5. laiguan

5.1K 507 11
                                    

Renjun termenung di bagian terkecil dari kamarnya. Meja belajar yg ada di ujung ruangan.

Akhir-akhir ini, fikirannya dipenuhi oleh banyak hal.

Tentang perusahaannya yg sedang merugi besar.

Tentang kenyataan bahwa dia harus menikah dengan Guanlin yg notabennya adalah pacar rekan kerjanya sendiri, Jihoon.

Untuk masalah kedua, sangat bersangkut paut dengan masalah pertama.

Mengapa dia harus menikah dengan seseorang yg telah memiliki kekasih?

Perusahaan peninggalan ayahnya yg kini diwariskan kepada Renjun, merugi karena seseorang membawa kabur ¾ saham perusahaan.

Untuk mengembalikan uang investor, perusahaannya harus meminjam dana kepada perusahaan ayahnya Guanlin.

Sebagai ganti, Renjun harus menikah dengan Guanlin. Dan semua hutangnya lunas. Serta nama baik perusahaan Renjun pun akan bersih kembali.

Awalnya, Renjun dipaksa menikah dengan ayah Guanlin. Namun, Guanlin menolak mentah-mentah keputusan ayahnya itu dan meminta agar Renjun menikah dengannya saja.

Apakah Chenle mengetahui masalah perihal krisisnya uang perusahaan?

Tidak.

Hanya dia yg mengetahuinya. Chenle hanya mengetahui bahwa Guanlin adalah orang yg memaksa Renjun untuk menikah dengannya. Dan memaksa akan meneror hidup Renjun selamanya jika ia tidak mau menikah dengan Guanlin.

Renjun tidak mau fikiran Chenle kacau, dan akan berdampak pada hancurnya usaha sanggar tari dan sanggar vocal yg sedang ia rintis.

Renjun menjambak rambutnya kasar. Rasanya, ia ingin berteriak di tengah lapangan untuk meluapkan segala kesedihannya.

"Hiks.. Ayah.."

Dia berjalan keatas kasur dan meringkuk di atasnya. Tak lupa mata yg basah karena air mata.

Cklek..

"Ge, kok gak keluar kamar? Gak bo—ge, kenapaa??"

Chenle berlari menghampiri Renjun yg kini sudah menjadi little.

Selalu begini. Setiap Renjun mengingat tentang perjanjian itu, dia pasti akan berakhir menjadi little.

"Gege kenapa?" tanya Chenle khawatir sambil menatap wajah Renjun.

Little Renjun memeluk Chenle dengan erat dan menangis di pundaknya.

"Hiks.. Injun kangen ayah."

Chenle menengadahkan kepalanya ke atas, berusaha agar air matanya tidak turun.

Mereka bertiga menangis bersama. Renjun, Chenle, dan langit.

Langit pun ikut menangis melihat mereka menangis.











"Jen, 2 botol ya."

Dengan cekatan, Jeno mengambil 2 botol wine pesanan pelanggannya yg wajahnya masih terlihat segar. Sedangkan di sebelahnya terdapat pria setengah mabuk yg tengah meracau.

"Balikin milik gue anjing! Lo gak pantes sama dia! Cowok gue cuma nafsu aja sama lo, dia cintanya sama gue aja!"

Jeno menggeleng pelan. Baginya, melihat pemandangan seperti ini sudah sangat biasa.

Orang mabuk dengan racauan tidak jelasnya.

Lalu Jeno kembali ke gudang, mengisi persediaan botol wine di pantry yg sudah mulai kosong.

"Jen, apa kabar?"

Jeno menengok dan wajahnya berubah berseri.

"Weh, bang Jaehyun! Balik dinas kapan?"

"Kemaren pas tengah malem aku sampe rumah."

"Ketemu kak Taeyong kan?"

Jaehyun mengangkat bahunya dan tertawa kecil. "Aku kan bilang sama dia kalo jadwal pulangnya hari ini, bukan kemarin. Pas aku dateng, dia lagi tidur dan ditemenin Mark."

Tubuh Jeno tiba-tiba menegang. Wajahnya menjadi pucat seketika.

"Loh, kenapa Jen? Sakit?" tanya Jaehyun bingung.

Jeno menggeleng. "Gak apa-apa bang. Terus terus?"

Jaehyun tersenyum kecil. "Ya, aku gak mau salah paham. Mungkin, Taeyong kesepian ditinggal aku dinas selama 6 bulan, jadi dia butuh temen ngobrol. Gak apa-apa sih, lagian Taeyong anggap Mark adek, bener?"

Jeno mengangguk canggung dan tersenyum. Namun fikirannya mendadak tidak enak.

"Yaudah, aku balik dulu ya, Taeyong minta dibeliin soda, padahal udah aku larang. Duluan Jen, salamin ke Nana ya."

Jaehyun menepuk pundak Jeno dan pergi dari sana, meninggalkan Jeno yg masih larut dalam fikirannya.

Bagaimana nasib Mark setelah ketahuan menamani tidur istri dari sahabatnya sendiri?









Jaemin membawa nampannya dan mengambil beberapa makanan untuk makan siang hari ini.

Menu hari ini tidak terlalu enak. Jadi, Jaemin tidak bernafsu makan.

Jadi, dia hanya mengambil sayur kacang dan beberapa potong perkedel jagung, tanpa nasi.

Jaemin lalu mencari kursi kosong dan makan sendirian.

Dia sudah biasa. Di pabrik tempatnya bekerja, Jaemin tidak memiliki teman dekat. Hanya teman yg bukan benar benar teman.

Kursi di sebelahnya berderit, dan seseorang bertubuh jangkung duduk di sebelahnya.

"Kok makannya dikit doang? Gak pake nasi lagi." katanya sok akrab.

Jaemin mendelik dan kembali melanjutkan makannya.

"Aku ambilin nasi mau?" tanyanya.

Jaemin bergeser sedikit, menjauh dari pria sok akrab itu.

"Aku gak punya temen. Dan aku liat, dari tadi kamu sendirian. Kalo kamu mau, kita bisa temenan." tawarnya.

Jaemin menghentikan kegiatan makannya dan menatap pria itu jengah.

"Maaf ya. Saya lagi berusaha makan, tapi anda ganggu saya terus."

Pria itu terdiam, namun dia mengulurkan tangannya.

"Nama aku Laiguan, kamu?"

Jaemin hanya menatap tangan pria itu dan berdiri dari kursi.

Tak lupa, sebelumnya Jaemin mengambil 2 potong perkedel di piringnya lalu pergi tanpa permisi.

Pria yg memperkenalkan diri sebagai Laiguan itu hanya mengangguk sendiri dan tersenyum aneh.











***

Little SpaceWhere stories live. Discover now