Part 29

8.4K 671 8
                                    

Didalam kamar hotel Arka berjalan mondar mandir. Pikiran warasnya bilang jika ia sudah keterlaluan dengan Lana kali ini, tapi emosinya masih belum reda. Bayangan Amelia kembali berputar di kepalanya. Bagaimana perempuan itu tertawa manja sambil menutupi setengah tubuhnya yang telanjang. Bagaimana laki-laki entah siapa itu memeluk Amelia. Kedua tangan Arka sudah berada di kepala.

Tangan Arka mulai terasa berdenyut nyeri. Buku-buku jarinya sedikit membiru. Jika pukulannya tidak meleset, mungkin ia tidak akan bisa berhenti seperti dulu ketika ia hampir membunuh laki-laki itu. Erlangga sudah tahu tapi kenapa ia masih mencium tangan Lana. Ketika ada laki-laki lain menyentuh Lana itu membuat dia gila. Arka merebahkan tubuhnya di kasur. Ponselnya berbunyi. Ayah.

"Ka, kata Dewi kamu di Bali? Adikmu kenapa?"

"Iya Yah. Lana kehilangan dompet. Jadi Arka kesini biar bisa urus pembayaran dan semuanya."

"Tapi Lana nggak apa-apa kan? Ayah telpon dia ga diangkat."

"Nggak, Lana baik-baik saja Yah. Tenang aja."

"Okey. Jaga adikmu baik-baik. Bilang dia untuk telpon Ayah. Ayah kangen."

"Iya."

Arka terpaksa harus berbohong lagi. Bukan karena ia berbohong tentang alasannya ke Bali yang membuatnya terganggu, tapi sesungguhnya Lana saat ini sedang tidak baik-baik saja. Arka sudah menyakiti perasaan gadis itu. Ia beranjak ke kamar mandi. Mungkin air dingin juga bisa mendinginkan kepalanya.

Malam itu di vila.

"Lan, makan dong." Mereka memang memesan makanan dari hotel untuk diantar ke villa.

"Iya, kalian duluan aja." Lana berpindah dari meja makan ke sofa didepan TV.

"Eh Lan, minggu depan kita mesti ke sekolahan. Nilai udah keluar. Asyik ga tuh?" Manda berusaha memulai obrolan.

"Pakai baju apa ya enaknya?" Anggi menyahut. Dua sahabat itu terdiam ketika melihat Lana yang masih tidak bicara. Pandangan matanya kosong dan hanya lurus menatap kedepan.

Anggi membereskan piring-piring sementara Manda duduk disebelah Lana. "Lan, udah dong. Jangan sedih lagi. Gue ikutan sedih lihat lo begini."

Pintu villa diketuk. Anggi membukakan pintu. Ada Arka disana.

"Hi Nggi. Bisa ketemu Lana?" Wajah Arka masih muram. Anggi keluar dan menutup pintu dibelakangnya.

"Lana belum mau ketemu siapa-siapa."

"Boleh saya masuk?"

"Lana bisa ngamuk lagi nanti Mas."

"Nggak apa-apa, resiko saya yang tanggung."

Anggi tidak bisa menghalangi Arka. Mereka masuk kedalam dan menemukan hanya Manda yang berada di sofa. Lana sudah mengunci diri di kamarnya. Anggi dan Manda cukup tahu diri dan menyingkir dari villa. Masih jam 8 malam, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan di pantai.

"Lan. Kamu di dalam?" Pintu kamar terkunci. "Lana, bisa tolong buka pintunya?" Masih tidak ada sahutan.

"Lana, nggak begini caranya menyelesaikan masalah lho."

"Jadi bagaimana caranya? Marah-marah ga jelas dan nuduh pacarnya sendiri cewek ga bener? Begitu caranya?" Lana membuka pintu tiba-tiba dan berdiri dihadapan Arka dengan murka. "Atau mukulin temennya sendiri? Begitu caranya? Sebenernya siapa yang nggak dewasa disini Ka? Aku? atau kamu?" Tangan Lana mendorong Arka.

"Iya aku salah Lan. Karena itu aku datang minta maaf." Arka berusaha mendekati Lana.

"Jangan...pernah...sentuh gue lagi." Lana menarik tangannya yang dipegang Arka. "Lo tahu kalau lo udah dua kali hina gue? Lo udah tahu gue benci kalau lo ngomong begitu tapi lo ulangin lagi. Kenapa Ka? Kenapa lo ahli banget bikin gue sakit hati?"

The Stepsister [Completed]Where stories live. Discover now