--------------
Part 16 here~Untuk kalian yang masih setia menunggu kelanjutan No Voice
Thank youuu^^💛💛
.
*
.
*
.
*David akhirnya terbangun dari tidur lelapnya. Alanis juga tertidur dengan bersandar pada kepala ranjang sedangkan kakinya diselonjorkan.
Menatap paha yang sempat menjadi bantalan tidurnya lalu beralih pada jam yang ada di nakas.
Pukul enam sore, pantas kamar tidurnya mulai berubah gelap sinar keorenan terlihat dari sela tirai jendela."Bangun, Alanis bangun." David menepuk beberapa kali kaki Alanis hingga perempuan itu terbangun.
"Kau harus memasak makan malam kan?"
Pertanyaan itu tak langsung dijawab, karena Alanis masih berusaha mengumpulkan kesadarannya.
"Hey, kau harus masak untuk makan malam." Nada mendesak itu membuat Alanis mengangguk setelah beberapa kali mengerjapkan mata. Perlahan ia turunkan kakinya dari tempat tidur. Namun belum menapak sepenuhnya Alanis kembali terduduk.
"Ada apa?"
David mendengar ringisan dari Alanis.Sang istri coba menggerakkan tangannya namun David tak paham. Hingga saat perempuan itu menunjuk kakinya David mengerti bahwa kaki Alnis kram. Mungkin efek karena ia jadikan bantal tadi hingga berjam-jam.
"Kau tidak bisa berjalan?"
Alanis menggeleng seraya menggigit bibir menahan sakit. Dia juga tidak menyangka akan sesakit ini."Lebih baik kau tetap disini. Dan istirahat. Aku akan menelfon Mom untuk menanyakan keadaanmu."
Alanis buru-buru menggeleng. Ia merasa kondisinya tidak dalam keadaan yang darurat hingga harus merepotkan orangtua David.
"Kau yakin?" David meragu saat melihat anggukan Alanis.
"Sakit sekali?"
Sekali lagi Alanis mengangguk. Menggaruk tengkuk yang tak gatal, David kebingungan ingin melakukan apa. Saat melihat Alanis yang memijit pelan kakinya, David berinisiatif untuk menggantikannya.Alanis bersuara, meski terdengar tak jelas namun menurut David pasti untuk menolak bantuannya.
"Biar aku saja," hanya jawaban itu yang David keluarkan.
Alanis pasrah karena tidak bisa menghindar. Membiarkan tangan besar nan hangat suaminya memijat lembut kakinya yang sakit.
Mengapa harus sakit dulu baru David perduli padanya?
***
Tidak ada acara memasak untuk makan malam karena David memilih memesan makanan secara delivery.
Alanis hanya bisa diam saat dengan datar David menyuruhnya untuk tidak memasak setelah menghabiskan waktu lebih dari setengah jam memijit kakinya. Dipikiran Alanis David sudah pasti marah karena harus mengurusi kakinya yang tiba-tiba sakit. Jadi, meskipun ingin mengucapkan terimakasih karena perhatian kecil suaminya, Alanis lebih memilih diam menunduk.
Sekilas David melirik Alanis dan cara makannya yang sangat pelan. Apa perempuan itu tidak suka makanan yang ia pesankan?
"Kau tidak suka makanannya?"
Alanis mendongak dan menemukan tatapan David sepenuhnya terarah padanya.
Menggelen pelan sebagai jawaban Alanis lalu melanjutkan makan malam saat David tak memperpanjang obrolan mereka."Jika ada makanan atau sesuatu yang kau inginkan, jangan ragu untuk memberitahuku."
Perkataan itu sukses membuat Alanis bingung. Tak ingin berspekulasi yang akhirnya menyakiti hati, Alanis memilih bertanya maksud dari laki-laki yang kini masih duduk di ruang makan meski makan malam mereka telah selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Voice [Complete]
General FictionSeorang pengusaha di Nottingham terpaksa menikah dengan seorang perempuan tunawicara yang telah menyelamatkan ayahnya dari kecelakaan mobil. Pernikahan mereka terlihat baik-baik saja dari luar, namun siapa sangka justru terdapat banyak masalah di da...