30

1.6K 121 1
                                    

Author POV

Saat Jennie dan Hanbin sedang berbelanja, seorang gadis tiba - tiba memanggil Hanbin dari kejauhan.

"Hanbin oppa.", teriak gadis itu lalu menghampiri Hanbin, setelah itu dengan tiba - tiba memeluknya.

"Bogoshipeo, oppa.", kata gadis itu yang tidak memperdulikan keberadaan Jennie.

"Yak! Lepaskan aku!", perintah Hanbin lalu melepas paksa tangan gadis itu dari pinggangnya.

"Yak! Oppa, mengapa kau kasar sekali? Apa kau tidak merindukanku?", tanya gadis itu.

"Aku tidak merindukanmu. Pergilah!", perintah Hanbin lalu menarik tangan Jennie dan mendorong trolinya untuk pergi dari gadis itu.

Tapi, gadis itu malah menahan tangan Hanbin yang sedang memegang troli.

"Geurae, kau sepertinya memang tidak merindukanku. Kau tidak pernah menghubungiku lagi. Wae? Apa karena dia?", tanya gadis itu sambil menunjuk tepat didepan wajah Jennie.

"Kim Dahyun! Hubungan kita sudah berakhir. Apa kau lupa? Jangan temui aku lagi! Jangan ganggu kehidupanku yang sekarang dan seterusnya!", perintah Hanbin sedikit berteriak.

Eo, gadis itu adalah Dahyun.

Dahyun sedang berbelanja juga bersama tunangannya, tetapi tunangannya sedang ke toilet.

"Oppa, mengapa kau mengakhiri hubungan kita? Mengapa juga aku tidak boleh menemuimu lagi? Bukankah kau mencintaiku? Ah, pasti karena dia kan oppa?", tanya Dahyun.

"Kemari kau! Dasar pengganggu hubungan orang!", kata Dahyun dengan emosi, dia hendak menjambak rambut Jennie tapi tangannya ditahan oleh Hanbin.

"Berhenti! Sadarlah! Mengapa kau masih bertanya 'mengapa aku mengakhiri hubungan kita'? Ingatlah, Dahyun-a! Kau selingkuh dibelakangku. Aku tidak sudi menjadi kekasih dari seorang gadis yang sudah memiliki tunangan dan tidak jujur sepertimu. Mengapa kau menutupinya? Sejak kapan? Ha? Sejak kapan kau bertunangan dengannya? Cih, aku menyesal telah mencintaimu!", kata Hanbin dan langsung menarik Jennie dan mendorong trolinya kembali untuk meninggalkan Dahyun.

Tapi, lagi - lagi Dahyun menahannya.

"Oppa dengarkan aku dulu, aku ....", belum sempat Dahyun menjelaskan sesuatu, tunangannyapun memanggilnya.

"Dahyun-a.", teriak tunangan Dahyun sambil menghampiri Dahyun dengan mendorong trolinya.

"Chagiya, kau kemana saja? Bukankah aku menyuruhmu menunggu didepan toilet dengan troli ini? Kau malah pergi meninggalkan troli ini didepan toilet.", kata tunangan Dahyun sambil mengalihkan pandangannya ke trolinya.

"Em, bukankah dia yang memukulku waktu itu?", tanya tunangan Dahyun pada Dahyun.

Tapi Dahyun diam saja, entah mengapa dia tiba - tiba membisu.

"Eo, kau masih mengingatku? Mian, untuk saat itu aku memukulmu tiba - tiba. Dan terima kasih, saat itu juga kau membuktikan bahwa tunanganmu ini bukan gadis baik - baik.", kata Hanbin lalu menatap Dahyun sekilas.

"Apa maksudmu?", tanya tunangan Dahyun.

"Aku tidak memiliki waktu untuk menjelaskannya, jika kau penasaran maka tanyalah tunanganmu itu. Aku pergi.", kata Hanbin lalu menarik Jennie dan mendorong trolinya.

Kali ini Dahyun tidak menahannya.

|°•○●○•°□■□°•○●○•°|

Setelah kepergian Hanbin dan Jennie, tunangan Dahyun menatap Dahyun.

"Sebenarnya dia siapa? Mengapa waktu itu dia memukulku? Mengapa juga sekarang kau menemuinya? Dan apa maksud perkataannya tadi?", tanya tunangan Dahyun bertubi - tubi, namun Dahyun masih diam bahkan menundukkan kepalanya.

Author POV End

Hanbin POV

Kini, aku dan Jennie sudah selesai berbelanja dan kami sedang berada diperjalanan pulang.

Kulihat sedari tadi Jennie diam saja, apa yang sedang dipikirkannya?

"Wae?", tanyaku sambil meliriknya sekilas.

"Ah, aniyo oppa. Aku hanya melihat jalanan saja.", kata Jennie yang memang sedari tadi hanya diam dan memandang jalanan dari kaca mobil.

"Jinjja? Apa kau sedang memikirkan sesuatu? Tentang yang tadi misalnya?", tanyaku.

"Aniyo, oppa. Tentang yang tadi, aku sudah melupakannya.", katanya lalu tersenyum padaku.

"Bagus, karena ibu hamil tidak boleh banyak pikiran eo?", kataku, dan Jennie hanya tersenyum lalu memandangi jalanan lagi.

"Oppa, bisakah kita makan malam diluar saja?", tanyanya tiba - tiba.

"Wae? Bukankah kita sudah membeli bahan makanan?", tanyaku kembali.

"Aku sedang ingin saja. Apa tidak boleh?", tanyanya.

"Oh, apakah kau sedang mengidam? Memang kau ingin makan apa? Tidak apa, sebutkan saja apa yang ingin kau makan.", kataku.

Lalu dengan semangat Jennie menyebutkan berbagai macam makanan yang dia mau.

"Apakah itu tidak terlalu banyak?", tanyaku.

"Kalau begitu tidak jadi, kita pulang saja. Tapi aku tidak akan memasak makan malam.", katanya yang dengan tiba - tiba perasaannya memburuk.

"Aniya, aku akan membelikan itu semua untukmu.", kataku lalu mencari restoran yang menjual semua keinginan Jennie.

Ais, ibu hamil memang sensitif eo?

Hanbin POV End
.
.
TBC.

Gimana part 30nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.

Saranghae Kim HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang