak macam-macam." Dan kembali melanjutkan istirahatnya.

*Entahlah, Biarpun gak ada yg minat baca vote ataupun koment aku tetep bikin story. Mungkin bisa dibilang karena hobi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Naughty AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang