Halo, cappuccinoku!

12 2 0
                                    

Cup of Puccino
© Ryuna Morilia
2019

.
.
.


Aku tidak tahu sejak kapan ini bermula. Aku bodoh, saat jatuh cinta. Dan ini adalah kebodohanku yang ke sekian kalinya.

Hujan turun selama tiga hari berturut-turut. Empat hari termasuk hari ini. Aku adalah seseorang yang mudah sakit jika terkena udara dingin. Kepalaku sudah pusing sejak sore tadi. Namun, aku gelisah hanya karena pesan yang sebenarnya aku tahu, itu hanya basa basi yang tidak serius.

Senpai, terima kasih laptopnya. Maaf, kalau aku merepotkan
Arata

Sama-sama. Anyway, semangat untuk pamerannya.
Wuri

Datanglah senpai, lihat pamerannya.
Arata

Disinilah aku dengan segala kebodohanku. Gelisah ingin pergi ke pameran sesuai dengan katamu tapi aku terlalu malu untuk menunjukkan mukaku di hadapanmu. Sejak kapan aku harus melihat pameranmu? Sejak kapan aku harus menemuimu di luar kampus? Sejak aku jatuh cinta padamu.

Dan, sejak kapan aku jatuh cinta padamu?

Ayolah, kita hanya teman ngobrol kalau kebetulan bertemu di kantin kampus.

Aku tidak tahu.

Dengan segala pertimbangan, aku akhirnya memakai jaket, mengikat tali sepatu kencang-kencang, dan berjalan menuju tempat pameran.
...

Ini, adalah cinta sepihakku yang ke sekian kalinya.

...
Aku mengenal Arata sejak semester lalu. Dia adalah kouhai satu tahun di bawahku. Aku mengenalnya sejak dia masuk ke klub yang sama denganku. Aku mengenal semua anggota baru, namun aku ragu apakah Arata juga mengenalku sejak saat itu.

Arata adalah orang yang tidak banyak bicara. Jarang tersenyum. Hanya ada saat benar-benar diharuskan datang saat ada kegiatan klub. Tidak datang terlambat, tapi juga pulang tepat waktu.

Aku tidak pernah memperhatikan Arata bahkan setelah setahun aku satu klub dengannya. Dia benar-benar bukan bagian dari hidupku. Aku sekedar mengenalnya sebagai junior klub. Aku tidak pernah terlibat percakapan panjang dengan Arata.

Namun, saat ini, saat aku sudah keluar dari klub, Arata adalah orang yang menyita segala ketenanganku.

Membuatku berdebar saat kami duduk di kantin dan berdiskusi banyak hal.

Membuatku berdebar saat kami berpapasan dan dia tersenyum.

Membuatku berdebar saat aku dan dia berbalas pesan.

Membuatku berdebar hanya dengan mengingat namanya.

...

"Kenapa terburu-buru?"

Semester ini adalah semester terakhirku dan aku harus menulis tugas akhir supaya bisa lulus. Aku sedang mengerjakan tugas akhirku di kursi taman sendirian ketika Arata tiba-tiba datang dan duduk di sampingku, sambil menyodorkan cappucino yang dia bawa. Aku menggeleng.

"Ini semester akhirku. Dan kau bertanya kenapa aku terburu-buru? Aku tidak buru-buru, aku memang harus menyelesaikannya tepat waktu,"

"Ada yang namanya lulus tepat waktu, ada juga yang namanya lulus di waktu yang tepat,"

Aku menghentikan gerakan tanganku yang sedang mengetik. Mengambil gelas cappucino di tangannya, lalu meminumnya beberapa tegukan.

"Kau masih di tahun ketiga. Waktumu masih panjang, seiring berjalannya waktu, kau akan berubah pikiran,"

Cup of PuccinoWhere stories live. Discover now