Sosok di Kebun Lada

64 3 0
                                    

Kejadian ini ku alami, saat aku masih duduk di bangku kelas empat sekolah dasar.

Saat itu bendungan di desa kami sedang dibangun. Aku dan ke lima temanku, sebut saja mereka Yogi, Putra, desta, Mega dan Mira.

Pada siang yang terik kamu berenam berencana pergi mandi ke bendungan.

Namun, sebelum pergi Ibu berpesan padaku.

"Jangan mandi ke sungai, ini jamnya penyakit lewat." kata ibuku yang ku balas dengan anggukan kepala.

Di desaku, kepercayaan seperti itu masih kental.

Sempat aku merasa bimbang,

"Eh, kita gak usahlah mandi ke bendungan." kataku pada kelima temanku.

"Eh kenapa memangnya? Kamu takut? " Yogi menimpali.

"Padahal jam segini airnya seger, sepi pula gak ada ibu-ibu yang suka marah kalo kita berenang." Putra ikut-ikutan nimbrung.

"Kemarin kulihat di bendungan kita bisa meluncur dari atas ke bawah, seperti air terjun." desta membujuk.

Akhirnya kami berenam tetap pergi secara diam-diam tanpa sepengetahuan Ibuku.

Setibanya di bendungan.

Kami semua langsung mandi, khas anak-anak desa, yang tak tahan melihat air. Bawaannya pengen berenang.

Mira dan Mega, membuat bentengan dari beberapa batu yang disusun, sedangkan Yogi, desta, dan Aku. Meluncur dari atas bendungan dengan pelepah pohon pinang.

Tak Terasa sudah sejam kami mandi sambil bermain, tiba-tiba aku merasa lelah.

Kubiarkan teman-temanku melanjutkan mandi mereka.

Aku memilih ke hilir bendungan, arus airnya lebih tenang. Ada sebuah pangkalan tempat ibu-ibu mandi dan mencuci.

Di sebelah kiri pangkalan itu, ada tebing yang di atasnya ada kebun lada. Sedangkan sebelah kanan adalah jalan pulang ke rumah.

Aku mengapung di atas air, sambil menyenderkan kepalaku di batu sungai.

Menikmati belaian air sungai, lalu mataku menangkap sesosok manusia berbaju putih sedang menatapku dari balik rerimbunan pohon lada.

Aku tidak tahu apakah dia seorang perempuan atau laki-laki. Bajunya seperti gaun berwarna putih, rambutnya panjang, hitam dan bergelombang (seperti model iklan sampoo 😁).

Wajahnya lonjong sekali, kedua alisnya menyatu, dan matanya lebih besar dari mata manusia pada umumnya, bahkan terlihat tidak normal untuk ukuran manusia (seperti mata alien). Warna hitamnya lebih banyak.

Dia melotot menatapiku, Aku yang belum sadar balas melotot. Kupikir pasti dia ibu-ibu usil yang suka memarahi anak-anak yang suka berenang dan bermain air.

Ku kepalkan tinjuku dan kuarahkan padanya, tapi dia tak bergeming. Perlahan ku rasa bulu romaku berdiri.

Logikaku mulai bekerja, Ibu-ibu mana yang memakai gaun panjanh di kebun lada.

Lalu, ketika dia datang tadi kenapa tidak menimbulkan suara seperti berkeresek saat menginjak ranting atau daun kering.

Jangan-jangan makhluk itu adalah hantu, aku mencuri pandang ke hulu sungai, ke arah bendungan.

Berharap teman-temanku ada yang mendekat kepadaku, ingin berteriak tapi aku sangat takut. Karena saat aku menoleh lagi pada sosok itu, dia sedang menyeringai memperlihatkan barisan giginya yang runcing.

Aku pun berlari naik ke atas sebelah kanan sungai, sesampainya di atas kulihat ada orang datang dari arah desa.

Itu nenek tetanggaku, dia mau mandi siang, memang di desaku mandi siang seperti sebuah keharusan, ku dekati beliau.

"Nek, di sana ada hantu." aku mengadu sambil menunjuk ke arah kebun.

Tapi sosok itu sudah berbalik, berjalan seperti melayang pelan dan sudah berada di ujung kebun.

"Mana? Tidak ada hantu siang-siang. Mungkin itu wak Mursa lagi panen lada." jawab nenek sambil celingukan melihat sosok yang kusebutkan.

"Tapi Nek, tidak mungkin Wak Mursa memanen lada dengan pakai Gaun putih begitu." Aku tetap kekeuh

"Eh, iya juga ya. Si Mursa juga lagi nemenin anaknya di Rumah sakit habis melahirkan."

Nenek pun bergidik ngeri.

"Iya ya, bisa saja itu penghuni kebun lada ini. Makanya kamu jangan mandi pas siang- siang tengahari. Ini jamnya penyakit lewat."

Degg!!

Aku teringat pesan Ibu, apa jadinya jika nenek ini tak datang, mungkin aku sudah dibawa oleh makhluk itu.

"Lain kali kalo mandi siang, lewatkanlah dulu tengahari! Mengerti?" nenek memperingatkanku.

Lalu aku bergegas pulang, sejak saat itu aku tak pernah mandi ke sungai lagi.

Kumpulan kisah HororWhere stories live. Discover now