Ayam Berkokok Hari Siang

27 3 0
                                    

"Mamak pengen menantu laki-laki, cucu laki-laki," sambung si mamak.

Herlin menggelengkan kepala geli sebelum memutuskan untuk beranjak keluar, meninggalkan ibu mertua dan adik iparnya itu. Tahu bahwa sesuatu yang akan dibahas sangat sensitive. Menyangkut Airen yang tak kunjung berpikiran ingin melepas masa lajangnya. Hingga ibu mertuanya selalu berusaha menjodohkan.

Sedari remaja sampai di umurnya yang sekarang, Airen masih tetap sama. Belum pernah mengecap anu ... hubungan romantisme antara lawan jenis. Iya, Airen itu jomblo sejati. Engh, anu ralat, single sejati karena itu pilihannya.

Ketika kebanyakan remaja perempuan pada masanya berlomba-lomba mencari pacar, maka yang dilakukan Airen adalah mencari teman sebanyak-banyaknya. Baik perempuan mau pun lelaki.

Hidupnya sudah cukup menyenangkan tanpa harus menjalin hubungan semacam itu. Airen bukannya tidak rupawan, ia memiliki banyak kelebihan yang membuat wanita iri dengki.

Hanya saja, isi otaknya yang sederhana menolak dengan tegas. Bahkan terlalu malas untuk sekedar mencoba-coba.

Ayolah, mengurus diri sendiri saja tidak becus. Kenapa harus mengurus orang lain?!

Tidak perlu pacar ketika lelaki disekitarmu memperlakukanmu dengan manis. Iya, dibalik kelakuan Airen yang luar biasa bikin pening, Airen pribadi yang menyenangkan.

Tidak perlu pacar ketika oppa-oppa di drama korea sanggup bikin kerangnya basah. Iya, sesederhana itu alasan Airen belum ingin menjalin kasih atau pun menikah.

Airen menghela napas. Menarik kaos bagian dalamnya untuk mengusap wajahnya yang sempat basah karena menangis nista tadi. Sialan, ternyata dia memang masih kekanakan.

"Pantesan keesokan harinya Aii salah terus di mata Mamak, apa-apa diomelin."

" .... "

Airen menghela napas lagi ketika si mamak tak juga menanggapi.

"Mak, 'kan sudah ada Bang Naren dan kak Herlyn. Mereka bisa membuatkan mamak banyak cucu," jelas Airen kalem. Harus kalem kalau membahas ini saudara-saudara. Mamak itu sensitivenya melebihi bunga matahari perawan yang ditusuk pensil.

" ..... "

"Airen masih mau senang-senang. Masih muda juga, belum 40 tahun kan," ucapnya santai yang langsung ditatap garang si mamak. Ciyee, sudah direspon.

"Aii mau lihat mamak dan bapak cepat mati?"

Airen menggeleng dengan senyum polosnya. Lampu hijau, nih.

"Mamak ijinin dulu. Habis itu terserah mamak, deh. Ai ngikut. Disuruh kawin juga, Aii mau. Kawin, ya, mak, bukan nikah," ujarnya yang langsung mendapat timpukan bantal sofa. Airen tertawa.

"Muncung." Si mamak menatap tak yakin.

Biasanya Airen selalu menolak ketika si mamak berencana untuk mengenalkan dirinya dengan seorang pria. Dari sekian lelaki yang ingin dikenalkan, baru dua kali si mamak berhasil menjerat Airen untuk bertemu. Dan berakhir dengan sia-sia, karena Airen tanpa basa-basi menolak. Oh, anak gadisnya satu itu.

"Jangan coba-coba nipu mamak,ya."

"Iya, Aii serius," Airen mengangguk mantap.

Demi Liburan. Bertahun-tahun selepas masa sekolah, baru liburan kali ini semua sahabatnya bisa ikut berpartisipasi. Sekaligus mengunjungi Sora yang telah tinggal di Jepang mengikuti suaminya delapan tahun silam.

"Bener, ya. Mamak pegang janjinya. Dua minggu, mamak cuman ijinin dua minggu holideynya. Lebih dari itu, noo. Nanti mamak telepon langsung Sora, biar Aii dipulangin." Si Mamak tersenyum cerah.

Ayam berkokok siang hari. Mamak dengan semangatnya langsung beranjak menuju kamarnya. Mengambil ponsel dan menyambungkan komunikasi canggih itu dengan seseorang.

Meninggalkan Airen yang tersenyum iblis.

Ngomong-ngomong, janji bisa dilanggar bukan? Hoho.

*****

Trouble Wedding - AirenOnde histórias criam vida. Descubra agora