No Voice-12

6.7K 694 69
                                    

Pernah liat film 'Ayah mengapa aku berbeda?' Kira-kira begitu kalau Alanis ngomong. Hanya saja di film itu pemerannya dikisahkan sebagai tunarungu/wicara. Artinya punya keterbatasan dalam hal mendengar dan berbicara.

Sedangkan Alanis hanya kesulitan bicara namun mampu mendengar secara normal. Di kehidupan nyata gak semua orang bisa paham apa yang diucapkan sama orang kaya Alanis meskipun udah diulang berkali-kali apa yang dia maksud.
Nah, salah satu cara supaya perkataan mereka dapat lbh mudah dimengerti ya pakai bahasa isyarat.
.
.
.
.

Pukul tujuh malam, David sampai di apartemennya. Melonggarkan dasi yang seharian mencekik leher seraya menyapukan pandangan ke seluruh sudut ruang yang terlihat. Biasanya Alanis akan datang dan menghampirinya dengan buku di tangan. Namun kini, Kemana perempuan itu?

David melangkah memeriksa bagian dapur yang digabung dengan ruang makan tetapi belum juga menemukan yang ia cari. Sempat melirik pintu ruang kerjanya namun tak mungkin Alanis berada di sana. Tempat terakhir tentulah kamar tidur mereka.

Suara David yang hendak memanggil Alanis tertahan ketika melihat orang yang ia cari sedang asik mendengarkan musik menggunakan headphone. Matanya terpejam seraya tersenyum, tangannya sesekali mengelus perutnya yang kian membuncit.

David kembali menutup pintu kamar mereka dan memilih untuk duduk di kursi ruang makan.

Menghela nafas yang entah kenapa semakin berat. Melihat Alanis begitu menyayangi calon bayi mereka, membuat dirinya semakin bertanya-tanya, apa alasan Alanis lebih memilih memberikan pengasuhan setelah bayi itu lahir pada keluarganya?
Atau mungkin perempuan itu merasa terbebani dengan adanya seorang seorang anak setelah pernikahan mereka usai? Alanis merasa tidak sebebas dulu setelah nanti mereka bercerai?

Ya, benar. Pasti karena alasan itu.

"Hahi?"

David terkejut saat mengetahui Alanis telah berdiri disampingnya tanpa headphone yang tadi ia lihat menutupi kuping.

Tidak seperti biasa, kali ini Alanis menulis dengan cepat barisan kata di bukunya.

"Sejak kapan kau pulang? Kenapa tidak memanggilku?"

"Aku baru saja sampai, maaf tidak memanggilmu. Aku sangat haus makanya langsung ke sini." Dusta David. Dirinya sendiri tak mengerti mengapa harus berbohong.

Alanis mengangguk mengerti lalu kembali menyodorkan pertanyaan untuk David.

...

Makan malam berjalan hening seperti biasa hanya dentingan sendok yang beradu dengan piring mengisi acara makan mereka.

Sudah lewat dua bulan sejak kesepakatan yang Alanis tawarkan pada David sejak itu pula hubungan mereka kembali seperti awal pernikahan. Bedanya kini perasaan mereka sama-sama jelas. Alanis jelas mencintai David dan laki-laki itu jelas tidak mencintai Alanis.

Jadi, semua yang Alanis lakukan hanyalah berusaha untuk melakukan pekerjaan layaknya seorang teman yang membantu teman lainnya. Semata-mata karena mereka telah berdamai dan memutuskan untuk menjalin hubungan pertemanan sampai ia melahirkan.

Berat? Tentu. Tapi Alanis bukanlah perempuan lemah yang terus menerus terpuruk pada takdir. Ia telah melewati banyak masa sulit. Berpisah dari David tak akan membuatnya kehilangan arah. Apalagi kian hari perasaannya kian bahagia menantikan perkembangan calon buah hatinya.

...

"Mom mengajak kita makan malam di rumah, besok malam."

Alanis yang baru saja ke luar dari kamar mandi agak terkejut dengan suara David. Tanpa banyak kata ia mengangguk mengerti.

David sendiri memang berniat mengunjungi orangtuanya tanpa membawa Alanis dalam waktu dekat. Tak disangka ibunya lebih dulu membuat acara makan malam.

David merasakan pergerakan kecil di kasur tempatnya berbaring. Alanis duduk di bagian kasur yang kosong sambil membelakanginya. Meminum segelas susu yang memang sudah wanita itu siapkan sebelum masuk ke kamar mandi. Terlihat berhati-hati dalam melakukan pergerakan seakan berusaha tak terlalu kentara.

Jika ada yang bertanya apa yang akan David lakukan saat melihat istrinya sendiri enggan untuk menunjukkan kehamilan padanya. Jawaban David adalah, mengangkat bahunya. Ia juga bingung mengapa seorang laki-laki harus tahu tentang segala yang bersangkutan dengan kehamilan yang bahkan tidak akan pernah dirasakan sendiri oleh tubuhnya. Yang ia tahu selama perempuan yang mengandung itu masih hidup dan sehat. tidak akan ada hal buruk yang terjadi pada bayi yang ia kandung.

Ada banyak perempuan yang melewati masa kehamilan tanpa kehadiran suaminya dan saat bayinya lahir pun tidak ada masalah. Jadi, untuk apa ia susah-susah memberikan perhatian pada Alanis yang kondisinya saat ini tak menguntungkan untuknya.

Toh pada saatnya nanti bayi itu akan lahir dan menjadi milik keluarganya. Rasanya ia tidak sabar melihat raut bahagia sang ibu saat kedua tangannya dapat secara nyata memeluk cucu yang selama ini ia idamkan.

Setelah menandaskan susu dalam gelas, Alanis berbaring, telapak tangannya mengadah ke atas, memanjatkan doa dalam hati dengan mata tertutup lalu setelahnya menyapukan telapak tangan itu ke wajah. Berharap semua permintaannya pada yang kuasa tersampaikan.
Semua itu tak luput dari perhatian David. Bahkan saat Alanis memilih tidur dengan memunggunginya, David hanya berdiam memperhatikan. Matanya enggan menutup dan pikirannya melayang membayangkan apa yang akan orangtuanya katakan saat tahu pernikahan dirinya dan Alanis akan berakhir setelah wanita itu melahirkan.

Sudah tak dapat ditawar, ia enggan untuk sekedar berandai melanjutkan bahtera rumah tangganya dengan sang istri.

Saat ini saja hatinya telah terpaut pada perempuan lain.

Meskipun sejujurnya ia tak bisa memungkiri bahwa saat ini Alanis masih sangat ia butuhkan. Seperti saat ia memilih untuk menikah. Kehidupannya menjadi lebih teratur. Alanis memasak makanan untuknya, merapikan tempat tinggalnya, menyelamatkan ia dari rengekan sang ibu yang menginginkan ia cepat menikah. Lebih dari sekedar itu, Alanis memberinya kepuasan batin setiap keinginannya sebagai laki-laki normal menuntut untuk dipenuhi.

Dan sungguh malang, sejak hubungannya dengan Alanis merenggang malam-malam yang ia lewati terasa lebih menyiksa karena ia hanya dapat memandang tanpa dapat menyentuh.

***

"Nanti malam, berangkatlah ke rumah Mom sendiri."

Alanis mengangkat kepala yang sedang tertunduk menikmati sarapan. Bertanya-tanya dalam hati, apakah David tidak ingin makan malam bersama keluarganya?

"Aku akan ke sana setelah selesai memantau perkembangan kapal-kapalku. Akan lebih baik jika kita pergi sendiri-sendiri untuk mempersingkat waktu."

David benar, jika David harus menjemputnya terlebih dahulu pasti akan memakan waktu lebih lama sedangkan laki-laki itu lebih singkat untuk berangkat dari tempatnya memantau perkembangan kapal milik perusahaannya.

Mengangguk kecil Alanis menyetujui ucapan David.

Sepuluh menit kemudian David berangkat, dan seperti rutinitas paginya Alanis mulai membersihkan apartemen. Hari telah beranjak siang saat ia selesai dan duduk di sofa ruang tengah dengan nafas yg belum stabil akibat kelelahan setelah mencuci seprai kasur dan menggantinya dengan yang baru.

Menyandarkan punggung di sandaran sofa Alanis berusaha menormalkan cara kerja paru-parunya. Sesekali mengusap perutnya agar sang bayi tenang.

Bersyukurnya hari ini ia tidak memiliki file yang harus ia terjemahkan. Merasa memiliki waktu renggang Alanis berinisiatif untuk menyetel dvd milik David...

Tbc~

Nyebelin gak sih David?

Hati dan pikirannya terpaut sama perempuan lain tapi tetap berharap kebutuhannya dipenuhi Alanis:(

No Voice [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang