7.

3.4K 416 5
                                    

"Kayaknya aku harus pulang deh Jaem. Maaf gak bisa lama-lama, gak apa-apa kan?"

Jaemin mendesah kecewa. "Gak bisa mampir dulu gitu? Jeno bikin bubur sumsum tuh."

Lai tersenyum dan menunduk. "Lain kali ya Jaem. Maaf udah ngerepotin, hehe. Aku pulang dulu. Pacarnya Jaemin, saya pulang dulu."

Jeno hanya tersenyum tipis. Dia menatap kepergian Lai dengan tatapan curiga. Bahkan sampai pria jangkung itu menghilang ditelan kegelapan, Jeno masih berdiam disana.

"Jeno! Kok diem disitu aja? Kamu lagi nyari kucing?" tanya Jaemin mengejutkannya.

Jeno tersentak. "Na, Lai itu mirip sama Guanlin."

"Hah? Iyakah? Kamu tau darimana?"

"Renjun nyeritain ciri-ciri Guanlin. Persis sama banget kayak Lai temen kamu itu."

Jaemin terlihat berfikir. "Itu bukan Guanlin kali. Udah lah, gak usah di fikirin. Mending ke dalem, tar masuk angin."

Pasangan kekasih itu akhirnya masuk ke dalam rumah dan saling merangkul 1 sama lain.













"Ung? Kak Jenjen ngapain disini eoh?"

Jeno menatap little Renjun sambil tersenyum.

"Ini rumah kak Jen. Injun lagi nginep disini."

Little Renjun memiringkan kepalanya dan menatap Jeno dengan penuh rasa bingung.

"Injun ngapain disini? Lele mana?"

Jeno terlihat terkejut, apalagi ketika melihat wajah little Renjun yg mulai meringis, hendak menangis.

"Jangan nangis ya sayang. Lele lagi ke minimarket. Injun tidur aja dulu ya, nanti pas Injun bangun, Lele udah ada disini."

Tentu saja Jeno bohong. Sudah tengah malam begini, mana mungkin Chenle susah payah menginap di kost-an milik Jeno?

Jaemin sudah tertidur pulas. Tadi Jeno terbangun karena mendengar lenguhan little Renjun.

Little Renjun terduduk di ranjang sambil menatap sekelilingnya dengan mata bayinya. Saat menatap Jaemin yg tidur di matras, little Renjun terlihat seperti merasa.. Iba?

"Kak Jen!" seru little Renjun mengejutkan Jeno yg tadi sempat menunduk karena mengantuk.

"Hah kenapa?" tanya Jeno dengan wajah terkejut.

Little Renjun terkikik geli karena melihat ekspresi Jeno yg menurutnya terlihat lucu.

"Kkkk kak Jenjen lucu!"

Jeno menghela nafas, dan dia tersenyum jahil.

"Dibandingin Injun, lucuan siapa hayo?"

Little Renjun menaruh telunjuknya di depan hidung sambil menatap langit-langit dengan kerutan yg kentara di dahinya. Terlihat seperti professor.

"Lucuan Injun! Kkkk." kekehnya.

Jeno tidak tahan lagi. Dia menggelitik perut little Renjun sampai anak kecil itu kegelian.

"Akhahaha, udah kak Jen! Injun geli kkkk."

Setelah kelitikan di perut Little Renjun reda, dia terdiam sambil merenung.

Jeno menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa? Kok tiba-tiba diem gitu?"

Little Renjun menggeleng pelan. Matanya tak lepas dari Jaemin yg masih tertidur pulas di matras.

"Kasian kak Nana bobo di bawah. Injun aja deh yg bobo di bawah, kak Nana di atas sama kak Jen!"

Jeno melotot kaget. Apalagi ketika melihat little Renjun mulai merangkak ke bawah dan mencoba membangunkan Jaemin yg tidur dengan posisi tengkurap.

"Kak Nana! Ayo bangun. Kak Nana harus bobo di atas sama kak Jen. Nanti kak Nana masuk angin loh!"

Anak kecil itu terus berusaha keras membangunkan Jaemin yg sudah pulas. Memang dasar Jaemin, tidak akan terbangun bila titik lemahnya belum tersentuh.

Little Renjun tidak kehabisan akal. Dia berfikir sebentar, lalu mengubah haluan. Yg awalnya menjadikan punggung Jaemin sebagai target—Injun menduduki punggung Jaemin agar Jaemin terbangun—, kini turun ke kaki dan mengelitiki titik terlemah Jaemin. Telapak kaki.

Dalam posisi mata yg terpejam, tubuh Jaemin serasa di setrum. Dia seketika terbangun. Pemandangan pertama yg dia lihat adalah, little Renjun yg menatapnya dengan mata berbinar disertai senyum bayi andalannya.

Dengan refleks, Jaemin terduduk dan mencium pipi little Renjun bertubi-tubi. Anak kecil itu hanya terkikik kegelian.

Namun Jaemin tiba-tiba mundur dan menatap Renjun kaget.

"Maaf Njun, aku udah cium kamu kayak tadi." kata Jaemin pelan.

Little Renjun memiringkan kepalanya dan menatap Jaemin bingung.

"Na, lagi turn on itu." bisik Jeno.

Otak Jaemin mungkin sedang bekerja sangat lambat. Dia hanya melongo. Setelah beberapa detik, dia baru menyadari perkataan Jeno.

"Iyakah? Eh Injun, kok belum tidur? Udah tengah malem loh ini."

"Kak Nana harus bobo sama kak Jen diatas ya! Nanti kalo kak Nana masuk angin gara-gara tidur di bawah, gimana?"

Alis Jaemin tertarik ke atas. "Trus? Injun bobo dimana?"

"Injun bobo di bawah. Oke!"

Kedua pria dewasa itu tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaan satu pria dewasa yg sedang dalam mode little. Jika mereka menolaknya, little Renjun akan menangis kencang dan membuat kegaduhan di tengah malam.















Seorang pria berpipi tembam berjalan dengan gontai keluar dari bar. Matanya setengah terpejam. Dengan botol kaca berwarna hijau di tangannya, Jihoon terus meracau dan berjalan tak tentu arah.

"Dasar pelakor! Pacar temen sendiri lo goda juga? Cih! Dasar jalang!" racaunya.

Beberapa orang melihatnya dengan tatapan tak suka. Ada juga yg acuh tak acuh.

Jihoon terduduk di trotoar sambil menunduk dan kemudian menangis. Tangisnya teredam oleh hujan yg kini turun dengan deras.

"Hiks.. Lo jahat Lin. Lo jahat! Lo biarin gue terdampar gini di Australia, sementara lo? Lo ngejar-ngejar Renjun di sana!"

Hujan yg mengguyur tubuh Jihoon seketika reda. Tubuhnya juga serasa melayang di udara.

Saat membuka mata, dia bisa melihat sosok Guanlin yg sedang menggendongnya.

"Guan—"

Belum selesai bicara, Guanlin sudah membawa lari tubuh Jihoon menembus hujan.

Perasaan Jihoon menghangat. Setidaknya, kekasihnya ini masih memiliki rasa peduli dan khawatir padanya.

Semoga.


***

Little SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang