(7) Tebengan

123 12 0
                                    

"Hey!" teriak Yuri  membuat tiga laki-laki di depannya mengangkat bahu kaget, dan Guanlin yang menutup telinga.

"Hei, pergi aja yuk!" bisik Guanlin kepada Jihoon dan Woojin.

Mereka bertiga pun berbalik perlahan hendak meninggalkan Nako dan Yuri yang terlihat kesal. Perlahan, baru berputar tiga ratus enam puluh derajat.

"Et, et, et!" Yuri menepuk bahu Jihoon yang posisinya di tengah antara Woojin dan Guanlin, "Mau kemana kalian?" Yuri memegang bahu Woojin juga.

Woojin meringis menunjukan deretan giginya yang tidak rapi lantaran gingsul tumbuh di sana. Diikuti Jihoon dan Guanlin yang ikut nyengir.

"Kalian mau pergi aja setelah buang sampah sembarang arah dan mengenai orang lain? Mikir gak sih? Minta maaf kek."

"Em, maaf." Park Jihoon angkat bicara, membuat Yuri agak heran seperti mengenal wajahnya.

"Gitu? Yang kena si Nako tuh. Minta maaf sama dia." lanjut Yuri tak peduli dengan pikirannya barusan.

"Udahlah, Ri. Kita kan mau ngejar bis. Ntar ketinggalan lagi kayak tadi pagi. Aku juga pasti udah di tungguin Daehwi." ucap Nako menenangkan Yuri dan otomatis melegakan ketika laki-laki yang tak merasa berdosa di depannya.

Nako melihat Woojin sebentar, "Maaf ya." menarik lengan Yuri dan membawanya pergi ke gerbang sekolah.

"Eh, yang kecil itu tadi ngeliatin gue ya?" tanya Woojin setelah kedua gadis yang barusan hampir terikat masalah pergi.

"Iya, ngeliatnya aneh. Kayak dia tuh bilang, "Aku mengenalnya." gitu." Guanlin menyaut.

Park Jihoon memerhatikan kepergian dua gadis tadi sampai ke gerbang. Terlihat keduanya sangat kesal. Yuri yang menendang-nendang tanah bumi dan Nako yang seperti tertarik gravitasi  langsung jongkok tak berdaya.

"Tadi dia juga nyebut-nyebut Daehwi. Ada hubungannya?" Jihoon menambahkan, "Samperin mereka yuk, kayaknya kena masalah mereka tuh." menunjuk arah gerbang yang memperlihatkan dua gadis dengan wajah kesal dan pasrah.

Sambil membawa sepedanya, Jihoon, Woojin, dan Guanlin menghampiri Nako dan Yuri yang masih mematung di depan gerbang.

"Kalian kenapa?" Jihoon yang pertama kali bertanya.

Yuri otomatis menengok dengan pandangan sinis kepada arah suara.

"Ketinggalan bis lagi." Nako menjawab pelan karena sedih menyelimuti suasana hatinya.

"Naik bis umum aja." Woojin menyaut.

"Aku gak ada uang saku."

"Dan gue gak bakal ninggalin temen gue sendiri.

Tut! Tut! Tut!
Suara klakson mobil mengagetkan lima anak SMK di depan gerbang itu. Sebuah mobil sport berwarna kuning berhenti di depan mereka. Itu Wooseok, kakanya Guanlin.

"Kakak!" Guanlin dengan senyum Pepsodent nya.

"Yuk pulang!" ajak Wooseok kepada Guanlin.

"Bentar." Guanlin melihat ke empat anak di sampingnya, "Gue gak jadi nebeng. Lo berdua anter mereka aja. Pas kan? Okeh. Duluan, ya." Guanlin pun masuk ke dalam mobil, melambai tangan lalu pergi pulang. Meninggalkan dua temannya yang melongo tak percaya dengan sikapnya yang main pergi begitu saja.

"Bareng gue yuk!" Woojin yang pertama kali mengajak langsung kepada Nako. Menyebabkan rasa heran tercipta di logika Nako.

"Kamu ngajak aku? Hah?" herannya Nako.

"Iyalah."

"Yuri, kamu gimana?" tanya Nako membuat Yuri melirik Jihoon yang sedari tadi melihatnya.

"Sama gue." akhirnya Jihoon angkat bicara, "Kebetulan arahnya sama."

"Lo ke Selatan kan?" tanya Woojin membuat Nako mengangguk, "Ya udah sama."

"Dah yuk. Keburu sore." Jihoon menaiki sepeda mini nya begitu juga Woojin.

Diikuti Nako dan Yuri yang naik. Wajah Yuri tak bersahabat. Seperti tidak enak. Lalu mereka mulai beranjak meninggalkan sekolah.

*****
Wooseok (CUBE ENT)

DEAR MY FRIENDSWhere stories live. Discover now